Minggu, 12 Oktober 2014

Mushoku Tensei 9


[Web Novel 9] Rapat Darurat Keluarga

Zenith didiagnosa tengah dalam masa kehamilan. Adik cowok atau cewek ku akan segera lahit.

Anggota keluarga akan bertambah. Yosh~ Rudi-chan!!

Selama beberapa tahun ini Zenith merasa gelisah.

Di masa lalu, dia akan mengeluh dan curiga apakah dirinya tak bisa memiliki anak lagi, namun sekitar 1 bulan yang lalu, ia mulai merasakan perubahan di tubuhnya. Ia menjadi lebih gampang capek, mual, muntah, dan lain-lain. Itu adalah tanda-tanda kehamilan yang biasa muncul. Karena dia masih mengingat perasaan seperti itu, ia pergi mengunjungi dokter dan didiagnosa bahwa dirinya sedang dalam masa kehamilan. Pada dasarnya, tebakannya tak salah.

Keluarga Greyrat benar-benar senang atas berita itu.

Kalau yang lahir cowok, namanya ini. Kalau yang lahir cewek, namanya itu. Bagaimana pembagian kamar, dan juga tentang bagaimana adikku yang akan lahir bisa menggunakan pakaianku yang lama.

Topik itu benar-benar tak ada habisnya.

Tawa selalu terdengar di hari yang ramai itu. Sejujurnya aku merasa lumayan senang, dan aku berpendapat kalau adik cewek itu lebih baik. Itu karena adik cowokku menghancurkan hal yang paling penting dalam hidupku (menggunakan tongkat baseball).

Dan kemudian.

Satu bulan kemudian, ada masalah lain yang muncul.

***

Si pembantu, Lilia, ketahuan hamil.

[Aku minta maaf, sepertinya aku hamil.]

Lilia dengan datar mengumumkan fakta bahwa dia sedang hamil ketika seluruh anggota keluarga sedang berkumpul.

Pada momen itu, seluruh anggota keluarga Greyrat membeku.

(Siapa yang melakukannya……?)

Tak ada satupun orang yang mencoba untuk menanyakan hal itu dalam suasana seperti ini.

Semuanya samar-samar merasakan itu. Lilia adalah pembantu yang bekerja keras. Dia mengirim hampir semua upah kerja yang ia dapat ke kampung halamannya. Untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ada di desa, dia sering keluar rumah bersama Paul, dan berbeda dari Zenith yang tinggal di desa untuk membantu klinik. Dia hampir tak pernah pergi meninggalkan rumah, kecuali untuk bekerja. Dan juga tak ada kabar bahwa Lilia sedang dekat dengan seseorang.

Apa mungkin dia melakukannya dengna orang asing……

Tapi aku tahu satu hal.

Setelah Zenith hamil, Paul terpaksa menghentikan aktifitas seksualnya, dan ketika ia tak bisa melampiaskan nafsunya, ia akan menyelinap ke kamar Lilia di malam hari.

Kalau aku adalah anak yang normal, aku mungkin akan mengira kalau mereka sedang bermain poker di malam hari.

Sayangnya, aku tahu. Mereka berdua melakukannya ketika ibu sedang tidak ada.

Aku benar-benar berharap agar mereka bisa lebih berhati-hati. Bukannya 2 orang random pernah mengatakan ini sebelumnya?

[Ye nona-nona!! “Kamu bisa melakukannya kalau kamu mau mencobanya” adalah kata-kata yang bagus. Kata-kata itu mengajarkan kepada kita tentang pentingnya kontrasepsi!!](referensi kinnikuman)

Aku benar-benar ingin membacakan kalimat itu di hadapan Paul, yang warna wajahnya sudah berubah menjadi hijau.

Yah, aku tak benar-benar tahu juga sih apa mereka menggunakan kontrasepsi atau tidak.

Tentu saja, aku tak berniat untuk membocorkan masalah ini dan menyebabkan keluarga ku terpecah belah.

Kalau biasanya sih, aku tak akan pernah memaafkan siapapun yang berani menyentuh pembantu kami.

Tapi aku sudah menerima banyak bantuan dari Paul soal masalah Sylphy. Aku akan memaafkannya untuk kali ini.

Pria yang populer memang punya kesulitan tersendiri. Itulah kenapa, kalau ia dituduh, aku akan membelanya. Aku bahkan bisa menjadi alibinya. Setelah aku menetapkan tekadku, aku membuat sinyal mata ke arah Paul agar dia bisa merasa tenang.

Tapi pada waktu yang sama, Zenith melihat ke arah Paul dengan penuh kecurigaan.

Dan kebetulan, pandangan kami berdua sama-sama mengarah ke Paul.

[M-maaf. K-kemungkinan, itu aku……]

Orang ini benar-benar terlalu gampang menyerah.

Menyedihkan sekali…… oh jangan, orang yang jujur harusnya dipuji. Paul kerap mengumpulkan anggota keluarga dan bersikap layaknya dirinya adalah seorang bangsawan dengan mengajariku:

[Bersikaplah jujur] seperti itu,
[Bersikaplah jantan] seperti itu,
[Lindungilah wanita] seperti itu,
[Jangan melakukan hal yang tidak jujur] seperti itu.

Jadi kemungkinan dia hanya bisa mengatakan semuanya dengan jujur.

Bukannya itu bagus? Aku tak membenci sifatmu yang seperti itu.

(Tapi situasi sekarang sudah menjadi sangat buruk……)

Saat aku melihat ke arah Zenith, aku melihat ada topeng Hannya muncul di belakang tubuhnya.

Dengan begitu, termasuk Lilia, kami memulai rapat darurat keluarga.

***

Yang pertama kali memecah keheningan adalah Zenith.

Dia mengambil inisiatif pertama.

[Baik, apa yang akan kalian lakukan sekarang?]

Dari apa yang aku lihat, Zenith kelihatan luar biasa tenang.

Dia hanya memberi suaminya yang telah selingkuh, sebuah tamparan keras, tanpa menjadi histeris.

Masih ada bekas telapak tangan berwarna merah di wajah Paul.

[Ijinkan aku untuk keluar dari pekerjaan ini setelah aku membantu Nyonya melahirkan.]

Yang menjawab adalah Lilia. Dia juga sangat tenang. Mungkin di dunia ini, selingkuh adalah hal yang wajar. Pembantu dan tuannya memiliki hubungan terselubung. Setelah itu menjadi masalah, si pembantu akan pergi meninggalkan rumah.

Hm.

Biasanya, aku akan tertarik dengan kisah tragis seperti itu. Sayangnya suasana ini bahkan membuatku tak bisa bergerak. Bagaimanapun juga, aku masih bisa menahan diri. Tak seperti Paul.

Biar kalian tahu ya, Paul saat ini sedang meringkuk di salah satu pojokan ruangan.

Kehormatan seorang ayah? Apa-apaan itu?

[Bagaimana dengan anak yang ada di dalam kandunganmu?]

[Aku berencana untuk membesarkannya di kampung halamanku setelah aku melahirkannya di Fedoa.]

[Kampung halamanmu ada di selatan kan?]

[Ya.]

[Kamu akan kecapekan setelah melahirkan, dan kemungkinan kamu tak akan bisa melakukan perjalanan panjang kan?]

[……… Mungkin, tapi aku tak memiliki tempat tujuan lain.]

Fedoa adalah tempat yang terletak di bagian utara kerajaan Asura.

Dari apa yang aku tahu, akan butuh waktu sekitar sebulan penuh, bahkan sekalipun menggunakan kereta kuda untuk menuju kota-kota yang lokasinya terletak di bagian selatan kerajaan Asura. Meskipun hanya sebulan, keamanan dan cuaca yang ada di kerajaan Asura itu lumayan bagus. Kalau kamu naik kereta kuda, perjalanannya tak akan terlalu berat.

Tapi itu hanya berlaku untuk wisatawan normal.

Lilia tak memiliki uang. Kalau dia tak memiliki uang, maka dia hanya akan bisa berjalan kaki.

Bahkan sekalipun keluarga Greyrat membiayai perjalanannya, resiko bahayanya tak akan berubah sekalipun ia naik kereta kuda.

Seorang ibu yang baru saja melahirkan melakukan perjalanan sendirian. Kalau aku adalah pria yang jahat, apa yang akan aku lakukan kalau aku bertemu dengan wanita seperti itu?

Tentu saja aku akan menyerangnya, itu ibarat aku menemukan angsa emas. Wanita yang bepergian seperti itu hanya meminta untuk diserang oleh orang lain. Ambil anaknya sebagai sandera, dan mengurung sang ibu. Mencuri semua uang dan barang-barang yang ia miliki terlebih dahulu. Dan sepertinya di sini juga ada sistem perbudakan, jadi akan sangat menguntungkan kalau ibu dan anak itu laku terjual.

Bahkan sekalipun Asura adalah tempat yang paling aman di dunia ini, bukan berarti tak ada orang jahat disana. Lilia memiliki kemungkinan yang lumayan besar untuk diserang saat ia melakukan perjalanan.

Zenith benar. Kekuatan fisik adalah masalah. Sekalipun Lilia bisa bertahan, bagaimana dengan anaknya?

Apa seorang anak yang baru lahir bisa bertahan untuk melakukan perjalanan selama sebulan penuh?

Mustahil bukan?

Tentu saja jika Lilia kolaps, anaknya juga akan mengikutinya. Jika mereka jatuh sakit, mereka juga tak memiliki sumber daya yang cukup untuk mencari dokter, dan pada akhirnya mereka tak akan bisa terselamatkan.

Mataku sudah bisa membayangkan pemandangan dimana Lilia yang sedang menggendong bayinya terjatuh di tengah badai salju.

Aku tak mau Lilia mati dengan cara seperti itu.

[Tapi sayang, itu benar-benar……]

[DIAM!!]

Paul mencoba untuk mengeluarkan pendapatnya dengan terbata-bata, namun setelah ditolak mentah-mentah oleh Zenith, ia kembali meringkuk di pojokan ruangan layaknya anak kecil.

Dalam hal ini, dia sama sekali tak memiliki kuasa. Hmm. Sepertinya Paul sudah tersingkirkan dari tangga kekuasaan keluarga Greyrat.

[………]

Zenith mengigit kuku-kuku jarinya dengan ekspresi menderita. Sepertinya dia sedang ragu-ragu.

Dia tak terlalu membenci Lilia, sampai-sampai ia ingin membunuhnya.

Sebenarnya, hubungan diantara mereka berdua sangatlah baik. Mereka telah memelihara rumah tangga ini selama 6 tahun bersama-sama, dan orang pun bisa dengan jelas melihat bahwa mereka adalah sahabat akrab.

Kalau saja anak yang dikandung Lilia bukanlah anak Paul.

Kalau Lilia diperkosa di sebuah lorong yang gelap dan jadi hamil karenanya, Zenith pasti akan mengijinkan…… bukan, dia akan bersikeras untuk melindungi Lilia, dan membiarkan anaknya dibesarkan disini. Dari aliran percakapan yang aku dengar, sepertinya dunia ini tak memiliki konsep aborsi.

Aku pikir ada dua perasaan yang sedang bertentangan di dalam benak Zenith.

Rasa sayangnya terhadap Lilia, dan juga perasaan bahwa ia telah dikhianati.

Aku pikir Zenith saat ini sudah cukup mengagumkan, karena ia tak bersikap dengan berdasarkan perasaannya yang kedua. Kalau aku ada di posisi Zenith, aku pasti sudah sangat cemburu, sampai-sampai aku akan mengusir Lilia.

Fakta bahwa Zenith mampu menjaga ketenangannya sebenarnya juga ada hubungannya dengan sikap yang ditunjukkan Lilia. Lilia tak mencoba untuk mencari-cari alasan, dan hanya berencana untuk bertanggung jawab. Bertanggung jawab penuh atas keluarga yang telah ia khianati, yang sudah ia layani selama ini.

Namun menurut opiniku, yang harusnya bertanggung jawab adalah Paul. Tak adil kalau Lilia sendirian yang bertanggung jawab.

Perpisahan ini tak boleh terjadi dengan cara yang buruk seperti ini.

Aku memutuskan untuk membantu Lilia. Aku sudah menerima banyak bantuan darinya. Sekalipun kami tak terlalu banyak berinteraksi, dan dia jarang berbicara kepadaku, tapi dia sudah merawatku dengan sangat baik.

Tiap kali aku basah kuyup oleh keringat setelah latihan ilmu pedang, dia akan mempersiapkan handuk untukku. Kalau aku basah kuyup karena hujan, dia juga akan mempersiapkan air panas. Di malam-malam yang dingin dia akan membawakanku selimut. Ketika aku lupa untuk mengembalikan buku-buku ke dalam rak buku, dia lah yang akan menatanya dengan cepat dan rapi.

Dan yang paling penting.

Yang paling penting dari yang paling penting.

Dia tahu tentang eksistensi Artefak Suci yang kumiliki, namun tetap merahasiakannya.

Itu benar, Lilia tahu.

Dulu ketika aku masih mengira Sylphy adalah anak cowok.

Pada saat itu hujan sedang turun. Aku tengah mempelajari ensiklopedia tanaman di kamarku dengan perasaan yang bercampur aduk. Saat itulah Lilia masuk dan mulai membersihkan kamar. Aku terlalu fokus dalam membaca buku, dan tak menyadari bahwa Lilia sedang membersihkan tempat yang dekat dengan lokasi persembunyian Artefak Suci. Di saat aku menyadarinya, semuanya sudah terlambat. Tangan Lilia menggenggam Artefak Suci ku.

Aku benar-benar terkejut. Memang benar bahwa selama 20 tahun aku hidup sebagai seorang NEET, kamarku benar-benar berantakan, dan aku tak peduli apa ada orang di sampingku atau tidak. Bahkan ada satu folder di komputer yang bernama [Gambar Erotis]. Mungkin itulah kenapa teknik persembunyian ku sudah mulai berkarat. Tapi aku tak mengira sama sekali bahwa Artefak Suci ku akan ditemukan semudah itu. Aku bahkan benar-benar berusaha untuk menyembunyikannya…… Apa ini mahkluk hidup mengerikan yang punya nama sebutan “Maid”?

Aku bisa merasakan ada sesuatu yang mulai runtuh di dalam hatiku, dan aliran darahku pun mulai pergi meninggalkan otakku.

Perburuan penyihir telah dimulai.

Lilia berkata: [Apa itu?]

Aku berkata: [A-a-a-a-a-a—apa ya, i-i-i-i-i-tuuu.]

Lilia berkata: [Ada baunya.]

Aku berkata: [Min—itu mungkin saja atau mungkin saja bukan bau minyak wijen?]

Lilia berkata: [Punya siapa ini?]

Aku berkata: [………………Maaf, itu punya Roxy.]

Lilia berkata: [Lebih baik dicuci dulu.]

Aku berkata: [MANA BOLEH ITU DICUCI!!]

Lilia meletakkan Artefak Suci ku kembali ke lokasi Penyimpanan Suci (tempat persembunyian).

Dan dia pergi meninggalkanku yang sedang gemetaran, dan keluar dari ruangan.

Di malam harinya, aku sudah siap untuk menghadapi rapat keluarga.

Namun tak ada apapun yang terjadi.

Tubuhku gemetaran sepanjang malam. Namun di saat pagi tiba, ternyata tak ada yang terjadi sama sekali.

Lilia tak memberitahu siapapun.

Aku akan membalas kebaikan hatimu.

[Ibu, aku bisa mendapat dua adik pada waktu yang sama, kenapa kok suasananya jadi seberat ini?]

Aku harus bersikap seperti seorang anak kecil.

Lilia hamil. Itu bagus, anggota keluarga akan bertambah makin banyak. Kenapa kamu marah?

Aku mencoba untuk mengutarakan pendapatku dengan berdasarkan perasaan seperti itu.

[Itu karena dia dan ayahmu telah melakukan sesuatu yang tidak diijinkan.]

Zenith menjawab dengan keluhan. Kemarahan yang sangat dalam terdengar dari suaranya. Namun, kemarahan itu tak ditujukan kepada Lilia. Zenith sendiri mengetahui itu.

Siapa yang paling salah?

[Oh begitu. Tapi bisakah Lilia melawan ayah?]

[Apa?]

Yak, meskipun ini tak adil bagi Paul, tapi dia lah yang telah menggali kuburannya sendiri. Tolong tanggung semua kesalahanmu.

Maafkan aku, pelunasan tentang masalahku dengan Sylphy harus ditunda.

[Aku tahu. Ayah mengetahui kelemahan Lilia.]

[Eh? Apa itu benar!?]

Zenith sepertinya percaya dengan kebohongan acak ku, dan balik melihat Lilia dengan terkejut.

Lilia masih tetap tak menunjukkan ekspresi seperti biasa, tapi sepertinya dia menyadari makna dari sikapku, dan alisnya pun terlihat sedikit bergerak. Memang benar kalau dia punya beberapa kelemahan. Tapi dari kelihatannya sih, yang kelemahannya ketahuan itu sebenarnya adalah Paul…

Biarin lah. Toh intinya sama saja.

[Sebelumnya, ketika aku pergi ke toilet dan lewat di depan kamar Lilia, aku mendengar ayah berkata…… Kalau kamu tak mau “itu” ketahuan, lebih baik kamu turuti aku dan rentangkan kakimu, kalau tidak salah seperti itu.]

[APA!! Rudi, apa yang kamu ……]

[KAMU TUTUP MULUTMU!!]

Jeritan Zenith yang menusuk memotong pertanyaan Paul begitu saja.

[Lilia, apa yang dikatakan Rudi benar?]

[Umm, hal seperti itu……]

Lilia ingin mengatakan sesuatu, namun pandangannya tampak ragu.

Dia sedang memikirkan sesuatu. Bisa saja dia tengah memainkan “peran” seperti itu.

[Benar juga, tentunya kamu tak akan mungkin membocorkan rahasiamu sendiri……]

Zenith sepertinya mendapatkan pemahaman sendiri, yang ia dapatkan berdasarkan sikap yang ditunjukkan Lilia.

Paul hanya bisa ternganga dan melihat situasi ini, dan matanya tampak berputar-putar kebingungan. Meskipun mulutnya terbuka lebar, ia tak bisa mengucapkan sepatah katapun, dan ia menjadi seperti ikan mas.

Bagus. Sekarang untuk serangan terakhir.

[Ibu. Aku merasa Lilia itu tidak salah.]

[Ya.]

[Yang salah itu ayah.]

[…… Ya.]

[Yang salah itu ayah, tapi yang dihukum malah Lilia, ini terlalu aneh.]

[………… Ya.]

Reaksinya masih belum cukup…… sedikit lagi.

[Aku benar-benar senang karena aku bisa menghabiskan waktu bersama Sylphy, jadi aku pikir saudaraku harus mempunyai teman yang seumuran.]

[…… Ya.]

[Oh iya, ibu. Bagiku, mereka berdua adalah saudaraku.]

[…………….. Aku mengerti. Huh, aku benar-benar gak bisa menang kalau melawan Rudi.]

Zenith mengambil nafas dalam-dalam.

Kamu memberiku banyak masalah, bu.

[Lilia, kamu tetap tinggal di rumah ini. Kamu sudah menjadi bagian dari kami!! Aku tak akan mengijinkanmu pergi meninggalkan kami sendirian!!]


Zenith telah mengeluarkan titahnya.

Paul membuka matanya lebar-lebar, dan Lilia meneteskan air mata sambil menutupi bibirnya dengan tangannya.

Dengan demikian, kasus ini telah selesai.

***

Persis seperti itu, semua kesalahan telah dilimpahkan kepada Paul, dan situasi pun sudah menjadi agak lebih tenang.

Saat Zenith melotot ke arah Paul, rasanya aku seperti sedang melihat tukang jagal yang bersiap untuk menyembelih seekor babi.

Dalam situasi tertentu, hal seperti itu mungkin bisa di anggap sebagai hadiah, namun nyaliku ciut ketika melihat itu terjadi di depan mataku.

Zenith tetap menjaga ekspresi itu ketika ia pergi memasuki kamarnya sendirian.

Lilia menangis. Dia masih menunjukkan wajah yang tanpa ekspresi, tapi air mata terus mengalir dari kedua matanya.

Paul merasa ragu soal apakah dirinya harus memeluk pundak Lilia atau tidak.

Yah, aku serahkan saja masalah ini sama si playboy itu.

Aku pergi mengejar Zenith ke kamar tidur utama. Kalau insiden ini bisa menyebabkan perceraian di antara Zenith dan Paul, itu juga akan jadi masalah.

Aku mengetuk pintu, dan Zenith segera keluar.

[Ibu. Hal yang barusan aku katakan itu bohong. Tolong jangan benci ayah.]

Aku mengucapkan itu tanpa basa basi.

Zenith tampak bengong untuk sesaat, namun ia segera menunjukkan senyuman masam dan mengelus kepalaku.

[Aku mengerti. Aku sendiri tak mengira kalau aku bakal menyukai pria seperti itu. Orang itu benar-benar bodoh dan penuh nafsu, jadi aku sudah mempersiapkan diri semisal kejadian seperti ini akan terjadi. Tapi semuanya benar-benar terlalu mendadak, dan aku pun terlalu terkejut.]

[……… Apakah sampai sebegitunya ayah menyukai wanita?]

Aku berpura-pura tak mengetahui apapun dan bertanya.

[Ya. Belakangan ini dia sudah agak baikan, namun di masa lalu dia sama sekali dengan akibat dari perbuatannya. Bahkan ada kemungkinan kalau di luar sana Rudi punya kakak laki-laki atau perempuan.]

Saat ia bicara, kekuatan dari tangannya yang membelai kepalaku bertambah semakin kuat.

[Rudi gak boleh jadi orang dewasa yang seperti itu ya?]

Zenith membelai kepalaku dengan kuat, eh bukan, dia menyambar kepalaku dengan makin kuat…

[Kamu gak boleh memperlakukan Sylphy seperti itu ya?]

[Ow, ouch, tentu saja bu, ouch~]

Aku merasa tindakanku mulai dari sekarang telah diberi peringatan keras.

Tapi, sepertinya situasi akan menjadi baik-baik saja sekarang. Apapun yang terjadi mulai dari sekarang, akan bergantung pada usaha Paul.

Tapi, kepala keluarga kami yang satu ini benar-benar nakal.

Tak ada kesempatan kedua bung.

Hari kedua.

Latihan berpedang kali ini sangat berat dan ketat.

Aku sudah membantumu untuk menghibur ibu, bisa nggak kamu nggak melampiaskan kemarahanmu kepadaku?

***

-- Sudut Pandang Lilia –

Aku akan berterus terang.

Kehamilanku ini adalah kesalahanku sendiri. Itu karena aku sadar kalau aku sendirilah yang merayu Paul.

Ketika aku datang ke rumah ini, aku sama sekali tidak merencanakan itu. Tapi, setelah mendengar nafas mereka yang terengah-engah setiap malam, membersihkan kamar mereka yang penuh dengan aroma olah raga malam mereka, tentunya keinginan seksual ku akan terakumulasi.

Pada awalnya, aku mampu mengatasinya sendiri.(yep, fap fap)

Namun, saat aku melihat Paul berlatih dengan pedangnya di halaman setiap harinya, bara nafsu yang tak bisa dipadamkan yang ada di dalam tubuhku mulai tumbuh menjadi lebih besar.

Tiap kali aku melihat Paul berlatih, aku selalu memikirkan pengalaman pertamaku.

Pada saat itu aku jauh lebih muda dari sekarang, dan itu terjadi saat aku masih berlatih di dojo. Pasanganku waktu itu tentu adalah Paul, dan sejujurnya, dia melakukan itu secara paksa di malam hari. Meskipun aku tidak membencinya, tapi aku juga tidak menyukainya. Pengalaman pertamaku tidak terlalu romantis, dan aku meneteskan air mata saat itu terjadi.

Namun tepat setelahnya, muncul menteri-menteri gendut kerajaan.

Setelah aku berpikir bahwa Paul lebih baik daripada mereka, aku mulai tak terlalu memikirkan insiden di dojo itu…

Saat aku mendengar Paul sedang mencari pembantu, aku berencana untuk menggunakan insiden itu sebagai bahan negosiasi.

Paul yang belum pernah aku lihat sekalipun sejak saat itu, sekarang sudah menjadi jauh lebih gagah.

Pria yang kekanak-kanakan itu telah menghilang, dan kini dia menjadi pria yang kuat dan tegas.

Di hadapan pria seperti itu, aku benar-benar berhasil menahan diri selama 6 tahun.

Pada mulanya, Paul tak menggoda diriku.

Kalau situasinya bertahan seperti itu, mungkin nafsu ku akan berhasil kupendam.

Tapi berbagai pelecehan seksual yang sesekali ia lakukan kembali menyalakan bara nafsu ku.

Meskipun aku bisa menahannya, tapi aku sadar akan fakta bahwa aku sudah mencapai batas.

Kehamilan Zenith merusak batasan itu.

Memanfaatkan nafsu seksual Paul sebagai kesempatan untuk diriku sendiri, aku merayunya untuk masuk ke dalam kamarku……

Jadi semuanya adalah salahku. Kehamilan ini adalah hukuman bagiku. Hukuman karena aku telah kalah melawan nafsuku, dan juga karena telah mengkhianati Zenith.

Tapi aku dimaafkan.

Aku dimaafkan oleh Rudeus.

Anak pintar itu mengerti dengan akurat apa yang sebenarnya terjadi, mengarahkan aliran percakapan secara akurat, dan bahkan memasang jebakan yang sempurna.

Ketenangan yang ia tunjukkan membuatku merasa kalau dia sudah pernah menjumpai situasi seperti ini sebelumnya.

Itu benar-benar mengerikan…… T, tidak, aku tak boleh menganggapnya seperti ini lagi.

Aku selalu menganggap Rudeus adalah anak yang menakutkan, dan menjauhinya di masa lalu.

Rudeus itu sangatlah pintar. Dia pasti sudah sadar kalau aku dengan sengaja menghindarinya. Tapi, dia masih mau menyelamatkanku. Meskipun aku tahu dia pasti merasa tidak nyaman.

Dengan mengesampingkan perasaannya, ia memilih untuk menyelamatkan anak yang ada di dalam kandunganku.

Aku merasa malu karena telah menganggapnya mengerikan dan menjauhinya.

Dia adalah penyelamatku. Seseorang yang layak untuk aku hormati.

Aku akan melayani orang ini dengan penuh hormat hingga ajal menjemputku. Tidak…… aku tak akan bisa membalas kebaikannya sendirian, mengingat dulu aku pernah memandang rendah dirinya.

Oh, benar juga.

Kalau anak ku bisa tumbuh dengan aman dan sehat.

Aku akan memberi tahu anakku untuk mengikuti Rudeus.

Aku akan menyuruhnya untuk melayani Tuan Rudeus.

***

-- Sudut Pandang Rudeus –

Tak ada hal spesial yang terjadi di beberapa bulan berikutnya.

Perkembangan Sylphy bisa dilihat dengan jelas. Dia bisa menggunakan voiceless incantation untuk sihir dengan tingkatan sampai intermediate. Dia juga perlahan-lahan mampu mengontrol sihirnya dengan halus.

Dibandingkan dengan itu, tingkatan ilmu pedangku tak berubah banyak.

Meskipun memang benar kalau aku mengalami peningkatan, aku masih tak bisa memberikan satupun luka di tubuh Paul, jadi aku tak terlalu merasakannya.

Dan juga, sikap Lilia terhadapku sepertinya membaik. Dia selalu waspada terhadapku di masa lalu. Yah, itu sudah aku perkirakan, soalnya aku sudah whoosh-whoosh-whoosh, menggunakan sihir sejak aku masih kecil.

Meskipun pada dasarnya dia tetap menunjukkan wajah yang tak memiliki ekspresi, ucapan dan aksinya membuatku berpikir kalau dia sangat menghormatiku. Meskipun aku menganggap bahwa rasa hormat yang ia tunjukkan itu adalah hal yang bagus, tapi itu akan membuat Paul kehilangan posisinya sebagai orang yang harusnya paling dihormati di dalam keluarga, jadi aku harap dia akan menghentikan itu.

Bagaimanapun, setelah insiden itu, Lilia mulai sedikit ngobrol denganku.

Kebanyakan topiknya ada hubungannya dengan Paul.

Ternyata Lilia dan Paul belajar ilmu pedang di dojo yang sama.

Pada waktu itu Paul sangatlah berbakat, tapi dia tak suka latihan. Dan dia biasanya membolos latihan untuk bermain di kota. Dan Lilia kehilangan keperawanannya akibat serangan mendadak yang dilakukan Paul di malam hari ketika ia sedang tidur. Paul takut insiden itu akan ketahuan dan pergi melarikan diri dari dojo.

Lilia menjelaskan peristiwa yang terjadi itu secara datar.

Semakin aku mendengar Lilia mendeskripsikan peristiwa itu, saham yang dimiliki Paul di dalam pikiranku mulai anjlok.

Tukang perkosa plus tukang selingkuh. Paul itu bajingan.

Tapi sifat yang dimiliki Paul bukanlah seperti sifat yang dimiliki orang jahat. Dia itu bebas dan liar, seperti anak-anak, tipe orang yang mampu memancing naluri keibuan seorang wanita. Dia berusaha keras untuk menjadi seorang ayah yang baik. Tapi dia sangat lemah dalam hal sabar, dan kerap segera melakukan apapun yang ada di dalam benaknya tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Dia bukanlah orang yang jahat.

[Ada apa, kenapa kok kamu menatapku seperti itu? Apa kamu mau jadi sekeren ayahmu ini?]

Dia menanyaiku saat aku sedang menatap dirinya yang sedang berlatih pedang.

Orang ini selalu membuat candaan.

[Pria yang hampir menyebabkan keluarganya hancur karena selingkuh itu keren?]

[Uuugh……]

Paul menunjukkan ekspresi yang penuh dengan penderitaan. Aku memperingatkan diriku sendiri agar berhati-hati ketika aku meliaht ekspresi itu.

Meskipun aku adalah protagonis bertipe donkan. Aku tak akan memiliki hubungan gelap, kecuali dengan gadis yang memang memperebutkan aku. Aku adalah tipe orang yang akan berusaha untuk menyebabkan hal seperti itu terjadi.

[Yah, anggap saja masalah ini sebagai peringatan, tolong jangan main-main dengan wanita selain ibu.]

[K, kalau Lilia gak apa-apa kan?]

Walah, orang ini sepertinya masih belum cukup menderita…

[Berikutnya mungkin ibu akan langsung pulang kampung tanpa pamit terlebih dahulu……]

[Ugh……]

Dikelilingi oleh 2 wanita, apa orang ini mau menciptakan ménage à trois? Punya istri dan pembantu cantik yang bisa dia garap kapan saja, sambil mengajarkan ilmu pedang kepada anaknya di daerah terpencil, dan hidup dengan bahagia sampai ajal menjemput.

Hey hey, itu bisa membuat orang-orang terlalu iri. Bukannya itu salah satu ending terbaik?

Seperti dalam suatu novel ringan, main-main dengan Louise dan Tabitha, tapi tetap tak mendapat masalah? (ref. zero no tsukaima)

Haruskah aku berhenti menapaki jalur donkan dan belajar darinya……?

Nggak, nggak. Tenangkan dirimu, Rudeus. Ingatlah rapat keluarga itu, dan pandangan yang ditunjukkan Zenith di saat-saat akhir.

Apa kamu mau dilihat dengan tatapan seperti itu?

Satu istri sudah cukup.

[Kalau kamu cowok, kamu pasti mengerti kan?]

Paul masih bersikeras soal itu. Aku memang mengerti, tapi aku tidak setuju.

[Apa yang sebenarnya ingin kamu ajarkan kepada anakmu yang masih berumur 6 tahun?]

[Halah, bukannya kamu terpesona sama Sylphy? Anak itu pasti jadi gadis yang cantik di masa depan.]

Aku cuma bisa setuju kalau soal itu.

[Mungkin. Meskipun sekarang aku pikir kalau dia itu sudah sangat manis.]

[Lihat, bukannya itu mudah untuk dipahami?]

[Mungkin.]

Paul itu bajingan, tapi enak kalau di ajak bicara.

Meskipun aku kelihatan seperti anak kecil, tapi mentalku adalah seorang NEET berumur 40 tahun. Bajingan yang sesungguhnya.

Memang hanya terbatas di dalam game, tapi aku suka cewek-cewek, dan tentu saja aku suka harem. Rasa cintaku terhadap mereka pun mungkin sama parahnya dengan Paul.

Perasaan ini mulai muncul setelah aku curhat dengan Paul setelah aku melucuti pakaian Sylphy dengan paksa.

Setelah insiden itu, aku merasa kalau Paul memiliki kemauan untuk mendekatiku dan berbicara tentang berbagai hal secara terang-terangan. Karena aku menunjukkan sisi lemahku, dia tak lagi memaksa dirinya untuk menjadi ayah yang tegas, dan itu artinya dia juga sudah berkembang.

[Hehe……]

Aku tiba-tiba menyadari senyuman lebar yang muncul di wajah Paul.

Dia tak melihat ke arahku, tapi yang ada di belakangku. Ketika aku menoleh ke belakang, ada Sylphy berdiri di sana. Dia sangat jarang datang ke rumah kami.

Ketika aku lihat baik-baik, dia tampak seperti sedang sedikit gelisah dan wajahnya berwarna merah merona.

Dia pasti mendengar apa yang barusan aku katakan.

[Hey, ulangi itu sekali lagi biar dia bisa jelas dengarnya~]

Godaan Paul benar-benar klasik.

Aku tertawa melalui hidungku. Serius deh, kamu itu gak mengerti.

Paul masih naïf dalam beberapa area.

Meskipun suatu ucapan itu datang dari dalam hati, kamu akan jadi terbiasa kalau kamu mendengarnya terlalu banyak, dan efeknya pun akan menjadi lebih lemah. Kamu harus membuat orang lain berpikir kalau dirimu itu sangat tidak menyadari hal tersebut, tapi akan jadi lebih efektif kalau kamu sesekali mengeluarkan apa yang ada di dalam hatimu.

Itu hanya bisa dilakukan sesekali. Kamu tak boleh melakukan itu untuk kedua kalinya dalam waktu dekat.

Jadi aku hanya tersenyum dan melambai ke arah Sylphy.

Dan juga, Sylphy masih berumur 6 tahun. Masih 10 tahun terlalu awal untuk bicara tentang hal seperti ini.

Kalau aku terus-terusan memanjakan dan memanggilnya manis, dia tak akan tumbuh menjadi wanita yang baik.

Kakak perempuanku adalah contoh yang bagus.

[S-soal itu. Rudeus, juga…… keren?]

[Begitukah? Terima kasih Sylphy.]

Aku samar-samar tersenyum dan menunjukkan gigi-gigiku yang (seharusnya) bersinar cerah.

Sylphy memang benar-benar ahli dalam bersosialisasi. Aku nyaris kepikiran kalau yang dia katakan itu serius saat ia menatapku penuh kagum. Pujian yang ku berikan kepada Sylphy memang benar datang dari dalam hatiku, tapi itu sama sekali tidak mengandung rasa cinta yang romantis.

Paling tidak untuk sekarang.

[Kalau begitu ayah, aku berangkat.]

[Jangan menjatuhkan Sylphy di semak-semak!!]

Siapa coba yang bakal melakukan itu. Aku itu tak sepertimu.

[Ibu!! Ayah nih -----]

[Wahh, berhenti, berhenti……!!]

Hari ini adalah hari yang tenang lainnya untuk keluarga kami.

***

Setelah beberapa waktu, Zenith melahirkan.

Pada waktu itu prosesnya benar-benar sulit. Karena yang keluar terlebih dahulu adalah kaki.

Lilia juga tak bisa bergerak, jadi kami memanggil bidan dari desa untuk membantu. Tapi si bidan tua yang dipanggil itu juga tak memiliki solusi.

Proses melahirkan Zenith memang separah itu.

Dengan proses melahirkan selama itu, baik si ibu dan anak jatuh ke dalam situasi yang berbahaya.

Lilia menggunakan semua pengetahuan yang ia miliki dan bergerak kesana kemari. Aku juga berusaha sebisa mungkin, dengan terus-terusan menggunakan healing magic untuk membantu.

Dengan usaha kami, proses melahirkan itu berakhir sukses.

Si bayi lahir ke dunia ini tanpa memiliki masalah, dan kini menangis dengan penuh energi.

Bayi itu cewek. Adik perempuan. Beruntung dah dia bukan adik laki-laki.

Di saat kami merasa lega, Lilia juga menunjukkan tanda-tanda seperti akan melahirkan.

Itu adalah momen dimana semua orang sedang rileks dan kecapekan.

Kata ‘kelahiran prematur’ menari-nari di dalam benakku.

Namun kali ini, bidan yang kami panggil berhasil. Dia menangani proses kelahiran Zenith dengan sangat buruk, tapi sepertinya dia berpengalaman dalam kelahiran prematur.

Aku menjalankan perintah si bidan. Setelah menendang bokong Paul yang ketakutan, aku menyuruhnya untuk menggendong Lilia ke dalam kamarku. Sementara itu, aku menggunakan sihir untuk menciptakan air panas, berusaha sebisa mungkin untuk mengumpulkan pakaian bersih, dan kembali ke si bidan.

Sisanya aku serahkan kepada si bidan.

Saat anak itu lahir, Lilia memanggil nama Paul dengan penuh sayang.

Paul yang berkeringat menggenggam tangan Lilia dengan erat.

Anak yang barusan lahir itu sedikit lebih kecil bila dibandingkan dengan anaknya Zenith, tapi anak ini juga menangis dengan sehat.

Oh iya, yang satu ini juga cewek.

Dua-duanya perempuan. Dua-duanya adik perempuan.

Keduanya cewek? ----- ucap Paul sembari tertawa konyol.

Wajah bodoh ayah. Ini adalah untuk kedua kalinya aku melihat ekspresi itu.

Kalau dipikir-pikir, situasi Paul benar-benar terlalu menyedihkan. Bagaimanapun, kubu perempuan di rumah kami sudah tumbuh menjadi 2 kali lipat. Dalam skenario seperti ini, siapa yang memiliki posisi paling rendah?

Palingan ya si ayah yang melakukan perselingkuhan dengan si pembantu.

Tujuanku adalah untuk menjadi kakak yang dihormati, tapi Paul pasti tak akan dihormati, mungkin.

Putrinya Zenith, Norn.

Putrinya Lilia, Aisha.

Itu adalah nama yang diberikan kepada mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar