Minggu, 14 Desember 2014

Mushoku Tensei 14



[Web Novel 14] Brutalitas Belum Berakhir

Sudah sebulan lamanya sejak aku mulai menjadi guru privat.

Mulai dari awal, Eris tak memiliki niat untuk menghadiri kelasku.

Dalam hal matematika dan bahasa, dia bakal menghilang begitu saja, dan tidak akan muncul kembali sebelum kelas berpedang dimulai.

Tentu saja ada pengecualian. Dia hanya akan memperhatikanku dengan sungguh-sungguh di kelas ilmu sihir.

Saat pertama kali dia berhasil menggunakan sihir Fireball, aku tak bisa menemukan kata yang tepat dalam kosakataku untuk menjelaskan bagaimana senangnya dia. Dan sambil melihat ke arah tirai yang terbakar, dia berkata:

[Suatu hari aku akan mengeluarkan kembang api yang besar seperti Rudeus.]


Aku memadamkan api yang membakar tirai, dan memberi peringatan keras kepada Eris agar dia tidak menggunakan sihir api bila tidak ada aku disekitarnya.Tirai yang terbakar memancarkan cahaya yang menyelimuti Eris. Tak peduli dari sisi manapun kau melihatnya, Eris benar-benar terlihat seperti pembakar, tapi kelihatannya dia lumayan bersemangat untuk mempelajari itu. Kalau hanya dilihat dari penampilannya, mata pelajaran Eris yang lain harusnya juga baik-baik saja.

Itulah yang aku pikirkan, tapi ternyata prediksiku benar-benar melenceng.

Eris sama sekali tidak memiliki niat untuk mengikuti kelas bahasa dan matematika.

Kalau aku mulai membahas kelas tersebut, dia akan segera melarikan diri. Kalau aku mencoba untuk menangkapnya, dia akan memukulku sebelum melarikan diri.

Kalau aku terus mengejar dia, dia akan berbalik dan menghajarku sebelum melanjutkan pelariannya.

Aku kira dia paham tentang pentingnya bahasa dan matematika gara-gara insiden yang terjadi sebelumnya, tapi sepertinya dia masih sangat membencinya.

Saat aku mengeluh kepada Philip, dengan acuh tak acuh ia menjawab:

[Membuat murid mau mendengarkan pelajaran di kelas itu juga tugas seorang guru.]

Aku tak bisa menyangkal itu.

Aku mulai mencari Eris.

Sekalipun Ghyslaine datang ke kelasku untuk belajar bahasa dan matematika dengan sungguh-sungguh, pada akhirnya, dia itu masih lebih seperti pendampingnya Eris.

Bagaimana bisa aku mengajari Ghyslaine sendirian?

Tapi, mencari Eris itu bukan hal mudah.

Dibandingkan aku yang baru datang kemari sebulan yang lalu, Eris sudah tinggal disini selama bertahun-tahun. Dibandingkan denganku, dia jauh lebih akrab dengan area yang ada di sekitar sini. Dan jangan bicara soal petak umpet.

Guru privat yang sebelumnya juga sudah berusaha keras untuk membereskan masalah ini.

Tetapi. Tak peduli seberapa besarnya mansion ini, area yang ada di dalamnya tetaplah terbatas. Pada akhirnya, Eris masih bisa ditemukan.

Guru yang berhasil menemukan Eris pada akhirnya juga dia hajar tanpa pengecualian.

Pada mulanya para guru banyak yang keluar gara-gara masalah ini.

Tapi ada juga guru privat yang membalas dan balik menghajar Eris. Kekerasan melawan kekerasan. Itu adalah sesuatu yang mulanya aku rencanakan.

Tapi di tengah malam, guru itu diserang oleh Eris dengan menggunakan pedang kayu, dan menderita luka-luka yang membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan untuk bisa sembuh sepenuhnya, yang memaksanya untuk berhenti mengajar.

Satu-satunya orang yang mampu menghalau serangan Eris di siang dan malam adalah Ghyslaine.

Aku tak yakin bisa menghalau serangan dari Eris.

Sekalipun aku berhasil menemukan dia, aku pasti akan masuk rumah sakit.

Kalau bisa, aku tidak mau pergi mencarinya.

Aku tak mau dihajar habis-habisan.

Kalau dia mau menghadiri kelas ilmu sihir, bukannya tak apa kalau aku cuma mengajarinya ilmu sihir? Tapi Philip memerintahkanku untuk juga mengajari Eris bahasa dan matematika. Dia juga bilang kalau kedua mata pelajaran itu harus setara dengan ilmu sihir yang aku ajarkan. Bahkan dia bilang:

[Dibandingkan dengan sihir, kelas yang lainnya sebenarnya lebih penting.]

Sekali lagi, aku tidak bisa menyangkal itu.

Mungkin aku harus melakukan simulasi penculikan untuk kedua kalinya.

Anak-anak yang tidak mau mendengarkan harus dihukum.

Saat aku memikirkan itu, aku akhirnya menemukan Eris.

Seluruh tubuhnya tertimbun di dalam jerami yang berada di kadang kuda, dengan perut yang terlihat jelas.

[Fuuu~……… Fuuuu~………]

Dia sedang tertidur pulas. Wajah yang dia miliki benar-benar mirip seperti bidadari.

Tapi, jangan tertipu dengan penampilan luarnya, karena dibalik wajah bidadari itu ada iblis yang bersembunyi.

Kau bisa menerima pukulan fatal dari si iblis, dan kemudian memuntahkan banyak darah.

Tapi bagaimanapun juga, aku harus membangunkan dia.

Pokoknya, pertama-tama aku menarik pakaian Eris untuk menutupi perutnya yang terbuka, agar dia tidak masuk angin.

Sementara itu, aku memijat bagian dadanya.

Petapa yang tinggal di dalam hatiku memberikan penaksiran.

[Hmm, aku mengerti, ukurannya masih AA, tapi ada kemungkinan yang sangat besar kalau ukurannya akan meningkat. Saat dia sudah dewasa, mereka akan tumbuh hingga melampaui ukuran E. Kau harus memijatnya setiap hari agar mereka bisa tumbuh dengan subur. Ini juga merupakan bagian dari latihanmu. Hoh, hoh, hoh.]


Terima kasih banyak, tuan petapa.

Setelah aku menikmati momen itu sepenuhnya, aku memanggil Eris dengan suara kecil.

[Ojou-sama. Tolong bangun, Eris Ojou-sama. Waktu untuk kelas matematika yang menyenangkan telah tiba.]

Dia tidak bergerak  sama sekali. Yah, aku hanya bisa menyerah.

Apa boleh buat, celana dalam anak-anak yang tidak mau mendengarkan orang dewasa harus dilepas, kau tahu?

Aku perlahan menggapai ke arah gaun yang ia kenakan, dan pada saat itu.

[!]

Kedua mata Eris tiba-tiba terbuka.

Pandangannya perlahan beralih dari tanganku, ke pahanya, kemudian ke wajahku.

[Grrrrr.]

Wajah yang masih tampak mengantuk, namun ditemani dengan kertakan gigi.

Sesaat berikutnya, Eris mengepalkan tinjunya.

Wajahku!? Aku buru-buru menggunakan kedua tanganku untuk menutupi wajahku.

[Guuuh………!]

Hantaman keras datang menghampiri ulu hatiku.

Aku berlutut kesakitan.

Tidak ada bidadari. Hanya ada iblis disini.

[Hmph!]

Dengan mengendus, Eris menendangku lagi.

Dengan melangkahiku, Ojou-sama pergi meninggalkan kandang kuda.

***

Aku tak punya pilihan lain.

Aku harus meminta bantuan Ghyslaine.

Sekalipun, dari mulutnya Paul, otaknya Ghyslaine juga terbuat dari otot. Dari alasan yang ia miliki untuk mempelajari bahasa dan matematika, tentu dia akan lebih mudah untuk membujuk Eris. Dan harusnya, Eris akan mau mendengarkan Ghyslaine.

Ini adalah jalan keluarku.

Pada mulanya Ghyslaine tidak begitu peduli, tapi setelah aku menggunakan sihir air dan menangis sambil memohon kepadanya, Ghyslaine akhirnya setuju untuk membantuku.

Dia benar-benar gampang ditipu.

***

Benar, tunjukkan kemampuanmu kepadaku.

Kami tak pernah mendiskusikan itu secara khusus, dan aku menyerahkan semuanya kepada Ghyslaine.

Ghyslaine memulai aksinya di masa istirahat kelas ilmu sihir.

[Aku pernah berpikir kalau pedang yang ada ditanganku sudahlah cukup untuk mengatasi semuanya.]

Dia tiba-tiba bicara soal masa lalu.

Dulu dia adalah seorang anak manja, dan menemukan seorang guru yang mau menerima dirinya apa andanya, dan bagaimana dia bisa menjadi seorang adventurer, tentang pertama kali dia mendapat rekan seperjuangan ----- Sebuah pengantar yang panjang, dan kisahnya berputar dari sana…… semuanya adalah masa lalu yang bermasalah.

[Saat aku masih menjadi seorang adventurer, semuanya aku serahkan kepada orang lain. Persenjataan, armor, makanan, pembelanjaan, kehidupan sehari-hari, kontrak, peta, tujuan…… Itu semua adalah hal-hal penting yang aku sadari setelah aku meninggalkan rekan-rekanku.]

Berdasarkan dari kisah yang ia ceritakan, Ghyslaine pergi meninggalkan kelompoknya sekitar 7 tahun yang lalu.

Dengan kata lain, karena Paul dan Zenith pensiun dan memilih untuk menetap di tempat terpencil, kelompok tersebut bubar.

Sekalipun aku sudah menyadari tanda-tandanya, tapi aku tidak mengira kalau mereka benar-benar berasal dari kelompok yang sama.

[Sekalipun masih ada anggota kelompok yang lain, tapi Paul yang bertugas dalam memimpin garis depan dan Zenith yang merupakan satu-satunya healer telah meninggalkan kelompok tersebut. Sekalipun kelompok itu tidak bubar, pada akhirnya mereka juga akan berpisah. Itu adalah hal yang wajar.]

Jadi itu adalah kelompok yang terdiri dari 6 orang.

Warrior, swordsman, swordsman, mage, priest, thief.

Kalau kau menggunakan job untuk menjelaskan kelompok itu, kira-kira ya seperti kombinasi di atas.

Sekalipun pada saat itu Ghyslaine masih bergelar Sword Saint, tapi kekuatan serangnya sangatlah tinggi.

Warrior (Tak diketahui): TB

Swordsman (Paul): TB dan hitter

Swordsman (Ghyslaine): Hitter

Mage (Tak diketahui): Hitter

Priest (Zenith): Healer

Sebagai tambahan, yang aku sebut thief, kalau didasarkan dari apa yang diucapkan Ghyslaine, bertanggung jawab dalam hal yang beraneka ragam.

Mulai dari membobol kunci, memeriksa jebakan, membangun kemah, dan berdagang dengan para pedagang.

Orang terpelajar dengan pemikiran yang fleksibel.

Orang-orang seperti itu biasanya datang dari keluarga pedagang.

[Menyebut dia sebagai pemburu harta karun sepertinya cocok……]

Aku mengatakan itu, tapi Ghyslaine mendengus dan menjawab:

[Orang itu selalu mencuri uang simpanan kelompok kami untuk berjudi, memanggil dia pencuri itu sudah cukup bagus.]

[Mencuri uang? Apa dia tidak dihajar saat dia ketahuan?]

[Tidak, orang itu sangat berbakat dalam berjudi, dan dia selalu menang dan membawa uang lebih. Sangat jarang melihat dia rugi sampai kehilangan separuh dari uang yang ia bawa. Dan di saat tertentu, dia juga bersikap sangat bijak.]

Situasinya kira-kira seperti itu.

Tapi sekalipun kau bisa meningkatkan dana simpanan, bagaimana bisa kau memaafkan sesuatu seperti itu……

Aku kesulitan memahami itu.

Bukan niatku untuk pamer, tapi aku tak pernah sampai ketagihan berjudi.

Sekalipun aku menghabiskan lebih dari ¥100.000 di internet.

Yah, di dalam kelompok itu ada Paul yang tergila-gila dengan wanita, jadi etika yang ada di dalam kelompok itu mungkin tidak begitu ketat.

Semua orang punya garis dasar yang berbeda-beda. Makin banyak orang, makin banyak aturan.

[Tapi memang apa bedanya swordsman dengan warrior?]

Aku menanyakan itu karena aku lumayan tertarik.

Kalau keduanya sama-sama berada di garis depan, harusnya mereka tidak perlu dibedakan.

[Kalau kau menggunakan pedang dan teknik yang kau miliki berasal dari 3 teknik utama, kau adalah seorang swordsman. Orang lain yang menggunakan pedang namun tidak memiliki teknik yang berasal dari 3 teknik utama, adalah warrior. Sekalipun kau mempelajari 3 teknik utama tersebut, kalau kau tidak menggunakan pedang, kau akan tetap dipanggil warrior.]

[Ehh, jadi ternyata swordsman memiliki sesuatu yang spesial seperti ini.]

Atau lebih tepatnya, 3 teknik utama itulah yang spesial.

Teknik yang digunakan Ghyslaine benar-benar luar biasa.

Aku bahkan tidak tahu kapan dia menggunakan pedangnya.

Hanya dengan sedikit bergerak, dan kepala lawan akan menggelinding di tanah.

Setelah aku bertanya kepadanya soal itu, sepertinya teknik itu bernama ‘Sword of Light’, jurus rahasia dari teknik Sword-God.

[Kalau begitu seorang knight adalah?]

[Knight ya knight. Orang jadi knight kalau mereka dipekerjakan oleh suatu kerajaan atau penguasa daerah. Mereka yang berpendidikan memahami bahasa dan matematika. Beberapa diantara mereka juga tahu ilmu sihir. Tapi kebanyakan dari mereka datang dari keluarga bangsawan, dan harga diri mereka sangatlah tinggi.]

Mungkin mereka berpendidikan karena mereka sekolah.

[Apa pada waktu itu ayahku adalah seorang knight?]

[Aku tak begitu yakin soal itu, aku ingat Paul menyebut dirinya sendiri sebagai seorang swordsman.]

[Aku dengan ada yang namanya magic swordsman dan magic warrior?]

[Itu adalah orang-orang yang bisa menggunakan sihir, dan mereka memilih gelar mereka sendiri. Tak peduli profesi apapun yang mereka miliki, mereka memiliki kebebasan untuk menyebut diri mereka sendiri dengan gelar yang mereka inginkan.]

[Oh~]

Kedua mata Eris tampak bersinar dan dia mendengarkan dengan penuh perhatian.

Dia tidak akan memintaku atau Ghyslaine untuk membawanya ke dungeon terdekat kan?

Ini benar-benar membuatku gelisah. Daripada berpetualang, aku lebih memilih untuk dikelilingi oleh gadis dan hidup dengan gaya Eroge.

Ah, oops, rencana asliku adalah untuk membiarkan Ghyslaine bercerita tentang pentingnya bahasa dan matematika.

Tanpa aku sadari, rasa penasaranku menyebabkan topik pembicaraan ini jadi melenceng.

Tapi hal yang bagus dari tragedi ini adalah, di hari kedua Eris ikut datang bersama Ghyslaine ke dalam kelas matematika dan bahasa.

Ini semua berkat Ghyslaine. Setelah itu, dia lanjut bercerita tentang masa lalunya yang bermasalah.

Hanya mendengarkan ceritanya saja mampu membuat perutku terasa sakit, tapi berkat itu, Eris mungkin sudah menyadari bahwa ini adalah sesuatu yang harus ia pelajari.

Sekalipun mungkin saja dia datang ke kelasku hanya karena dia tertarik untuk mendengarkan cerita dari Ghyslaine. Pokoknya, ada kemajuan lah.

Aku sempat mempertimbangkan untuk melakukan hal seperti ini lebih awal…… tapi, tanpa insiden penculikan, aku pikir Ojou-sama tidak akan mau mendengarkan sepatah katapun dariku.

Sebelum insiden itu, dia menatapku seperti sedang menatap semut.

Jadi itu bukanlah usaha yang sia-sia.

Bagaimanapun juga, akhir seperti ini juga lumayan bagus.

***

Pada mulanya, untuk kelas matematika yang pertama, aku akan mengajarkan operasi aritmatika dasar.

Karena Eris pernah sekolah, dan mempekerjakan beberapa guru privat, dia sudah tahu tentang penjumlahan dasar.

[Rudeus!]

[Ada apa, Eris-kun.]

Aku menunjuk Eris yang tengah mengangkat tangannya dengan penuh semangat.

[Kenapa aku harus belajar pembagian?]

Dia tidak mengerti tentang pentingnya pembagian dan pengurangan.

Sebelumnya, dia sangat buruk dalam hal pengurangan.

Aku selalu merasa kalau dia akan terjebak dalam perubahan angka, dan pada akhirnya menyerah untuk mempelajari matematika.

[Daripada kita bicara soal pentingnya itu, pada dasarnya ini adalah kebalikan dari perkalian.]

[Aku tanya, apa gunanya itu.]

[Baiklah, kalau kamu punya 100 koin perak, dan kamu harus berbagi dengan 5 orang, apa yang harus kamu lakukan?]

[Omonganmu sama seperti guru-guru sebelumnya!]

Eris menghantam meja dengan sekuat tenaga.

[Karena itulah aku tanya kenapa! Kenapa! Kenapa aku harus berbagi! Memang aku perlu berbagi dengan orang lain!]

Ah, ya, anak-anak yang tidak mau belajar pasti akan punya alasan seperti ini.

Tapi sejujurnya, ini tidak begitu penting.

[Entahlah, coba saja tanya sama 5 orang sana. Pembagian enak untuk digunakan kalau kamu mau membagi sesuatu dengan rata.]

[Kamu bilang enak, itu artinya kamu tak perlu menggunakan pengurangan kan?]

[Saat kamu tak mau menggunakan itu, tentu saja kamu tak perlu menggunakannya. Tapi tidak ingin menggunakan dan tidak bisa menggunakan, adalah dua hal yang sangat berbeda.]

[Mumumuu……]

Saat aku mengucapkan kalimat “tidak bisa menggunakan”, Eris yang angkuh itu menutup mulutnya. Tapi, ini tidak akan menyelesaikan masalah yang ada saat ini. Kalau aku membiarkan dia untuk terus-terusan beralasan, maka tidak ada gunanya untuk belajar matematika lebih lanjut.

Pada saat ini, aku hanya bisa bergantung kepada Ghyslaine.

[Ghyslaine, pernahkah kamu mengalami kesulitan tentang membagi rata?]

[Hmm, pernah sekali aku kehilangan beberapa persediaan makananku, dan aku ingin untuk mendistribusikan makananku agar bisa bertahan sampai beberapa hari, tapi aku gagal. Pada akhirnya, aku tidak makan dan minum selama 3 hari penuh. Pada saat itu, aku pikir aku akan mati.

Saat aku sudah mencapai separuh perjalanan, aku benar-benar tidak bisa menahannya lagi, dan aku mulai memakan kotoran dari magical creature, yang membuatku sakit perut. Aku menahan diri agar tidak muntah, menderita sakit perut, dan juga diare, dan aku masih tetap harus menghalau magical creature yang ada di sekitar----]

Cerita masa lalu ini berlangsung selama 5 menit, dan membuatku merasa mual.

Aku mendengarkan cerita itu dengan wajah pucat, tapi sepertinya bagi Eris, ini adalah kisah perjuangan yang mengagumkan.

Kedua matanya bersinar, serasa ada bintang di dalamnya.

[Jadi, aku mau mempelajari pembagian, silahkan lanjutkan pelajarannya.]

Karena Ghyslaine sudah mengucapkan sesuatu seperti itu, Eris hanya bisa menurut.

Keluarga Sauros sepertinya sangat menyukai ras beast, dan bahkan Eris juga terus mendekati Ghyslaine.

Eris pasti akan mendengarkan baik-baik apa yang dikatakan oleh Ghyslaine. Seperti seorang adik laki-laki yang mengikuti kakak perempuannya, tak peduli hal seperti apapun yang dilakukan oleh si kakak, si adik pasti akan menirunya.

[Kalau begitu, kita tinggalkan dulu latihan berulang-ulang yang membosankan. Tolong jawab semua pertanyaan ini. Kalau ada yang tidak paham, silahkan tanya.]

Situasiku mengalami kemajuan selangkah demi selangkah, seperti ini.

Ghyslaine juga merupakan guru yang luar biasa.

Dia akan----- menunjukkan bagian mana yang salah aku lakukan, dan memberikan pendapat yang tidak dibuat-buat.

Paul sebenarnya juga menunjukkan kesalahanku, tapi dia hanya bilang kalau itu tidak benar. Tak pernah sekalipun dia memberitahuku apa sebenarnya kekuranganku, dan dia juga tidak mengajariku bagaimana cara untuk mengoreksinya.

Hari ini juga sama seperti biasa; Eris dan aku berhadap-hadapan sambil menggenggam pedang, berlatih, dan menerima bimbingan dari Ghyslaine bersama-sama.

[Ingat pose tubuhmu saat kamu melangkah, dan terus perhatikan lawanmu.]

Crack.

Pedang kayu yang ada di tanganku telah diterbangkan oleh pedang kayu Eris.

[Kalau kau melangkah terlebih dahulu sebelum lawanmu, perhatikan dengan baik ke arah mana lawanmu akan bergerak, dan tebaslah ke arah itu. Kalau kau lebih lambat dari lawanmu, dia akan berhasil menghindari dari jalur seranganmu.]

Tak bisa memberikan reaksi, aku terkena pukulan langsung oleh pedangnya Eris.

Hantaman yang kuat menembus armor pertahanan yang dipenuhi oleh kapas, dan langsung memberikan efek kepada tubuhku.

[Kamu harus bereaksi terhadap gerakan dan pandangan lawan untuk memprediksi aksi mereka!]

Aku terkena serangan lagi.

[Rudeus! Jangan gunakan pikiranmu, dan pikirlah! Pikir saja kemana musuhmu akan melangkah dan ayunkan pedangmu!]

Sebenarnya kamu mau aku berpikir atau tidak?

[Eris! Jangan berhenti! Lawanmu masih belum menyerah!]

[Ya!]

Ada perbedaan yang jelas di antara kami.

Eris menjawab dengan semangat. Melihat aksinya, aku beranggapan kalau dia masih memiliki sisa energi yang cukup banyak; sayangnya, aku sama sekali tidak memiliki setetes semangatpun yang tersisa untuk melanjutkan ini.

Aku akui, gadis ini punya cukup banyak energi untuk menghajarku tanpa henti. Dia mendemonstrasikan itu sampai Ghyslaine menghentikan dirinya.

Tanpa mengijinkanku untuk membalas sekalipun, sepertinya Eris tengah mencoba untuk melampiaskan amarahnya yang telah tertumpuk di kelas matematika.

Sialan.

Tapi bulan ini, aku bisa merasakan peningkatan kemampuanku dengan cukup jelas.

Memiliki Eris, yang tingkatannya kira-kira sama denganku, sebagai sainganku benar-benar sangat membantu.

Tak peduli bagaimanapun situasinya, memiliki seseorang dengan tingkat yang sama pasti akan banyak membantu perkembanganmu.

Sekalipun Eris lebih kuat dariku sekalipun kami memiliki kemampuan yang sama, kekuatan yang ia miliki relatif kecil bila dibandingkan dengan Paul atau Ghyslaine.

Aku masih bisa memahami apa yang dilakukan lawanku.

Kalau aku bisa memahami lawanku, berarti aku bisa mengalahkan dia.

Misal aku terkena pukulan di suatu tempat, maka aku akan memasang pertahanan di area itu.

Aku akan bergerak berdasarkan penalaran silogisme.

Melawan Paul, perbedaan kemampuan diantara kami terlalu lebar, jadi caraku di atas tidak bisa berfungsi dengan baik. Aku bahkan tidak bisa mengikuti pergerakan Paul, jadi ujung-ujungnya aku bakal dikalahkan dengan cepat dan menyedihkan.

Sekalipun aku mendengarkan saran yang ia berikan, ada terlalu banyak perbedaan diantara ilmu dasar kami, jadi itu sama sekali tidak membantu.

Karena itulah, aku selalu mempertanyakan setiap gerakanku.

Saat Ghyslaine mengajariku sesuatu, sekalipun ada masalah seperti yang aku sebutkan di atas, aku cukup memahami penjelasan yang ia berikan. Tapi dia selalu bicara soal membalas serangan lawan dan mengatur posisi pedang pada waktu yang sama, jadi aku merasa ragu saat aku ingin menggunakan sebuah teknik.

Tapi, dengan Eris sebagai lawanku, pasti akan ada hasil yang berbeda bila aku melakukan sesuatu yang berbeda atau menggunakan trik tertentu.

Sekalipun aku merasa ragu, namun perbedaan teknik diantara kami tidak begitu besar, jadi aku masih bisa menyerang dia.

Mungkin cara seperti itu tidak akan berhasil di hari kedua, atau Eris akan menggunakan teknik yang berbeda, namun hal-hal yang tidak bisa dilakukan kemarin akan diselesaikan pada hari ini, atau teknik yang belum keluar kemarin akan ditunjukkan pada hari ini. Dengan terus bertambahnya pengalaman seperti itu, walaupun hanya sedikit demi sedikit, tapi kami sudah pasti mengalami kemajuan.

Seperti yang sudah aku duga, memiliki seorang rival akan memberiku banyak keuntungan, dengan beberapa kekurangan yang bisa diabaikan.

Ada target yang harus dikejar dan dilampaui.

Mungkin kemampuan kami hanya meningkat sebanyak 1 atau 2 poin, tapi, bagi orang-orang yang hanya memiliki perbedaan kemampuan yang sangat sedikit, poin sekecil itu sangatlah penting.

Tanpa kami sadari, kami menjadi lebih kuat.

Tapi dalam hal perkembangan, Eris jauh lebih cepat dariku.

Kalau kau melatih seekor kambing dan singa pada waktu yang sama, tentu saja si singa akan lebih cepat menjadi lebih kuat daripada si kambing.

Tapi setelah dilatih oleh Paul sejak aku mulai bisa berjalan, aku merasa tidak puas dengan situasi ini.

[Rudeus masih belum cukup kuat!!]

Eris menyilangkan lengannya dan memandang rendah diriku yang sedang terbaring lemas di tanah.

Pada akhirnya, dia dimarahi oleh Ghyslaine.

[Jangan sombong, Eris. Kamu sudah belajar ilmu pedang lebih lama.]

Hanya pada saat kelas ilmu pedang berlangsung. Ghyslaine akan memanggil Eris dengan namanya secara langsung.

Dia bilang itu adalah suatu keharusan.

[Aku mengerti! Dan Rudeus juga bisa sihir!]

[Seperti yang kau katakan.]

Hanya ilmu sihirku yang diakui oleh Eris.

[Tapi itu benar-benar aneh. Reaksinya Rudeus menjadi lambat saat ia diserang oleh lawan……]

[Itu karena aku takut. Aku takut dengan lawan yang menyerang dihadapanku.]

Tepat setelah aku selesai mengucapkan itu, kepalaku dipukul oleh Eris.

[Bicara apa kamu ini! Dasar tak berguna! Karena itulah kamu dipandang rendah!]

[Tidak, Rudeus itu adalah seorang penyihir. Ini sudah cukup.]

Ghyslaine segera menambahkan komentar, namun pada akhirnya Eris hanya mengangguk layaknya ia mengetahui segalanya.

[Begitukah? Yasudah, mau bagaimana lagi!]

Eh? Terus kenapa aku harus dipukul?

[Aku minta maaf, aku tidak tahu cara untuk memperbaiki kebiasaan burukmu soal kakimu yang gemetaran. Itu adalah sesuatu yang harus kamu lalui sendiri.]

[Aku mengerti.]

Untuk aku yang sekarang, tidak peduli siapapun yang menjadi lawanku, kakiku selalu gemetaran. Aku masih harus belajar banyak.

[Tapi setelah aku mulai menerima instruksi dari Ghyslaine, aku merasa yakin kalau aku sudah mengalami kemajuan.]

[Paul itu termasuk orang dengan tipe naluriah, jadi dia tidak begitu ahli dalam mengajari orang lain.]

Tipe naluriah!

Ah, jadi sesuatu seperti itu juga ada di dunia ini.

[Apa maksudnya “tipe naluriah” ini?]

[Orang yang tidak memahami teknik secara sadar, namun lebih memilih untuk mengandalkan perasaan dan naluri, disebut “tipe naluriah.”]

Aku menjawab pertanyaannya, dan Eris langsung cemberut.

Dia mungkin juga termasuk dalam perguruan naluriah.

[Memang apa salahnya dengan mengandalkan naluri?]

Dari awal, sangat sulit untuk menjawab pertanyaan Eris karena sifat keras kepala yang ia miliki, tapi sekarang aku ditanyai apakah “tipe naluriah” itu bagus atau tidak.

Karena sekarang kita sedang mempelajari ilmu pedang, aku akan menyerahkan pertanyaan ini kepada sang guru.

Aku melihat ke arah Ghyslaine.

[Bukannya jelek. Tapi sekalipun ada seseorang yang berbakat, jika dia tidak menggunakan pikirannya untuk berpikir, maka dia tidak akan menjadi kuat. Sebagai tambahan, “tipe naluriah” juga tidak cocok untuk mengajari orang lain.]

[Kenapa mereka tidak cocok untuk mengajar?]

[Karena mereka sendiri tidak memahami teknik yang mereka gunakan. Dan kalau mereka tidak bisa memahami semuanya, maka hal itu akan menghambat mereka untuk mempelajari teknik yang lebih sulit.]

Berdasarkan dari penjelasan sang Sword King, semua teknik sampai tingkat advanced berhubungan dengan ilmu dasar. Baru setelah mampu menguasai ilmu dasar, dan mampu mengatasi berbagai situasi yang berbeda dengan reaksi yang berbeda-beda pula, kau bisa menjadi seorang Sword Saint.

Untuk memanjat ke tingkat yang lebih tinggi, kau hanya bisa bergantung pada seberapa rajin dirimu dan juga bakat yang kau miliki.

Ya, pada akhirnya, bakatlah yang menentukan.

[Aku dulu juga termasuk dalam “tipe naluriah”, tapi setelah aku mulai menggunakan pikiranku dan mampu memahami teori dibalik teknik yang aku gunakan, aku mampu menjadi Sword King.]

[Itu menakjubkan.]

Aku benar-benar merasa kagum dari dalam lubuk hatiku. Mengoreksi tindakan yang selalu diterapkan sebelumnya, dan berhasil.

Itu bukanlah sesuatu yang bisa dicapai dengan mudah.

[Bukannya Rudeus adalah penyihir tingkat Water Saint?]

[Aku sebenarnya juga termasuk dalam tipe naluriah…… Tapi sihir dan ilmu pedang itu berbeda, asal kamu punya ilmu sihir, kamu akan bisa melakukannya.]

[Oh, begitu…… Tapi, ilmu dasarnya juga penting kan?]

[Aku tahu itu. Tapi lebih tepatnya, aku mampu mencapai tingkat Saint karena guruku yang mengajariku dengan baik.]

Kalau dipikir-pikir, aku selalu mengingatkan diriku sendiri kalau ilmu dasar itu penting, tapi aku lebih condong untuk menggunakan [Voiceless Incantations].

Jadi ilmu dasar sihir itu sebenarnya apa?

Kelasnya Roxy juga lebih condong ke arah perkembangan daripada ilmu dasar.

Kalau dipikir-pikir, Roxy itu juga termasuk tipe orang yang jenius, dan tidak terlalu condong ke arah ilmu dasar.

Hmmmmm……

[Omong-omong, aku tak berencana untuk menjadi terlalu kuat, jadi itu tidak apa-apa!]

Eris menghentikan pemikiranku dengan ucapannya yang penuh dengan percaya diri.

Waktu SMP, aku ingat aku pernah mengucapkan sesuatu tentang tidak mau menjadi nomer 1, dan tidak mengerahkan banyak usaha.

Aku berencana untuk mengoreksi pemikirannya,

[Tapi aku akan berusaha keras untuk menjadi kuat seperti Ghyslaine dan Rudeus.]

Tidak perlu. Dia memiliki target yang jelas.

Dia berbeda dari diriku di masa lalu.

***

Setelah pelajaran di pagi dan siang hari selesai, sudah waktunya untuk istirahat.

Hari itu, aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan.

Itu karena aku melihat Eris dan Ghyslaine membawa bahan-bahan untuk mengajari sihir, jadi aku pikir mungkin perpustakaan akan memiliki buku sihir.

Karena aku tidak tahu tempatnya, aku meminta bantuan kepada seorang pembantu wanita dengan telinga anjing untuk membawaku kesana.

[Ah.]

Aku bertemu dengan istrinya Philip di tengah jalan.

Namanya adalah Hilda, dan dia memiliki rambut berwarna merah membara seperti Eris, dan dada yang seperti gelombang tsunami. Sepertinya aku bisa berharap banyak dalam pertumbuhan anaknya di masa depan nanti.

Aku pernah diperkenalkan kepada dia, tapi aku tidak pernah benar-benar berinteraksi dengan dia.

Coba kupikir, kalau tidak salah, satu tangan diletakkan di dada……

[Nyonya, selamat siang……]

[Tch.]

Hilda mendecakkan lidahnya dan mengabaikan salamku.

Aku membeku dalam postur yang sama.

[Rudeus-sama……]

[Ah, tidak apa-apa.]

Si pembantu wanita dengan telinga anjing mencoba untuk menghiburku, tapi aku menghentikannya dengan tanganku.

Tapi aku masih merasa sedikit terkejut. Apa aku dibenci olehnya? Tapi rasanya aku tidak melakukan hal-hal yang mampu memicu itu……

Oh iya, kalau dipikir-pikir, dia tidak punya anak lain selain Eris.

Tidak, aku merasa kalau aku menemukan kalau ternyata memang ada anak yang lain, dan kalau kasus anak itu lebih parah dari Eris, aku merasa beban kerjaku akan meningkat sebanyak 3 atau 4 kali lipat.

Aku tidak boleh menggali lubang kuburanku sendiri.

Saat aku sampai di perpustakaan, aku melihat Philip disana.

[Apa kau tertarik dengan perpustakaan?]

Philip menatapku dengan penuh harapan.

Aku tak tahu apa yang sebenarnya ia harapkan.

[Hmm, ya, sedikit.]

[Kalau begitu silahkan nikmatilah waktumu.]

Aku menerima tawarannya, dan melihat-lihat di sekitar perpustakaan, tapi ternyata aku tidak menemukan apa yang aku cari.

Aku berharap bisa menemukan buku sihir seperti yang dimiliki oleh Roxy, tapi semua dokumen yang tersedia memiliki hubungan dengan politik, dan tidak boleh dibawa keluar perpustakaan. Buku sihir adalah sesuatu yang langka di dunia ini, dan tidak bisa ditemukan di segala tempat.

Rencanaku sama sekali tidak berjalan dengan mulus.

Tapi aku menemukan beberapa buku sejarah di pojokan. Kalau aku punya waktu luang, aku akan membaca mereka.

***

Setelah bekerja seharian, aku sekarang sedang berada di kamarku sendiri untuk mempersiapkan materi pelajaran untuk keesokan harinya.

Pada dasarnya, aku mempersiapkan pertanyaan untuk kelas matematika dan catatan untuk kelas bahasa-

-dan juga latihan untuk mengajari ilmu sihir.

Aku tidak mempersiapkan jadwal mengajar sama sekali, dan kalau aku tidak memiliki hal lain untuk diajarkan dalam 5 tahun ke depan, aku akan berada dalam masalah besar, jadi pelajaran di kelasku tidak berkembang terlalu cepat. Pokoknya, untuk mencegah adanya sesuatu yang tidak jelas, aku dengan cermat mengamati kembali rencana pendidikanku selama 5 tahun ke depan.

Itu adalah perasaan yang sama seperti yang aku rasakan saat aku mengajari Sylphy.

Latihan ilmu sihir sangatlah penting. Karena aku tidak merapal mantera saat aku menggunakan sihir, aku terus-terusan melupakan bacaan manteranya.

Satu-satunya saat dimana aku sungguh-sungguh mengingat bacaan mantera adalah saat aku mempelajari antidote dan healing magic, dan aku tak pernah mengingat mantera attack magic.

Materi pelajaranku sama dengan buku sihir yang ada di rumahku.

Eris dan Ghyslaine juga punya itu.

Berdasarkan penjelasan yang aku dapatkan, ada ratusan buku yang terjual dan tertulis sekitar seribu tahun yang lalu.

Sebelum buku itu muncul, orang harus mencari guru untuk belajar ilmu sihir, dan ‘guru’ tersebut biasanya hanya bisa menggunakan semua sihir tingkat elementary. Orang hanya bisa menemukan seorang guru setelah melewati banyak rintangan, tapi ternyata tidak ada yang bisa mereka pelajari dari guru tersebut. Kasus seperti itu sangat banyak.

Sekalipun pernah dijual, buku tersebut memiliki jumlah yang sangat sedikit, dan sekalipun kau menjualnya di pasar, orang yang tidak memiliki minat untuk mempelajari ilmu sihir tidak akan meliriknya sama sekali.

Di dunia ini juga tidak ada teknologi percetakan.

Buku ini terjual dengan jumlah yang lumayan banyak sekitar 50 tahun yang lalu.

Berkat material yang bisa dibeli dengan murah, jumlah penyihir di dunia ini meningkat dalam jumlah besar.

Para penyihir menguasai dunia…… tidak, tapi diantara para bangasawan kerajaan Asura, mereka mendapatkan pendidikan yang lumayan tinggi.

Tapi, apa sebenarnya alasan yang membuat materi ilmu sihir bertambah……

Aku memikirkan itu sambil membolak-balik halaman, dan di buku itu tertulis [Diterbitkan oleh Universitas Ranoa.]

Mereka benar-benar ahli dalam hal bisnis.

Seperti itulah, hari-hariku sebagai guru privat, mengalir dengan cepat.

--Status—

Nama : Eris Boreas Greyrat
Profesi : Cucu dari Lord
Sifat : Kasar
Kalau bicara dengannya : Dia mau sedikit mendengarkan
Bahasa : Bisa menulis nama keluarga
Matematika : Kesulitan dalam hal pengurangan
Sihir : Mau berusaha keras untuk mempelajarinya
Ilmu Pedang : Teknik Sword-God tingkat Elementary
Orang yang dia sukai : Kakek, Ghyslaine

Tidak ada komentar:

Posting Komentar