Kamis, 21 Agustus 2014

Mushoku Tensei 2

[Web Novel 2] Pembantu Tanpa Ekspresi

Translated by: Yakup


Lilia pernah menjadi seorang pembantu-pengawal* untuk istana selir kerajaan Asura. (guards-maid?)

Pembantu-pengawal: adalah pembantu yang yang memiliki cukup kualitas untuk bisa menjadi pengawal.

Biasanya melakukan pekerjaan pembantu, tapi jika ada sesuatu yang terjadi, mereka akan mengambil pedang untuk melindungi tuan mereka.

Lilia setia melaksanakan tugasnya sendiri. Sebagai seorang pembantu, tak ada keluhan terhadap dirinya.

Tapi sebagai pendekar pedang, ia hanya memiliki kemampuan rata-rata.

Karena itu, dalam pertempuran melawan pembunuh yang mengincar putri kerajaan yang belum lama ini lahir, akibat suatu kecerobohan, kakinya terluka karena terkena tebasan pedang pendek milik lawan.


Pedang pendek itu telah diolesi oleh racun. Racun itu dibuat khusus untuk membunuh anggota kerajaan.

Tidak ada obat penawar maupun sihir antidote yang bisa menghilangkan efek racun yang merepotkan itu.

Luka itu pun segera diobati, berkat usaha para dokter yang mencoba berbagai metode untuk menawarkan racun itu, namun meskipun nyawanya terselamatkan, masih ada efek samping yang tersisa.

Tidak ada masalah pada kehidupan sehari-hari Lilia, tapi ia tidak akan bisa berlari atau menghentak dengan kekuatan penuh lagi.

Kerajaan memecatnya tanpa ragu-ragu.

Itu bukan sesuatu yang jarang. Lilia juga menerimanya.

Kehilangan kemampuannya, itu artinya dipecat.

Meskipun ia tak diberi uang pesangon, ia tetap mengangap dirinya beruntung, karena ia tidak dibunuh diam-diam gara-gara pernah bekerja di istana selir.

Lilia meninggalkan ibu kota.

Dalang dari usaha pembunuhan sang putri tidak ditemukan.

Lilia mengenal dengan baik peraturan-peraturan yang ada di istana selir, dan ia juga tahu bahwa ia bisa menjadi sasaran pembunuhan berikutnya.

Atau mungkin, kerajaan sengaja membuat Lilia pergi agar bisa memancing keluar si dalang.

Ia selalu heran, kenapa dirinya yang tidak memiliki latar belakang bagus bisa diterima di istana selir, namun sekarang ia akhirnya mengerti alasannya; mereka hanya ingin mempekerjakan seorang pembantu yang bisa dimanfaatkan dan kemudian dibuang bila sudah tak berguna.

Apapun yang terjadi di kalangan istana, untuk alasan keselamatan dirinya sendiri, ia harus meninggalkan ibu kota sejauh mungkin.

Meskipun kerajaan memperlakukannya sebagai umpan, karena ia tidak diberi perintah apapun, maka tak ada alasan untuk tetap berada di ibu kota.

Dan ia tak punya minat untuk menyelesaikan tugasnya dengan kesetiaan penuh.

Setelah berganti-ganti kereta kuda, Lilia tiba di Fedoa, yang terletak di area perbatasan kerajaan, dan mempunyai tanah pertanian yang luas.

Selain kota Roa, yang merupakan daerah pusat untuk tempat ini, dan dihuni oleh penguasanya, hanya ada lading gandung yang sangat luas, sebuah tempat yang tenang.

Lilia berharap ia bisa menemukan pekerjaan disini.

Tapi, luka yang ia derita membuatnya ak bisa menemukan pekerjaan yang membutuhkan kekuatan.

Memang mungkin baginya untuk bekerja menjadi pengajar ilmu pedang, namun masih lebih baik untuk bekerja sebagai pembantu.

Karena gajinya lebih tinggi.

Di tempat itu, jumlah orang yang bisa menggunakan pedang dan mengajarkan ilmu mereka sangat banyak, tapi sebagai pembantu yang telah sepenuhnya diajarkan untuk menangani urusan rumah tangga, jumlahnya relatif lebih rendah.

Upah tentu akan lebih tinggi bila saingan dalam pekerjaannya lebih sedikit.

Tapi, direkrut oleh penguasa Fedoa, atau bangsawan kelas atas sejenisnya itu berbahaya.

Orang-orang dengan jabatan seperti itu pasti mempunyai hubungan dengan raja.

Jika mereka tahu bahwa ia adalah pembantu yang pernah bekerja untuk istana selir, ada kemungkinan ia akan diperlakukan sebagai alat politik.

Dan karena itu, Lilia menjauhi Roa.

Ia tidak ingin lagi mengalami situasi dimana ia hampir mati.

Meskipun ia merasa prihatin dengan situasi sang putri, tapi Lilia berkeinginan untuk menjauh dari pertikaian keluarga kerajaan yang saling berebut kekuasaan.

Tapi, jika gajinya terlalu rendah, uang yang dikirim untuk keluarganya di rumah tidak akan cukup.

Mencoba untuk menemukan pekerjaan aman dan gaji yang terjamin tidaklah mudah.

***

Setelah berkerliaran kemana-mana selama sebulan, Lilia melihat sebuah catatan iklan.

Di desa Buina yang masih terletak di Fedoa, ada knight kelas bawah yang sedang mencari seorang pembantu.

Ditambah lagi, catatan itu menjelaskan bahwa seseorang yang mempunyai pengalaman merawat anak-anak dan bisa bertindak sebagai bidan akan diberikan prioritas khusus.

Buina adalah sebuah desa kecil yang terletak di daerah pinggiran Fedoa.

Lebih ndeso daripada desa biasa. Sebuah desa yang sangat terpencil.

Meskipun kelihatannya tempat itu tak terlalu nyaman, tempat seperti itulah yang ia cari.

Dan juga, bahwa perekrutnya adalah knight kelas bawah adalah penemuan yang tak terduga.

Tapi yang paling penting, ia memiliki kesan dengan nama si perekrut.

Paul Greyrat.

Adik kelas Lilia.

Anak bangsawan yang suatu hari tiba-tiba memaksa masuk ke dojo dimana Lilia berlatih ilmu pedang.

Menurut cerita Paul, dia meninggalkan rumahnya setelah bertengkar dengan ayahnya, dan datang ke dojo untuk mempelajari ilmu pedang.

Karena dia juga mempelajari ilmu pedang di rumahnya, Paul berhasil melampaui dan menjadi lebih kuat dari Lilia, meskipun gaya bertarung mereka berbeda.

Bagi Lilia, itu bukanlah sesuatu yang menarik, tapi ia mengerti bahwa dirinya tidak memiliki bakat, jadi ia menyerah dalam urusan berlatih ilmu pedang.

Paul yang memiliki bakat melimpah, meninggalkan dojo setelah membuat kesalahan.

Dia hanya meninggalkan sebuah pesan untuk Lilia, [Aku akan menjadi petualang].

Seorang pria yang datang dan pergi seperti badai.

Sudah 7 tahun berlalu sejak mereka berpisah.

Dan ternyata dia berhasil menjadi knight dan menikah dengan seorang wanita.

Walaupun Lilia tidak tahu rintangan apa yang dihadapi Paul dalam hidupnya, dalam ingatan Lilia, Paul bukanlah pria yang buruk.

Jika Lilia menceritakan masalahnya, Paul pasti akan mau membantu.

Jika itu tidak berhasil, dia akan menggunakan beberapa peristiwa dari masa lalu.

Ada beberapa hal yang bisa dirundingkan.

Lilia telah memutuskan tujuannya, dan pergi menuju desa Buina.

Paul mempekerjakan Lilia tanpa basa-basi.

Kelihatannya, Zenith, istri Paul, akan segera melahirkan, dan dia merasa sangat cemas.

Lilia sangat memahami teknik dan pengetahuan dalam menjadi bidan untuk membantu kelahiran sang putri. Ditambah lagi, Paul mengenal Lilia, dan bahkan sudah tahu letak kota kelahiran Lilia.

Lilia diterima dengan sambutan hangat.

Upah Lilia ternyata lebih banyak dari apa yang ia duga, dan keinginannya juga akhirnya tercapai.

***

Anak itu lahir.

Tidak ada sedikitpun masalah atau insiden tak terduga dalam proses kelahiran anak itu. Semuanya sama seperti apa yang telah ia pelajari di istana selir.

Tidak ada masalah sama sekali. Kelahirannya berakhir dengan sukses.

Kecuali, anak itu tidak menangis ketika dia dilahirkan.

Keringat dingin mengucur di tubuh Lilia.

Bayi itu mengeluarkan cairan amoniak ketika ia lahir, tapi bayi itu hanya mendongakan kepalanya tanpa emosi sedikitpun, dan tidak membuat sedikitpun suara.

Wajah yang tak memiliki ekspresi itu membuat orang-orang berpikir kalau bayi itu meninggal di dalam kandungan.

Lilia memeriksa bayi itu, detak jantungnya ada. Nafasnya juga ada.

Hanya saja dia tidak menangis.

Lilia ingat perkataan senpainya ketika masih menjadi pembantu-pengawal.

Bayi yang tidak menangis saat lahir, biasanya mempunyai beberapa kelainan.

Saat Lilia memikirkan itu.

[Ah, ah.]

Bayi itu menatap ke arahnya, dan menggumamkan sesuatu dalam kepeningan.

Lilia merasa tenang setelah mendengar suara itu.

Meskipun tidak ada bukti yang konkret, ia merasa seharusnya tidak ada masalah.

Nama anak itu adalah Rudeus.

Seorang anak yang mampu membuat orang merasa tidak nyaman. Benar-benar tidak menangis atau rewel. Pada awalnya, Lilia berpikir bahwa tubuh Rudeus lebih lemah dibandingkan bayi biasa, jadi merawat dia seharusnya lebih mudah, dan itu adalah hal yang bagus.

Tapi pemikiran itu hanya berlangsung sebentar.

Setelah Rudeus mempelajari cara merangkak, dia mulai bergerak kemana-mana didalam rumah.

Kemana-mana, didalam rumah. Dapur, pintu belakang, gudang, tempat menyimpan peralatan pembersih, perapian.....dll.

Bahkan lantai dua, namun tak ada yang tahu bagaimana caranya dia memanjat keatas sana.

Pokoknya, sekali Rudeus luput dari penglihatan Lilia, dia langsung menghilang.

Tapi, dia pasti akan ditemukan disuatu tempat didalam rumah.

Rudeus tidak pernah meninggalkan rumah.

Meskipun dia kadang-kadang akan melihat keluar dari jendela, dia mungkin masih takut untuk pergi ke tempat terbuka.

Lilia takut pada naluri bayi ini. Kapan sebenarnya saat Lilia mulai takut?

Mungkin rasa itu muncul ketika Rudeus mulai keluyuran kemana-mana.

Di kebanyakan tempat, Rudeus bakal tersenyum.

Kadang-kadang dia akan melihat sayur-sayuran, memandangi api lilin yang menari-nari, atau hanya menatap celana dalam yang belum dicuci.

Rudeus menggumamkan suara, dan menunjukan senyuman yang bisa membuat orang merasa jijik.

Itu adalah senyuman yang secara alami akan membuat orang merasa jijik ketika melihatnya.

Ketika Lilia bekerja di istana selir, ia harus pergi ke istana utama untuk menjalankan misi. Para bangsawan kelas atas yang ia temui mempunyai senyuman yang mirip.

Kepala botak, dengan perut gendut yang bergoyang-goyan, memandangi dada Lilia sambil tersenyum. Dibandingkan dengan bayi yang belum lama ini lahir.

Hal yang paling mengerikan adalah ketika Lilia menggendong Rudeus.

Lubang hidung Rudeus akan bergejolak, sudut-sudut mulutnya akan naik, dan nafasnya akan menjadi cepat, sembari membenamkan wajahnya di dada Lilia.

Dan kemudian dia akan membuat suara aneh, seolah-olah menyembunyikan tawanya sendiri, sambil terkadang mengeluarkan suara [Huuu] dan [Orhhh] diantara suara itu.

Dan saat itu, seluruh tubuh Lilia akan terasa merinding.

Dan ia tidak bisa keinginannya untuk membuang bayi itu dan membantingnya ke tanah.

Elemen kawaii, bayi ini tidak memilikinya.

Senyuman itu membuat orang merasa takut.

Senyuman yang sama seperti yang dimiliki bangsawan kelas atas, orang-orang yang dikabarkan senang membeli banyak budak perempuan muda.

Meskipun ini bayi baru lahir.

Lilia merasa sangat tak nyaman, dan bahkan merasa dirinya sedang berada dalam bahaya.

Lilia memikirkan banyak hal.

Bayi ini sangatlah aneh.

Mungkinkah ada sesuatu yang buruk yang merasukinya?

Atau, sesuatu yang mirip, seperti kutukan.

Lilia bangkit dalam kegelisahan.

Ia pergi ke toko barang, menghabiskan sedikit uang untuk membeli beberapa hal yang dibutuhkan.

Ketika semua keluarga Greyrat tidur, ia melakukan ritual tradisional untuk mengusir setan.

Tentunya, ritual itu dirahasiakan dari Paul dan keluarganya.

Hari kedua, setelah menggendong Rudeus lagi, Lilia mengerti.

Itu tidak berguna.

Dan Rudeus masih membuatnya jijik seperti biasa.

Seorang bayi,  hanya dengan menunjukan ekspresi seperti itu akan membuat orang merasa takut.

Zenith berkata, [Ketika aku menyusui Rudeus, dia akan menjilat....]

Ini sudah jadi sesuatu yang serius.

Meskipun Paul tidak bisa menahan hasratnya ketika bersama wanita, ia tidak begitu menjijikan.

Sifat yang turun temurun ini sungguh terlalu aneh.

Lilia ingat.

Ia pernah mendengar sebuah kisah ketika masih bekerja di istana.

Di masa lalu, seorang pangeran Asura dirasuki oleh iblis. Untuk membangkitkan iblis itu, dia akan merangkak dengan kaki dan lengannya setiap malam.

Kemudian, ketika seorang pembantu yang tak mengerti apapun memeluknya, pangeran itu menggunakan pisau yang disembunyikan di punggungnya untuk menusuk jantung pembantu itu, dan membunuhnya.

Itu terlalu menakutkan.

Apa kasus Rudeus sama seperti itu?

Tidak ada kesalahan. Pasti ada iblis semacam itu.

Dia masih aman sekarang, tapi suatu hari dia akan bangkit, dan ketika semua orang tertidur, satu persatu, dia akan.....

Ahhh..... Aku terlalu cepat memutuskan.

Sungguh terlalu cepat memutuskan. Aku tidak seharusnya bekerja di tempat ini.

Cepat atau lambat aku akan diserang.

..............Lilia adalah seseorang yang sangat mempercayai hal-hal semacam itu.

***

Pada awal tahun kedua ia bekerja, Lilia masih takut pada Rudeus.

Tapi, ia tidak tahu kapan itu dimulai,

Sikap tak terduga milik Rudeus mulai berubah.

Dia tidak seperti ninja lagi, dan biasanya menetap di ruang belajar Paul di lantai 2.

Omong-omong soal ruang belajar, itu hanya ruangan dengan beberapa buku.

Rudeus menetap disana tanpa keluar sesaatpun.

Lilia diam-diam mengawasinya, dan menyadari kalau Rudeus selalu bergumam sendiri pada saat membaca buku.

Sebuah gumaman yang tak memiliki arti.

Seharusnya. Setidaknya, itu bukan bahasa yang umum digunakan di daratan ini.

Masih terlalu cepat untuk mengajari Rudeus cara berbicara. Tentu saja, ia juga masih belum diajari cara untuk membaca tulisan.

Jadi, itu hanyalah seorang bayi yang memandangi sebuah buku dan membuat suara-suara secara acak.

Kalau bukan begitu, maka situasinya akan terlalu aneh.

Tapi, Lilia selalu punya firasat, kalau suara-suara yang dikeluarkan Rudeus sepertinya memiliki arti dan struktur tertentu.

Rudeus kelihatanya mengerti isi dari buku yang ia baca.

Itu terlalu mengerikan..........

Lilia selalu memikirkan itu ketika ia melihat Rudeus dari celah diantara pintu.

Namun hal yang aneh adalah, tidak ada perasaan jijik sedikitpun.

Kalau dipikir-pikir, sejak dia mengunci dirinya didalam ruangan, sumber perasaan tidak nyaman yang tak diketahui itu perlahan-lahan menghilang.

Meskipun kadang-kadang Rudeus menunjukan senyuman menjijikan itu ketika Lilia menggendongnya, senyuman itu tak separah dahulu.

Rudeus tak lagi membenamkan wajahnya di dada Lilia, dan nafasnya pun tak lagi mendadak terengah-engah.

Kenapa Lilia selalu menganggap Rudeus menyeramkan?

Akhir-akhir ini Lilia merasa Rudeus sedang sungguh-sungguh berusaha dengan giat, dan ia tidak ingin mengganggunya.

Zenith kelihatannya memiliki perasaan yang sama.

Setelah itu, Lilia merasa, tidak merawat Rudeus akan memberi efek yang lebih baik.

Itu adalah sebuah ide yang melawan akal sehat.

Faktanya, tak merawat seorang anak yang belum lama ini dilahirkan, adalah sesuatu yang tidak normal untuk makhluk seperti manusia.

Namun, baru-baru ini, ada tanda-tanda kecerdasan di mata Rudeus.

Beberapa bulan yang lalu, hanya ada mata "cabul", tapi sekarang ada kemauan kuat dan cahaya pengetahuan didalam kedua matanya.

Apa yang harus ia lakukan? Meskipun ia memiliki pengetahuan soal merawat anak-anak, tapi Lilia, yang pengalamannya masih kurang, menyadari kalau cara merawat yang ia tahu tak terlalu berarti disini.

Ia tidak bisa mengingat, apakah itu senpainya ketika menjadi pembantu-pengawal, atau ibu kandungnya di kota kelahiran, yang mengatakan ini; membesarkan anak tidak memiliki metode yang pasti.

Setidaknya, ia tidak merasa jijik, tidak nyaman, atau ketakutan.

Kalau begitu, hal yang terbaik untuk dilakukan adalah tidak mengganggu Rudeus. Kalau tidak, mungkin sikap Rudeus akan kembali ke sebagaimana dia aslinya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar