Senin, 01 Desember 2014

Mushoku Tensei 12



[Web Novel 12] Kekerasan Tuan Putri

Ketika kami sampai di Roa, malam sudah tiba.

Jarak antara desa Buina dan Roa adalah sekitar satu hari perjalanan dengan menggunakan kereta kuda.

Kalau dihitung dengan menggunakan waktu, kira-kira sekitar 6-7 jam. Jarak seperti itu tidak bisa dianggap jauh, tapi kalau dianggap dekat juga salah.

Kota Roa, memang benar merupakan salah satu kota terbesar yang ada di sekitar sini, dan merupakan tempat yang sangat ramai.

Hal pertama yang aku lihat adalah tembok.

Tembok-tembok yang mengelilingi kota dengan tinggi sekitar 7-8 meter, dan terlihat sangat kokoh.


Di sekitar gerbang kota, ada arus lalu lintas yang tak ada akhirnya, dan setelah kami masuk ke dalam, aku langsung melihat berbagai jenis pedagang yang sedang berjualan.

Dan tepat di lokasi yang baru saja kami masuki, ada serangkaian losmen dan kandang kuda.

Para penduduk kota berbaur dengan para pedagang, ada juga orang-orang yang berjalan dengan mengenakan armor, dan seluruh bagian tempat ini benar-benar terlihat seperti kota fantasi yang biasa muncul di buku-buku cerita.

Ada beberapa orang yang membawa barang bawaan besar duduk di sebuah tempat layaknya mereka sedang menunggu sesuatu.

Apa ya itu?

[Ghyslaine, apa kamu tahu itu apa?]

Aku bertanya pada orang yang duduk dihadapanku.

Memiliki telinga hewan dan sebuah ekor, dan mengenakan pakaian kulit yang sangat terbuka, dengan kulit berwarna coklat di bawahnya, adalah seorang pria besar berotot ------ Bukan, dia adalah seorang pendekar pedang wanita.

Ghyslaine Dedorudia.

Memiliki tingkat ketiga tertinggi dalam ranking teknik Sword-God, seorang pendekar pedang wanita kuat yang memiliki gelar Sword King, dan telah setuju untuk untuk mengajariku ilmu berpedang di tempat yang sekarang sedang kami tuju.

Dia adalah guruku yang kedua.

[…… Nak.]

Menanggapi pertanyaanku, dia menunjukkan ekspresi jengkel.

[Apa kamu menganggapku sebagai orang idiot?]

Ghyslaine melotot dengan garang ke arahku, dan tatapannya itu membuatku takut.

[Ah bukan. Aku cuma, aku tak tahu apa itu, jadi aku mau tanya……]

[Ah, maaf. Jadi itu maksudmu.]

Melihatku hampir meneteskan air mata, Ghyslaine dengan cepat menjawab.

[Itu adalah tempat untuk menunggu kereta kuda umum. Pergi dari suatu kota ke kota lain membutuhkan kereta kuda, dan kamu bisa naik kereta kuda bila kamu membayar beberapa uang kepada pengemudinya.]

Ghyslaine menunjuk ke toko-toko yang kami lewati satu per satu, memberitahuku kalau itu adalah toko senjata, itu adalah bar, dan yang disana ada beberapa asosiasi perdagangan. Hey tunggu dulu, itu adalah toko yang sangat mencurigakan.

Meskipun dia memiliki penampilan yang bisa membuat orang lain takut, sebenarnya dia sangat bersahabat.

Kami masuk ke dalam suatu tikungan, dan suasana di sekeliling kami berubah.

Setelah ada banyak toko yang melayani para adventurer, kami menemui banyak toko-toko perumahan selagi melanjutkan perjalanan dengan kereta kuda.

Pasti ada orang-orang yang tinggal di dalam lorong-lorong ini.

Sepertinya penataan bangunan di sini sudah direncanakan dengan matang.

Kalau ada musuh yang muncul, orang-orang yang berada di sekitar sini akan bertahan, sedangkan para penduduk akan melarikan diri menuju jantung kota, atau lari ke arah yang berlawanan.

Karena kota ini memiliki konsep seperti itu, makin dekat dirimu dengan jantung kota, rumah-rumah di jalanan pun akan menjadi lebih besar, dan bahkan bangunan toko-toko pun lebih tinggi.

Makin dekat dengan jantung kota, makin kaya orang-orang yang tinggal di sana.

Dan kemudian, tepat di tengah-tengah kota, terletak bangunan yang paling tinggi.

[Itu adalah mansion milik Lord(gelar bangsawan).]

[Rasanya itu lebih mirip dengan sebuah kastil daripada sebuah mansion.]

Menurut sejarah, 400 tahun yang lalu, kota ini menjadi garis pertahanan terakhir bagi umat manusia. Roa adalah kota dengan sejarah yang panjang.

Tapi hanya sebagian dari sejarah itu yang benar, para bangsawan yang tinggal di ibu kota menganggap tempat ini sebagai tempat dimana para adventurer kelas rendah menetap.

Jadi ini kastil yang berdiri di kota ini.

[Sepertinya status kebangsawanan Ojou-sama lumayan tinggi, karena kita sampai sedekat ini dengan jantung kota.]

[Tidak juga.]

Ghyslaine menggelengkan kepalanya.

Tapi karena mansion milik Lord sudah berada tepat di hadapan mataku, menurut informasi yang aku dapatkan sebelumnya, orang-orang yang tinggal disini sudah jelas memiliki posisi tinggi.

……….. Atau mungkin tidak. Menetap di area yang dekat dengan perbatasan seperti ini, posisi mereka mungkin tidak terlalu tinggi.

[Eh?]

Saat aku memikirkan itu, si pengemudi kereta kuda menyapa orang yang ada di gerbang mansion.

Dan memasuki mansion itu.

[Um, apakah tuan putri yang harus aku ajari adalah putri dari Lord?]

[Bukan.]

[Bukan?]

[Tebakanmu hampir benar.]

Apa ada makna tersembunyi dibalik kata-katanya? Aku tak mengerti……

Kereta kuda yang kami tunggangi pun berhenti.

***

Saat kami memasuki mansion, kami dituntun ke dalam ruangan yang sepertinya memiliki fungsi untuk menghibur para tamu.

Si butler(pelayan) menunjuk ke arah dua sofa yang ada di dalam ruangan.

Ini adalah interview pertama untukku.

Aku harus melakukan ini dengan hati-hati.

[Silahkan duduk.]

Aku menuruti saran dari si butler dan duduk di sofa yang ditunjuk, sedangkan Ghyslaine pergi dari sisiku tanpa mengucapkan sepatah katapun dan berdiri di pojokan ruangan.

Yang mana bisa digunakan untuk mengawasi seluruh area ruangan.

Kalau hal seperti itu terjadi di kehidupanku yang dulu, aku pasti mengira bahwa Ghyslaine adalah seseorang yang menderita chuunibyou.

[Tuan muda akan segera datang. Mohon tunggu sebentar.]

Si butler menuangkan cairan yang mirip seperti teh merah ke dalam cangkir yang kelihatan sangat mewah, kemudian menunggu di pintu masuk.

Aku meminum cairan yang mengepulkan uap itu.

Rasanya lumayan. Meskipun aku tak tahu bagaimana cara untuk menilai kualitas dari teh merah, teh yang aku minum ini harganya pasti lumayan mahal.

Mulai dari awal, tak ada minuman yang disiapkan untuk Ghyslaine. Sepertinya hanya aku lah yang diperlakukan sebagai tamu.

[Dimana dia!]

Ketika aku memikirkan hal-hal tersebut, aku mendengar suara yang lantang dan langkah kaki yang tergesa-gesa dari samping ruangan.

[Apa dia disini?]

Seorang pria yang tampak kuat memasuki ruangan dengan kasar.

Umur pria itu mungkin sekitar 50 tahunan, dan rambut berwarna coklat gelap di kepalanya tercampur dengan sedikit rambut berwarna putih, tapi secara keseluruhan sepertinya dia berada dalam kondisi yang cukup baik.

Aku meletakkan cangkir ke atas meja dan berdiri, kemudian membungkukkan pinggangku sampai 90 derajat.

[Senang bertemu dengan anda, nama saya Rudeus Greyrat.]

Pria itu mendengus tidak puas.

[Hmph, kamu bahkan tak tahu bagaimana caranya memberi salam kepada orang lain!]

[Tuan, Rudeus-dono belum pernah meninggalkan desa Buina. Beliau masih muda dan belum memiliki waktu untuk mempelajari tata krama. Tolong maafkan ketidaksopanan kecil tersebut……]

[Diam.]

Si butler tak lagi bicara setelah dia diteriaki.

Pria tua ini sepertinya adalah orang yang mempekerjakanku.

Sepertinya dia benar-benar marah. Rasanya seperti ada sesuatu yang kurang memadai dalam diriku.

Meskipun aku ingin memberi salam dengan benar, sepertinya tata krama para bangsawan memiliki aturan yang berbeda.

[Hmph, Paul bahkan tak mengajarkan formalitas kepada anaknya!]

[Saya dengar ayah membenci aturan-aturan kaku, dan karena itulah ayah dengan sengaja tak mengajarkan itu kepada saya.]

[Langsung cari alasan! Kamu itu sama saja seperti Paul.]

[Apa ayah selalu mencari alasan?]

[Kamu pikir bagaimana? Tiap kali dia membuka mulutnya, yang keluar hanyalah alasan. Kalau dia mengompol, dia bakal mencari alasan. Kalau dia bertengkar, dia akan mencari alasan. Kalau dia bermalas-malasan saat belajar, dia juga akan mencari alasan.]

Jadi begitu. Kalau dipikir-pikir benar juga.

[Kalau kamu ingin mempelajari sesuatu, paling tidak ketahuilah tata krama! Kamu tak mencobanya sama sekali, dan karena itulah kamu menjadi seperti ini!]

Tapi apa yang dia katakan tidaklah salah, dan bukan tanpa alasan.

Aku hanya mempelajari sihir dan ilmu pedang, dan aku tak pernah berpikir untuk mempelajari sesuatu yang lain.

Mungkin pandanganku memang terlalu sempit.

Aku harus merenungkan itu dengan sungguh-sungguh.

[Anda benar. Ini memang kesalahan yang saya sebabkan sendiri. Saya benar-benar meminta maaf.]

Si pria tua itu menghentakkan kakinya ke lantai saat aku menundukkan kepalaku.

[Tapi sepertinya kamu tak menggunakan itu sebagai alasan, dan berusaha sebisamu untuk menampilkan sikap yang formal! Aku akan mengijinkanmu untuk tinggal di dalam mansion ini!]

Aku tak benar-benar mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi, tapi sepertinya aku sudah dimaafkan.

Setelah pak tua itu mengucapkan kalimat di atas, dia membalikkan tubuhnya dengan penuh semangat dan pergi meninggalkan ruangan layaknya badai.

[Siapa?]

Aku menatap ke arah si butler dan bertanya.

[Beliau adalah Sauros Boreas Greyrat-sama, Lord dari Fedoa, dan paman dari tuan Paul.]

Jadi orang itu adalah seorang Lord.

Dia itu sedikit terlalu sombong. Aku benar-benar khawatir dengan metode yang ia gunakan untuk mengatur daerah ini. Yah, ada banyak adventurer disini, jadi kalau dia tak memiliki figur yang mengesankan, dia mungkin tak akan bisa menjalankan tugas-tugas yang dimiliki seorang Lord.

Hm? Greyrat, paman……?

[Itu artinya beliau adalah saudara dari kakekku?]

[Ya.]

Aku sudah menebak kalau Paul memanfaatkan hubungan keluarga yang sebelumnya sudah ia putuskan.

Tapi kalau dipikir-pikir, berarti keluarga Paul termasuk salah satu bangsawan kelas tinggi.

Orang itu dulunya pasti adalah tuan muda dari suatu tempat yang lumayan bagus.

[Ada apa Thomas? Kenapa kok pintunya terus terbuka lebar?]

Ada orang lain memasuki ruangan dari sisi lain pintu.

[Tapi ayah kelihatannya lumayan gembira. Apa ada sesuatu yang terjadi?]


Seorang pria dengan tubuh yang ramping dan memiliki rambut berwarna coklat muda.

Berdasarkan pada apa yang dia ucapkan, dia pasti sepupunya Paul.

[Tuan muda, saya benar-benar minta maaf. Tuan Sauros baru saja bertemu dengan Rudeus-sama, dan sepertinya beliau cukup senang dengannya.]

[Hoh, anak yang disenangi ayah…… Apa dia salah memilih? Hmm.]

Ucapnya sambil berjalan ke arah sofa yang ada di depanku, kemudian duduk di atasnya.

Ah, benar juga, lebih baik aku buru-buru menyapanya.

[Senang bertemu dengan anda, nama saya Rudeus Greyrat.]

Aku menundukkan kepalaku, dengan cara yang hampir sama seperti yang aku lakukan ketika menyalami Sauros.

[Ah, namaku adalah Philip Boreas Greyrat. Ketika para bangsawan menyapa satu sama lain, mereka akan meletakkan tangan kanan mereka ke dada mereka dan sedikit menundukkan kepala mereka. Dari caramu melakukan itu, kamu pasti mendapat omelan.]

[Seperti ini?]

Aku meniru tindakan Philip dan sedikit mengangkat kepalaku.

[Benar, tapi caramu memberi salam sebenarnya tidaklah buruk. Kalau seorang pandai besi memberi salam kepada ayah dengan cara seperti itu, beliau mungkin akan merasa senang. Duduklah.]

Philip pun duduk dengan bunyi plop.

Aku pun mengikuti sarannya dan kembali duduk.

……… Apakah interview nya sudah dimulai?

[Seberapa banyak yang kamu pahami?]

[Ayah bilang kalau saya mengajari Ojou-sama disini selama 5 tahun, saya akan menerima bantuan biaya untuk bersekolah di Universitas Sihir.]

[Hanya itu?]

[Ya.]

[Aku mengerti……]

Philip meletakkan kedua tangannya ke bawah dagunya, layaknya sedang memikirkan sesuatu, dan pandangannya mengarah ke atas meja.

[Apa kamu suka dengan wanita?]

[Tidak separah ayah.]

[Begitukah? Baiklah, kamu diterima.]

Ah? Ara?

Itu terlalu cepat, ya kan?

[Untuk sekarang, anak itu hanya menyukai 2 orang, Edena yang mengajari tata krama, dan Ghyslaine yang mengajari ilmu pedang. Sebelum kamu datang kemari, sudah ada 5 orang yang dipecat. Bahkan salah satu diantara mereka adalah orang yang pernah mengajar di istana kerajaan.]

Meskipun dia pernah mengajar di istana kerajaan, cara dia mengajar mungkin tidak bagus, tapi aku tak mengatakan itu secara terang-terangan.

[……… Apa itu semua ada hubungannya dengan menyukai wanita?]

[Tidak juga. Karena Paul adalah orang yang akan melakukan segala hal untuk mendapatkan wanita yang dia inginkan, aku penasaran apakah kamu itu sama dengan dia atau tidak.]

Philip mengangkat bahunya.

Harusnya aku yang ingin mengangkat bahuku. Kau ternyata mengkelompokkan aku dalam satu grup bersama Paul.

[Sejujurnya, aku tak memiliki ekspektasi apapun kepadamu. Tapi karena kamu adalah anaknya Paul, bagaimanapun juga aku ingin kamu mencobanya.]

[Whoa. Itu terlalu blak-blakan.]

[Memangnya kenapa? Apa kamu punya kepercayaan diri yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan ini?]

Sebenarnya aku tak memilikinya.

Tapi sekalipun aku tak memilikinya, aku tak bisa mengatakan itu secara terang-terangan dalam suasana seperti ini.

[Sebelum saya bertemu dengan Ojou-sama, saya tak yakin……]

Kalau aku gagal dalam pekerjaan ini dan harus mencari pekerjaan lain, aku pasti akan ditertawai oleh Paul. Dia pasti akan mengatakan sesuatu seperti, kamu itu masih bocah lah, atau apalah.

Apa kau bercanda?

Bagaimana bisa aku ditertawakan oleh pria yang usianya lebih rendah dariku?

Muuu……

[Kalau kenyataannya memang tidak mendukung…… mari kita coba untuk berakting.]

Aku akan menggunakan pengetahuan dari kehidupanku yang dulu.

Sebuah metode untuk menjinakkan Ojou-sama.

[Berakting. Bagaimana cara kerjanya?]

Aku menjelaskan secara detil.

[Ketika saya sedang bersama dengan Ojou-sama, kami akan diculik oleh orang jahat yang berasal dari suatu keluarga tertentu. Saya akan menggunakan bahasa, matematika, dan sihir untuk melarikan diri bersama dengan Ojou-sama, dan kembali ke mansion ini dengan kekuatan kami sendiri.]

Setelah mendengar kata-kata yang aku ucapkan, Philip terdiam untuk beberapa saat, namun ia dengan cepat memahami plot dari ceritaku dan mengangguk.

[Dengan kata lain, kamu ingin agar dia sendirilah yang mengambil inisiatif untuk belajar. Menarik. Tapi apakah semuanya akan berjalan dengan mulus?]

[Saya pikir itu akan memiliki kesempatan berhasil yang lebih tinggi daripada metode yang digunakan oleh orang-orang dewasa untuk mengajari Ojou-sama.]

Sebuah plot yang biasanya terjadi di dalam anime dan manga.

Setelah menyaksikan atau mengalami insiden seperti itu, seorang anak yang membenci buku akan menyadari betapa pentingnya belajar bagi dirinya sendiri.

Meskipun kejadian itu sudah di atur dari balik layar.

[Yang barusan kamu katakan itu, apakah itu adalah metode untuk menguasai para wanita yang diajarkan oleh Paul kepadamu?]

[Tidak. Sekalipun ayah tidak melakukan itu, dia masih tetap sangat populer.]

[Pf…… Pfftt……]

Philip mendengus menahan tawanya.

[Benar juga. Orang itu memang selalu beruntung dalam hal wanita. Bahkan sekalipun dia hanya berdiam diri, akan ada wanita yang datang mendekatinya.]

[Siapapun yang dikenal oleh ayah sepertinya tertarik kepadanya. Bahkan Ghyslaine yang disana sepertinya juga merupakan salah satu dari mereka.]

[Ah. Itu benar-benar sesuatu yang membuat orang lain merasa iri.]

[Saya khawatir ayah saya akan menyentuh teman saya yang ada di desa Buina.]

Setelah aku mengucapkan itu, aku mulai benar-benar khawatir.

5 tahun kemudian, dia akan tumbuh menjadi besar.

Ketika aku kembali, Sylphy telah menjadi salah satu ibuku. Oh my god.

[Kamu tak usah mengkhawatirkan itu. Paul hanya tertarik dengan wanita yang “besar”.]

Philip melihat ke arah Ghyslaine yang berdiri di pojokan sembari mengatakan itu.

[O, oh.]

Aku melihat ke arah Ghyslaine. Dia besar.

Zenith dan Lilia juga besar.

Apa yang aku maksud dengan besar?

Tentu saja, payudara mereka.

[Kalau hanya 5 tahun, harusnya sih tak ada masalah. Orang dengan darah campuran elf. Sekalipun mereka tumbuh dewasa, mereka tak akan jadi terlalu ‘besar’. Dan juga, aku pikir Paul tak akan bersikap segila itu.]

Begitukah?

Dan orang ini ternyata tahu kalau Sylphy adalah seorang elf.

Kalau begitu, untuk jaga-jaga, aku akan menganggap semua hal yang pernah terjadi di desa Buina, telah diinvestigasi secara menyeluruh.

[Haruskah aku bertanya, “Apa kau akan mencoba untuk merayu putriku”?]

[Apa yang sebenarnya anda khawatirkan dari anak berusia 7 tahun?]

Itu benar-benar sangat tidak sopan. Aku tidak akan melakukan apapun. Palingan, si tuan putri yang bakal jatuh cinta kepadaku. (Aku yang akan menuntun skenarionya).

[Tapi kalau dilihat dari surat yang ditulis Paul, kamu terlalu banyak bermain dengan teman perempuanmu di desa, sampai-sampai dia harus memaksamu untuk pergi kemari. Bahkan aku pun berpikir kalau itu hanyalah gurauan belaka, tapi setelah mendengar rencana yang barusan kamu ajukan, aku rasa kekhawatiran Paul itu ada benarnya.]

[Saya hanya berteman dengan Sylphy.]

Dan aku ingin membesarkan temanku satu-satunya itu menjadi gadis yang menurut padaku.

------ Sekalipun kau merobek-robek mulutku, kalimat itu tidak akan pernah aku ucapkan.

Ada beberapa hal yang tidak perlu diucapkan, dan tidak harus diucapkan.

[Yah, baiklah. Tidak akan ada kemajuan kalau kita hanya bicara terus menerus. Aku akan mengijinkanmu untuk menemui putriku. Thomas, bawa dia kemari!]

Philip berdiri saat ia selesai mengucapkan itu.

Dan seperti itu lah, aku bertemu dengan dia.


--- Cewek yang satu ini benar-benar angkuh.

Pertama kali aku melihatnya, aku langsung mendapat kesan seperti itu.

Dia 2 tahun lebih tua dariku. Ujung kedua matanya diangkat, dan memiliki rambut bergelombang.

Warna rambutnya merah menyala. Rasanya seperti dilukis dengan cat berwarna merah.

Dua kata. Sangat eksplosif.

Mungkin nantinya dia akan menjadi sangat cantik, tapi kebanyakan cowok akan berpikiran [Mustahil aku bisa bersama dengan dia].

Mungkin kalau cowoknya M…… Nah. Sepertinya cowok serendah itu juga tidak akan mau.

Pokoknya, aku pikir dia itu berbahaya.

Seluruh sel yang ada di tubuhku berteriak, [Jangan dekati dia!].

[Senang bertemu denganmu. Namaku Rudeus Greyrat.]

Tetap saja, aku tak bisa melarikan diri.

Aku akan menggunakan ilmu yang barusan aku pelajari.

[Hmph!]

Dia mengendus dengan gaya yang sama seperti kakeknya.

Dia berdiri tegak dengan kedua kakinya yang tertanam di tanah, dan menatapku dengan sikap merendahkan diriku. Memandang rendah dari posisi yang lebih tinggi.

Dia lebih tinggi dariku.

Dia menunjukkan sikap yang menyebalkan setelah melihatku, dan berkata:

[Apa-apaan? Bukannya dia lebih kecil dari aku!? Orang seperti ini mau mengajariku, apa kau bercanda!?]

Blah blah blah. Harga diri yang ia miliki sepertinya sangat tinggi.

Tapi aku tak bisa mundur begitu saja.

[Aku pikir itu tidak ada hubungannya dengan umur.]

[Apa kau bilang!? Berani kau melawanku hah!?]

Suaranya benar-benar lantang. Rasanya gendang telingaku mau pecah.

[Yang terpenting adalah aku bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan Ojou-sama.]

Setelah aku mengatakan itu, rambut si Ojou-sama serasa berdiri tegak.

Aku tak pernah membayangkan kalau ternyata kemarahan bisa dimaterialisasikan seperti itu.

Ini benar-benar mengerikan.

Guh. Sial. Kenapa aku harus takut sama anak yang usianya saja belum mencapai 10?

[Apa? Sombong sekali kau. Apa kau tak tahu siapa aku?]

[Kamu itu kakak sepupuku.]

Aku menyembunyikan rasa takutku dan memberikan jawaban.

[Sepupu……? Apa itu?]

[Putrinya sepupunya ayahku. Bisa dibilang kalau kamu adalah putrinya pamanku.]

[Omong kosong tak masuk akal apa itu!]

Apa penjelasanku salah?

Yah, mungkin dengan menyebutkan nama kerabat akan lebih mudah untuk menjelaskannya.

[Apa kamu pernah mendengar nama Paul?]

[Mana pernah aku dengar nama seperti itu!?]

[Benarkah?]

Aku merasa terkejut saat mengetahui bahwa dia tidak mengetahui nama Paul.

Pokoknya, aku akan mengobrol dengannya.

Kau harus terus bicara dengannya. Dewa walkthrough(yg di game2 itu) pernah mengatakan itu.

Di saat aku memikirkan itu.

Ojou-sama mengangkat tangannya.

Pam!

[………Eh?]

Itu benar-benar terlalu mendadak.

Ojou-sama tiba-tiba memukulku.

Pikiranku agak sedikit bingung, dan aku bertanya kepadanya.

[Kenapa kau memukulku?]

[Soalnya kamu itu sombong banget, padahal lebih kecil dari aku!]

[Oh, begitu.]

Pipiku yang kena pukul terasa nyeri.

Itu benar-benar sakit……

Gambaran kedua. Kekerasan.

Aku benar-benar tak punya pilihan.

[Kalau begitu, aku akan membalas.]

[Hah!?]

Tanpa menunggu jawaban dari Ojou-sama, aku menamparnya.

Pu!

Itu benar-benar terdengar aneh.

Mungkin karena aku tidak terbiasa dengan menampar orang. Yah, biarkan sajalah. Asal tamparanku masih terasa sakit.

[Kalau kau memukul orang, orang itu akan merasa kesakitan.]

Apa kau paham sekarang -------? Saat aku bersiap-siap untuk mengatakan itu, aku melihat Ojou-sama mengangkat tinjunya dengan penuh amarah.

Raja Iblis. Gadis di depanku benar-benar mirip dengan Raja Iblis.

Tanpa memberiku kesempatan untuk berpikir, dia memukulku.

Aku pun oleng kebelakang, dan dia masih lanjut menghajarku dengan tendangannya.

Seluruh tubuhku melayang kebelakang, setelah kakinya menghantam dadaku.

Momen berikutnya, dia menindihku.

Kedua tanganku ia kunci dengan kedua kakinya.

A, ara? Aku tak bisa bergerak?

[Tunggu, hey.]

Suaraku yang terdengar canggung ditenggelamkan oleh teriakan amarah Ojou-sama.

[Kau ternyata benar-benar berani menyerangku ya! Aku akan membuatmu menyesal!]

Pukulan demi pukulan melayang ke arahku.]

[Ow, owww, h, hentikan, eh, jangan, hentikan itu.]

Setelah pukulan kelima, aku akhirnya menggunakan sihir dan melarikan diri dari tindihannya.

Aku memegangi kakiku yang gemetaran dan berusaha untuk berdiri. Kemudian aku mengangkat kedua tanganku, dan bersiap untuk menggunakan sihir untuk melawan Ojou-sama.

Aku menggunakan sihir gelombang angin dan mengarahkannya ke wajah Ojou-sama.

[…… Tak, bisa, DIMAAFKAN!!]

Wajah Ojou-sama terkena langsung oleh seranganku, tapi dia tak berhenti untuk sesaatpun, dan malah lari menghampiriku seperti monster.

Setelah melihat ekspresi itu, aku sadar kalau aku telah membuat kesalahan.

Aku buru-buru melarikan diri dengan pontang-panting.

Itu bukan Ojou-sama yang angkuh.

Itu lebih seperti protagonis manga berandalan.

Mungkin aku bisa menggunakan sihir untuk menghajarnya tanpa ampun.

Tapi dia pasti tidak akan mau mendengarkanku.

Dan setelah Ojou-sama itu kembali sadar, dia pasti akan mencariku untuk membalas dendam.

Aku bisa terus menggunakan sihir untuk mengalahkan dirinya tiap kali dia menyerangku.

Tapi dia tak akan menyerah.

Dan dia berbeda dari seorang protagonis dalam sebuah cerita. Tak peduli seberapa liciknya itu, dia pasti akan menggunakan segala cara untuk membalaskan dendamnya.

Seperti, melemparkan vas dari lantai dua, atau bersembunyi di pojokan dan tiba-tiba menebasku dengan pedang kayu.

Dia akan menggunakan segala cara yang tersedia, dan membalasku 10x lebih parah dari apa yang aku lakukan terhadapnya.

Dan dia tak akan menunjukkan rasa ampun.

Ei, ini bukan gurauan, aku tak bisa menggunakan healing magic kalau aku tidak merapal manteranya.

Dan kalau pertarungan ini belum berakhir, dia tak akan mau mendengarkanku.

Menggunakan kekerasan melawannya.

Itu bukanlah opsi yang bisa aku pilih untuk saat ini.

Kemudian, kita pun kembali ke awal cerita.

Setelah itu, Ojou-sama merasa bosan dan berhenti mencariku, lalu kembali ke kamar tidurnya.

Dia tidak menemukanku.

Tapi dia nyaris saja berhasil. Saat iblis berambut merah itu berjalan dihadapan mataku, aku tak bisa merasakan kalau sebenarnya aku ini masih hidup. Aku tak pernah membayangkan bahwa akan tiba waktu dimana aku akan merasakan pengalaman yang biasa didapat oleh protagonis dari film horror.

Saat aku kembali ke Philip dengan kondisi lemas, ia tersenyum kecut kepadaku.

[Bagaimana?]

[Tidak ada yang berhasil.]

Aku setengah menangis saat memberikan jawaban itu.

Saat aku dipukul olehnya, aku hampir mengira kalau aku bakal dibunuh. Saat aku melarikan diri, aku nyaris menangis tersedu-sedu.

Aku belum pernah mengalami perasaan seperti itu untuk waktu yang begitu lama, dan kalau aku pikir-pikir soal kenapa aku bisa mengingat perasaan seperti itu, itu berarti dulu aku pernah mengalami sesuatu seperti ini sebelumnya.

Meski begitu, ini bukanlah trauma psikologis.

[Kalau begitu, apa kau akan menyerah?]

[Tidak.]

Aku masih belum melakukan apa-apa.

Kalau aku menyerah begitu saja, bukannya itu artinya kalau aku dipukul sia-sia?

[Saya mohon bantuan anda.]

Aku menundukkan kepalaku dihadapan Philip.

Aku harus menanamkan arti sesungguhnya dari terror kepada hewan buas itu.

[Aku mengerti. Thomas, pergilah dan persiapkan rencana itu.]

Philip memberikan instruksi kepada si butler, yang kemudian pergi meninggalkan ruangan.

[Tapi omong-omong, ide yang kamu pikirkan itu benar-benar menarik.]

[Benarkah?]

[Ya, kamu adalah satu-satunya diantara para tutor yang kami pekerjakan yang mampu membuat rencana sebesar itu.]

[……… Apa anda pikir rencana itu akan berhasil?]

Aku merasa sedikit gelisah.

Bisakah aku menjinakkan si Ojou-sama dengan trik-trik murahan?

Philip mengangkat bahunya.

[Sukses atau tidaknya, tergantung usahamu.]

Dia benar.

Dengan itu, rencananya pun mulai di eksekusikan.

***

Aku memasuki kamar yang sudah disediakan untukku, dan sepertinya kamar itu dipenuhi dengan barang-barang yang sangat mewah. Kasur yang begitu besar, furnitur yang di desain dengan intrik, bingkai jendela yang indah, dan lemari buku modern.

Kalau saja aku punya minuman bersoda dan komputer, aku bisa hidup menganggur dengan bahagia di sini untuk seumur hidupku.

Ini adalah kamar yang bagus.

Mungkin karena aku memiliki nama Greyrat, jadi mereka menyediakan kamar yang khusus untuk aku tinggali, dan bukan kamar pembantu biasa.

Omong-omong soal pembantu. Aku tak tahu kenapa, tapi ada begitu banyak maid yang berasal dari ras hewan.

Di negara ini, aku dengar ras demon didiskriminasi. Apa ras hewan termasuk dalam pengecualian?

[Haa……… Sialan kau Paul. Kau ternyata mengirimku ke tempat yang gila seperti ini.]

Aku duduk lemas di kasur, sambil memegangi kepalaku yang terasa sakit.

Tempat yang terkena pukulan masih terasa nyeri.

Aku membaca mantera untuk menggunakan healing magic, dan menyembuhkan luka itu.

[Tapi, dibandingkan dengan kehidupanku yang sebelumnya, ini masih bagus.]

Proses pengusiranku dari rumah memang sama-sama menggunakan kekerasan, tapi kali ini ada yang berbeda, dan aku tak perlu mondar mandir tanpa tujuan di jalanan. Perbedaan yang menyeluruh.

Paul sudah mengatur hidupku dengan baik. Sebuah pekerjaan dan tempat untuk ditinggali. Dan juga, bukannya aku mendapat uang saku? Itu benar-benar tingkat kepedulian yang menakjubkan. Kalau saja saudara-saudaraku bisa melakukan ini di kehidupanku yang dulu, mungkin aku bisa kembali ke jalan yang benar.

Membantuku mencari pekerjaan, menyediakan tempat tinggal untukku, dan memberiku perhatian, dan tidak membiarkanku lari……

Tidak, itu masih belum cukup.

Pengangguran berusia 34 tahun tanpa sedikitpun pengalaman bekerja. Mereka tak punya pilihan lain selain mengabaikanku.

Ditambah lagi, sekalipun mereka tiba-tiba melakukan hal seperti itu, aku hanya akan marah. Aku mungkin tidak akan mau bekerja.

Memisahkanku dari kekasihku (komputer), aku mungkin akan bunuh diri.

Hal seperti itu baru bisa dilakukan sekarang.

Pekerjaan yang sudah aku dapatkan, dan determinasiku untuk mencari uang. Aku yang sekarang.

Sekalipun aku diusir secara paksa, Paul memilih timing yang sangat pas. Aku mungkin saja akan menyalahkan Paul. Tapi apa-apaan yang aku hadapi sekarang ini? Makhluk yang ganas dan gila itu. Ini adalah pertama kalinya dalam 40 tahun hidupku aku melihat sesuatu yang seperti itu.

Simbol kekerasan.

Itu tadi nyaris membuatku mendapat trauma. Aku hampir, atau mungkin kau sudah bisa menganggap kalau aku ngompol di celana.

[Aku merasa, tak peduli seperti apapun usahaku, dia bakal bersikap seperti orang gila.]

Bahkan rasanya dia hanya akan memandangku sebagai [musuh] dan bersikap gila.

Bagi Ojou-sama, aku hanyalah target.

Aku akan dicabik-cabik.

[……… Jelas saja dia dikeluarkan dari sekolah.]

Cara dia menyerang orang benar-benar sudah seperti ahlinya.

Yang ia tunjukkan adalah cara untuk menghajar orang. Tak peduli entah lawannya bisa atau tidak bisa membalas, dia hanya akan menghajar mereka tanpa mempedulikan hal yang lain.

Sekalipun umurnya baru 9 tahun, cara yang ia miliki untuk membuat orang merasa putus asa itu benar-benar terasah.

Bisakah aku membimbing orang seperti dia?

Philip dan aku mendiskusikan masalah itu.

Biarkan dia diculik, dan buat dia merasakan keputusasaan.

Dan kemudian, aku akan menyelamatkan dia. Dia pun kemudian akan menghormatiku, dan menuruti bimbingan yang aku berikan.

Rencananya terdengar sederhana, tapi aku tahu proses mendasarnya.

Jika dia melakukan sesuatu yang tidak terduga, harusnya rencanaku tetap berjalan dengan mulus.

Tapi akankah rencanaku benar-benar akan berjalan dengan mulus?

Tingkat kekerasan seperti itu benar-benar di luar imajinasiku.

Menggunakan seluruh tenaga untuk berteriak. Menggigit, dan kemudian mencabik-cabik mangsanya hingga menjadi berkeping-keping.

Kekerasan yang mampu menenggelamkan segalanya.

Kalau dia diculik, akankah dia merasakan sesuatu?

Kalau aku menyelamatkan dia, akankah dia menunjukkan ekspresi seperti, semuanya sudah ia perkirakan dan berkata, [Kenapa kau tidak datang lebih cepat, sampah.]?

Mungkin saja.

Bagi Ojou-sama itu, hal seperti itu mungkin saja terjadi.

Dia mungkin akan melakukan sesuatu yang tidak terduga, dan aku harus memikirkan solusi untuk segalanya. Aku harus menguatkan tekadku.

Tak peduli bagaimanapun caranya, rencanaku tidak boleh gagal.

Aku terus menerus memikirkan itu.

Langkah-langkah untuk mensukseskan rencana ini.

Tapi saat aku memikirkan itu, pikiranku serasa seperti tenggelam kedalam rawa yang kelam.

[Oh Dewa, tolong berkahi aku agar rencanaku bisa berhasil……]

Pada akhirnya aku hanya bisa berdoa.

Aku sama sekali tidak percaya pada Dewa.

Tapi yah, seperti kebanyakan orang Jepang yang lain, ketika ada sesuatu yang buruk yang menimpa kami, kami akan memohon perlindungan dari Dewa.

Sambil mengucapkan sesuatu seperti, “tolong buat aku sukses”.

Saat aku menyadari bahwa artefak suciku (celana dalam) tertinggal di dalam kamarku, aku menangis.

Dewa ku (Roxy) tidak ada disini.

--Status--
Nam
a : Ojou-sama
Profe
si : Cucu dari Lord kota Roa
Sifat : Galak
Kalau bicara dengannya : Tak mendengarkan
Bahasa Hanya bisa menulis namanya sendiri
Ma
tematika Satu angka
Sihir Secuilpun tidak bisa
Ilmu pedang Teknik Sword-God tingkat Elementary
Etik : Salam tipe Boreas
Orang yang dia sukai Kakek, Ghyslaine

Tidak ada komentar:

Posting Komentar