Selasa, 23 Desember 2014

Mushoku Tensei 16

[Web Novel 16] Ojou-sama, 10 tahun

Satu tahun telah berlalu.

Pendidikan Eris berjalan dengan lancar.

Sepertinya dia memiliki bakat dalam hal mempelajari ilmu pedang, karena sebelum dia berumur 10 tahun, dia sudah mencapai standar tingkat intermediate.

Bisa dibilang, orang dengan ilmu pedang tingkat intermediate mampu bersaing dengan seorang ksatria biasa.

Ghyslaine bilang Eris bisa mencapai tingkat advanced dalam beberapa tahun.

Dia baru berumur 9 tahun tapi…… apakah si Ojou-sama ini jenius?

Bagaimana denganku? Kalau kau bertanya padaku, aku akan memalingkan mataku.

Dalam hal bahasa, bisa dibilang pelajarannya berjalan lancar.

Hal itu khususnya disebabkan oleh Ghyslaine yang bercerita tentang cobaan berat yang ia alami di masa lalu gara-gara tidak bisa membaca.

Gara-gara itu, ia tak bisa melakukan apa-apa, ditipu oleh segala jenis orang jahat, dan pada akhirnya dijual sebagai budak.

Karena itulah Eris berusaha untuk mempelajari bahasa dengan sungguh-sungguh.

Peningkatan dalam bidang matematika tidak begitu terlihat. Aku tidak yakin hal-hal seperti apa yang akan terjadi kepada Eris di masa depan, tapi dunia ini kelihatannya tidak membutuhkan penggunaan rumus-rumus matematika yang terlalu maju, jadi aku merasa akan lebih baik untuk tidak terburu-buru dalam belajar matematika.

Untuk bisa terbiasa dan mahir dalam menggunakan 4 operasi hitung-hitungan dasar dalam 5 tahun, aku akan memilih itu sebagai targetku.

Kelas ilmu sihir juga berjalan dengan lancar, tapi aku merasa kalau sebentar lagi kami akan menemui hambatan.

Eris pada dasarnya bisa menggunakan semua sihir tingkat elementary, dan dia juga terbiasa dengan semua sistem sihir selain sihir tanah, dibandingkan dengan Ghyslaine yang hanya bisa mempelajari sihir api.

Mereka berdua menghadiri kelas yang sama, jadi kenapa kok ada perbedaan seperti itu?

Apakah Ghyslaine tidak terbiasa dengan sihir air, angin, dan api?

Pokoknya, ada beberapa hal di buku panduan sihir yang tidak bisa digunakan sekalipun kau merapal manteranya.

Sehubungan dengan hal ini, aku juga tidak berusaha keras untuk mengingat mantera-manteranya, jadi aku tidak begitu paham.

Dan juga, aku mencoba untuk mengajarkan voiceless incantation kepada mereka, tapi hasilnya meh.

Sylphy bisa langsung memahami itu, mungkin masalahnya ada pada umur.

Atau mungkin Sylphy punya bakat seperti itu.

Aku tidak benar-benar mengerti, mungkin aku telah mengajari mereka sesuatu yang tidak berguna.

Kini sudah waktunya untuk mempelajari sihir tingkat intermediate, tapi baik Ghyslaine dan Eris adalah pendekar pedang.

Harusnya mempelajari sihir tingkat intermediate sudah cukup bagi mereka untuk membereskan hal lain-lain yang tidak penting.

Aku pikir begini saja tidak apa.

Aku yakin suatu hari nanti ilmu yang mereka pelajari akan berguna.

Sekalipun aku merasa kalau semua pelajaran berjalan dengan lancar, tapi sepertinya kelas tata krama tengah menemui suatu masalah.

***

Hari ulang tahun Eris yang kesepuluh semakin dekat.

Usia 10 tahun adalah sesuatu yang spesial, dan menurut tradisi bangsawan, hari ulang tahun ke 5, 10, dan 15 harus dirayakan dengan pesta besar.

Halaman mansion akan dibuka untuk umum dan digunakan untuk menerima hadiah dari para penduduk, dan keluarga Eris juga akan mengundang para bangsawan dari kota untuk ikut merayakan pesta ulang tahun.

Dan omong-omong soal pesta, yang merasa paling pusing adalah Eris.

Pokoknya, dia tidak bisa berdansa. Dia bahkan tidak bisa melakukan gerakan dansa yang paling mudah.

[Masalahnya akan terlalu besar bila bintang utama pesta tidak bisa berdansa.]

Ucap Edona dalam rapat pengurus yang diadakan setiap awal bulan.

Aku bertanya tentang Eris saat dia masih berumur 5 tahun, dan mendapat jawaban bahwa kelas dansa baru diperlukan setelah bangsawan Asura mencapai usia 10 tahun. Ini artinya tidak perlu untuk belajar dansa.

Jadwal untuk kelas ilmu pedang dan sihir harus ditunda untuk mengadakan sesi latihan darurat untuk kelas tata krama.

Latihan ilmu pedang di pagi hari masih tetap ada, dan setelah makan siang, akan ada sedikit latihan ilmu sihir untuk mencerna makanan, dan setelah itu semua kelas lainnya akan digunakan untuk belajar dansa.

Semakin lama, aku merasa kalau Eris makin merasa muram dan jengkel.

[Maaf, kalau boleh saya tanya, apakah Rudeus-sama bisa berdansa?]

Edona yang baru saja muncul setelah latihan ilmu sihir berakhir bertanya kepadaku.

[Tidak, aku tidak bisa.]

[Kalau tidak bisa, saya mohon bergabunglah dengan latihan Eris-sama. Rudeus juga akan menghadiri pesta dansa bukan?]

[A, ah. Aku, ikut berpartisipasi?]

Aku menengok ke arah Eris, dan dia mengangguk dengan pasti.

[Tentu saja Rudeus juga akan ikut berpartisipasi.] (Bicara dengan sopan)

Apa gaya bicaranya itu dipengaruhi oleh kelas tata krama? Eris menggunakan kata-kata yang aneh.

Nah, itu bukan hal yang penting.

[Sepertinya aku diminta untuk menghadiri pesta tersebut.]

[Kalau anda menghadiri pesta tersebut, tidak baik kalau anda tidak tahu cara untuk berdansa.]

[Tidak, aku akan baik-baik saja kalau aku berdiam diri di pojokan dan bersikap seperti anak kecil.]

Edona bahkan tidak menunjukkan senyuman kaku.

Wajahnya selalu dihiasi oleh senyuman lembut yang tidak pernah hilang.

Aku menyadari bahwa selain ekspresi itu, orang ini tidak menunjukkan ekspresi lain.

Dengan kata lain, wajah tanpa ekspresi.

[Bila seseorang untuk pertama kalinya menghadiri sebuah pesta, orang tersebut mungkin akan merasa lebih gugup dari biasanya.

Mungkin ada saat dimana orang tersebut menginjak jari-jari kaki pasangannya saat berdansa, ditambah lagi para tamu mungkin akan merasa berkecil hati melihat usia Ojou-sama yang masih muda.

Untuk mengatasi ketegangan tersebut, kalau bisa, saya harap anda mau menjadi……]

Edona beberapa kali melihat ke arahku, tapi dia tetap menunjukkan senyuman yang sama di wajahnya.

Setelah berbelit-belit seperti itu, pada akhirnya kamu hanya menginginkan bantuanku bukan?

Kelas dansa Eris berlangsung dengan kesulitan seperti itu.

Mau bagaimana lagi, sekalipun aku tak mau memberikan bantuan dalam hal yang tidak aku kuasai, tapi karena Edona sudah menjelaskan dengan cara seperti itu, aku tidak bisa menolak.

Bagaimanapun juga, aku masih tetap menjadi guru kepala.

[Baik, aku mengerti. Tapi aku tidak akan membayar biaya untuk belajar dansa, oke?]

[Tentu saja, sebaliknya, saya minta maaf karena akan merepotkan Rudeus-sama.]

Gara-gara percakapan di atas, aku juga ikut berpartisipasi dalam kelas dansa.

***

Metode mengajar Edona benar-benar terlalu jelek, eh bukan, rata-rata hampir semua guru juga seperti itu.

‘Kamu harus melakukan ini’, ‘beginilah caranya untuk melakukan itu’, ‘pokoknya kamu harus mengingat itu’. Kira-kira seperti itu.

Yang paling penting adalah, dia sama sekali tidak mengajarkan pokok inti dari permasalahan dan poin-poin yang perlu diperhatikan.

Aku juga pernah bertemu dengan guru seperti itu saat aku masih SMP. Ya sudahlah, aku tinggal berpikir sendiri kalau ada yang tidak aku pahami, toh aku bukan anak-anak lagi.

[Aku mengerti.]

Setelah 3 hari, aku sudah memahami beberapa gerakan dansa yang berbeda.

Yang dimaksud dengan dansa hanyalah menyesuaikan diri dengan irama dan melangkahkan kaki ke tempat-tempat yang sudah ditentukan sebelumnya.

Kamu bahkan tak perlu berlatih untuk melakukan dansa yang paling mudah.

Mungkin karena aku secara aktif menggunakan pengalamanku saat aku bermain dance dance revolution semasa aku SMP, aku tidak terlalu mendapat banyak masalah.

[Itu luar biasa, Rudeus-sama benar-benar jenius.]

Eris langsung cemberut saat ia melihat Edona memujiku.

Sesuatu yang tidak bisa ia lakukan setelah belajar selama berbulan-bulan dapat dengan mudah dilakukan oleh orang lain, pasti di dalam hati ia merasa tidak tenang.

Tapi aku tidak mengulur-ulur waktu saat belajar dansa 3 hari belakangan ini, dan aku telah mengamati masalah yang dialami Eris.


Dan akhirnya aku paham dengan jelas, tarian Eris terlalu cepat dan kaku.

Sekalipun sebenarnya berdansa memiliki suatu kecocokan dengan teknik Sword-God, tapi berbalik dengan apa yang diharapkan, dimana Eris seharusnya melangkah dengan anggun menurut ritme, dia malah melangkah dengan kecepatan penuh, yang pada akhirnya menyebabkan ritme pasangan dansanya menjadi kacau.

Naluri dasar Eris merasa tertekan oleh ritme yang membatasi gerakannya. Tak peduli bagaimanapun juga, dia akan bersikeras untuk melangkah menggunakan ritme yang ia ciptakan sendiri, tanpa dipengaruhi oleh faktor lain. Itu adalah bakat dalam pertempuran, tapi hal itu juga akan mengganggu dirinya sendiri saat berdansa.

Bagaimanapun juga, dia harus menyesuaikan diri dengan tindakan pasangan dansanya.

Edona diam-diam telah memberitahuku, bahwa dia belum pernah menemui murid yang tidak berbakat seperti ini, tapi sejujurnya itu tidaklah benar.

Kalau Eris mampu bergerak dengan kecepatan tinggi, itu artinya dia juga bisa berdansa, hanya saja metode yang dipakai untuk mengajarinya tidaklah bagus.

Sekalipun mengoreksi masalah ini sebenarnya lumayan merepotkan, tapi aku punya trik rahasia.

[Eris, tutup matamu, biarkan ritmemu untuk mengontrol gerakan tubuhmu.]

[…...Apa yang kamu pikirkan, pakai memintaku untuk menutup mata segala!]

[…...Rudeus-sama?]

Wajah tanpa ekspresi Edona sedikit runtuh.

Bukan, ini bukan seperti yang kalian pikirkan. Kalian ini benar-benar tidak sopan, tega-teganya kalian mencurigai seorang gentleman sepertiku.

[Aku akan menggunakan trik sulap agar Eris bisa berdansa.]

[Eh! Apa ada sihir seperti itu?]

[Bukan, ini trik sulap, bukan sihir. Ini adalah fenomena ajaib.]

Eris memiringkan kepalanya dengan bingung, tapi dia mau mendengarkan saranku dan menutup kedua matanya.

Saat belajar ilmu pedang, dia telah melihat banyak ritme gerakan tubuh, seperti gerakan dengan kecepatan tinggi, gerakan yang halus, gerakan yang tajam, namun tidak ada ritme yang beraturan.

Karena kau tidak bisa membuat prediksi yang akurat, akan mudah jadinya untuk mengacaukan ritme lawan, dan aku sudah pasti tidak bisa melakukan ritme aneh secara alami seperti itu.

[Aku akan menepuk tanganku sekarang, dan melangkahlah layaknya kamu tengah menghindari sebuah serangan, dan ikutilah arahanku.]

Dengan begitu, aku mulai menepuk tanganku secara beraturan, plok~, plok~, plok~.

Eris menyesuaikan gerakannya, selangkah demi selangkah dengan cara menggerakkan badannya.

Hal itu berlanjut untuk beberapa saat, dan aku menambahkan bunyi-bunyi lain dengan selang waktu acak.

[Haii! Haii!]

Timingnya adalah sesaat sebelum aku menepuk tangan, Eris akan memperlambat gerakan tubuhnya untuk sesaat, dan hanya bereaksi ketika dia mendengar suara tepuk tanganku.

[O-, oh, ini...!]

Edona tampak terkejut.

Eris melanjutkan tariannya, dan sekalipun langkahnya sedikit terlalu cepat, tapi gerakannya masih bisa diikuti.

[Anda berhasil, anda berhasil Ojou-sama!]

[Benarkah!?]

Edona menggenggam kedua tangan Eris dan menunjukkan senyum gembira yang jarang terlihat sambil berteriak.

Eris membuka kedua matanya dengan senang hati dan menjawab dengan senyum lebar di wajahnya.

[Ini masih belum selesai, jangan buka matamu dulu, kamu harus mengingat perasaan itu, oke?]

[Ingat apanya, itu kan cuma menyadari mana serangan yang palsu, dan menghindari serangan yang asli!!]

Itu benar, hal itu juga diajarkan di kelas ilmu pedang.

Saat Ghyslaine mengajari bagaimana caranya untuk menghindari serangan lawan, dia akan mendemonstrasikan pergerakan palsu dengan mengeluarkan bunyi, dan kami harus menghindari serangan yang sesungguhnya tanpa merasa bingung oleh pergerakan palsu lawan.

Dibandingkan dengan bereaksi terhadap pergerakan palsu Ghyslaine yang penuh dengan hawa membunuh, mengikuti bunyi sederhana yang aku keluarkan tentu jauh lebih mudah.

Sebagai catatan, dalam topik ini hasilku lebih bagus ketimbang Eris.

Dia itu terlalu polos dan gampang tertipu oleh pergerakan palsu.

[Eris, hal-hal yang kamu pelajari di kelas, bisa diaplikasikan di kelas lain.

Terkadang kalau ada sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan dengan baik, coba kamu ingat-ingat apakah ada pelajaran lain yang memiliki sesuatu yang mirip, jadi coba pikirkan itu baik-baik, oke?]

Eris membuka matanya lebar-lebar, hal yang tidak biasa, tapi dia tidak membantah dan hanya mengangguk.

Dengan begitu, harusnya kelas dansa tidak memiliki masalah lagi.

[Rudeus-sama memang hebat, anda hanya membutuhkan waktu 1 tahun untuk berhasil mengajarkan matematika kepada Ojou-sama.]

Edona kelihatannya merasa kagum denganku.

Tapi kalau kau berkata begitu, apa itu berarti kau menganggap kalau Eris tidak memiliki harapan lagi untuk mempelajari matematika?

Hm, tapi aku memang mendapat banyak masalah dalam hal itu. Meski begitu, aku bisa sukses mengajari matematika karena dibantu oleh Ghyslaine, jadi aku tidak boleh sombong.

[Oh iya, Edona, aku pikir ilmu pedang memiliki kemiripan dengan dansa.]

Edona menunjukkan ekspresi tidak percaya, wow aku telah melihat sebuah keajaiban, ohhh dewa yang ada di luar sana, sebenarnya kau sekarang sedang berada di hadapanku dan mengambil alih ekspresi wajah Edona, bukan? Kau ini terlalu berlebihan.

[Tapi, ada tarian yang memang khusus dilakukan sambil mengayunkan pedang.]

[Ara, benarkah ada tarian seperti itu?]

[Y, ya, aku pernah membacanya di buku.]

Tarian pedang adalah hal yang biasa dalam pengetahuan Chuunibyou milikku, tapi mungkin saja dunia ini tidak memiliki tarian seperti itu.

[Darimana buku tersebut berasal?]

[B, buku itu berasal dari negara yang ada padang pasirnya.]

[Padang pasir... apakah itu Begaritto?]

[Aku tidak yakin. Bisa saja tarian itu berasal dari ras demon yang tinggal di demon continent. Aku dengar ada banyak suku-suku kecil disana, dan ada orang-orang yang mampu menggunakan pedang untuk menari.]

Aku baru saja mengucapkan sesuatu yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.

[Saya mengerti, dengan banyaknya pengetahuan yang anda miliki, Rudeus-sama benar-benar seperti sumber kecerdasan.]

Edona kembali menunjukkan wajahnya yang tanpa ekspresi, dan tampaknya ia menerima cerita yang aku buat-buat.

[Itu benar, Rudeus itu luar biasa!]

Aku tak tahu kenapa Eris dengan bangga menjawab seperti itu.

Itu bagus, puji aku lebih banyak.

Aku adalah tipe orang yang akan mengalami peningkatan saat menerima pujian, fuahahahaha!

***

Di hari pesta, aku mengambil posisi di pojokan halaman.

Di awal pesta, Philip dan istrinya bertugas untuk menangani bangsawan kelas menengah dan bawah yang berkunjung ke mansion.

Disaat Sauros bertugas untuk menerima tamu, mereka malah akan merasa takut dengan sikap liar dan suaranya yang lantang, dan ada lumayan banyak orang yang berusaha untuk melarikan diri.

Kesempatan terakhir untuk menangkap orang-orang yang melarikan diri tersebut terletak di tempat dimana sang pemeran utama pesta berada.

Eris tidak memiliki kewenangan apapun, tidak memahami politik, dan tidak peduli siapapun lawan bicaranya, dia akan berkata “Silahkan mengunjungi Otou-sama”.

Ada beberapa remaja berwajah tampan yang memperkenalkan diri, dan juga orang-orang tua yang memperkenalkan anak mereka kepada Eris.

Ada beberapa anak yang kira-kira berumuran sama dengan Eris, tapi hampir semuanya berbadan gendut.

Mereka pasti hidup dengan nyaman di rumah, rasanya seperti aku sedang melihat diriku yang dulu.

Saat aku memikirkan itu, pesta pun dimulai.

Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, aku akan menjadi pasangan dansa Eris yang pertama. Kami akan melakukan tarian yang paling sederhana untuk anak-anak, tapi karena Eris adalah aktor utama dalam pesta ini, kami berdiri tepat di tengah-tengah halaman.

Anggap saja ini sebagai latihan, aku harap kami tidak gagal,

[A... a... a... apa-apaan...!]

Eris benar-benar merasa sangat gugup dan bergerak kaku seperti robot.

Aku memutuskan untuk mencampur sedikit tipuan dalam langkahku. Setelah itu, Eris menggumam [apa-apaan] dengan suara pelan, dan kondisinya pun kembali normal.

Setelah selesai berdansa, Edona mencariku untuk membicarakan sesuatu.

Melihat Ojou-sama dari jauh, bisa dilihat kalau dia sudah tidak merasa tegang lagi.

Edona bertanya, apa yang aku lakukan saat berdansa, dan aku menjawab kalau aku melakukan hal yang sama saat aku sedang latihan.

Aku menambahkan kalau hal yang aku lakukan sebenarnya berasal dari latihan berpedang.

Mendengar itu, Edona yang merasa kagum diam-diam tertawa.

Karena misi ku sudah selesai, aku bisa pergi dan mencari makanan.

Ada banyak makanan yang tidak biasa tersedia disini.

Contohnya, ada buah yang tidak aku ketahui asal-usulnya yang dibuat menjadi kue pie asam, atau hidangan yang menggunakan seluruh bagian dari kepala sapi, dan kue-kue yang ditata dengan indah.

Saat aku menikmati makanan-makanan tersebut, tatapanku bertemu dengan tatapan Ghyslaine.

Dia tidak memberikan isyarat apa-apa dengan tatapannya, tapi aku bisa melihat dengan jelas kalau mulutnya meneteskan air liur.

Aku juga seorang pria yang bisa memahami situasi lho.

Aku mengambil beberapa makanan dengan menggunakan serbet, dan meminta bantuan seorang pembantu untuk mengirim makanan itu ke ruanganku.

Para pengawal dan pembantu bisa menikmati makanan yang lebih baik dari biasanya, tapi makanan seperti yang tersedia di pesta ini tidak akan tersedia di tempat lain.

Saat aku hampir selesai memindahkan makanan ke ruanganku, aku tiba-tiba menyadari ada seorang gadis muda yang manis dihadapanku.

Dia mengambil inisiatif untuk berbicara denganku, memperkenalkan namanya, dan mengucapkan pidato kecil.

Sepertinya dia adalah gadis yang berasal dari keluarga bangsawan menengah, tapi aku lupa namanya.

Dia mengundangku untuk berdansa, dan setelah aku memberitahu dia kalau aku hanya bisa melakukan gerakan dasar, kami pergi menuju area halaman yang kosong.

Aku merasa kalau aku berdansa dengan cukup bagus.

Setelah kami selesai berdansa, ada gadis lain yang datang menghampiriku untuk mengajakku berdansa lagi.

Apa yang... hey, jangan-jangan aku populer?

Sembari memikirkan itu, satu demi satu gadis terus mengundangku untuk berdansa.

Bahkan ada seorang bibi yang umurnya sudah lewat 30 tahun, dan bahkan ada juga anak yang lebih kecil dariku yang tidak tahu cara berdansa.

Selain dengan orang yang memiliki perbedaan tinggi badan yang terlalu besar, pada dasarnya aku berdansa dengan semua orang yang menghampiriku.

Aku adalah orang Jepang yang tahu bagaimana caranya untuk mengucapkan kata TIDAK, tapi setelah menjawab OK kepada orang pertama, rasanya tidak enak kalau aku menolak orang lain.

Sekalipun aku memiliki niat untuk melakukan itu, tapi aku tidak benar-benar ahli dalam mengingat wajah dan nama orang, dan itu membuatku lelah.

Saat semuanya hampir berakhir, Philip menghampiriku untuk menjelaskan situasiku saat ini.

Sepertinya bahwa Sauros mendengar bahwa ada seseorang yang penasaran dengan identitas anak muda yang berdansa dengan Eris di awal pesta, dan Sauros dengan bangga mengumumkan bahwa anak muda itu adalah seseorang yang memiliki nama Greyrat.

Yang artinya, semua ini adalah kesalahannya Sauros Jii-san.

Meski begitu, aku tidak bisa menyalahkan dia.

Anak yang berhasil menghilangkan ketegangan Ojou-sama, apakah dia anak rahasia Sauros-sama?

Dia pasti merasa senang saat dia diberi pertanyaan seperti itu.

Pada mulanya kami berencana untuk tidak membeberkan fakta bahwa aku memiliki nama keluarga Greyrat, tapi setelah 3 ronde minum bir, terbuka sudah rahasianya.

Ini artinya aku dianggap sebagai anggota dari keluarga cabang, dimana nantinya cepat atau lambat aku akan menjadi terkenal, dan mereka pun mengirim anak maupun cucu mereka untuk menghampiriku.

Tapi aku bertanya kepada Philip, kalau memang situasinya seperti itu, bukannya aneh untuk menghampiriku saat pestanya sudah hampir berakhir?

Dia melihatku mengambil makanan dengan serbet, dan menungguku sampai selesai sebelum melanjutkan pembicaraan.

Apapun yang aku lakukan akan tercerminkan di mata seseorang.

Aku bertanya kepada Philip tentang bagaimana cara untuk menangani gadis-gadis yang datang menghampiriku, dan dia bilang aku hanya perlu merespons dengan jawaban yang samar-samar.

Sepertinya dia tidak mau aku ikut berpartisipasi dalam politik di masa depan.

Atau apakah dia berencana untuk membuatku bergantung kepada orang lain untuk mendapatkan kekuatan politik?

Tapi aku tidak memiliki sedikitpun rasa ketertarikan dalam hal itu, jadi populeritasku saat ini hanyalah mimpi sesaat.

Tapi, tunggu dulu, kalau aku bisa menjadi seseorang yang luar biasa, aku bisa melahap seluruh gadis-gadis manis dengan uang yang aku miliki.

[Tapi, aku sarankan agar kamu tidak melakukan hal-hal yang akan mencemarkan nama Greyrat.]

Inspirasiku yang tiba-tiba muncul itu langsung dipadamkan oleh ucapan Philip yang dingin.

Orang terakhir yang datang menghampiriku adalah Eris. Sebagai catatan, kali ini dia mengenakan gaun berwarna biru laut, dan tidak mengenakan pakaian meriah yang biasa ia gunakan.

Rambut merahnya diikat dengan dihias oleh ornamen bunga, dan dia tampak sangat manis.

Karena ini adalah pesta pertama yang ia hadiri, ia terus didatangi oleh tamu, dan aku pikir saat ini dia sudah lumayan kelelahan.

Aku tak yakin, apakah karena dia menjadi aktor utama pesta, atau karena pesta itu sendiri, dia merasa gembira.

[Bolehkah aku berdansa denganmu?]

Di hadapanku bukanlah Eris yang biasanya ribut, tidak sopan, tidak anggun, dan sombong.

Gadis yang mengundangku untuk berdansa ini adalah seseorang yang tidak kalah hebat dari semua gadis yang menghampiriku sebelum ini, dan bersikap seperti seorang wanita yang anggun.

Kami pergi ke tengah aula, dan musik mulai memainkan sesuatu yang belum pernah kami pelajari sebelumnya, dengan ritme yang sedikit sulit dan cepat.

[Ahh, uuuu.......]

Eris langsung menunjukkan ketidak nyamanan yang ia rasakan. Ini semua gara-gara kamu bersikap sok dewasa.

Eris melirik ke arahku untuk meminta bantuan, dan aku pun menambahkan gerakan tipuan untuk menyesuaikan diri dengan musik.

Sekalipun tarian kali ini berbeda dari biasanya, ritme cepat seperti ini harusnya lebih mudah bagi Eris.

Karena langkah kaki kami kelihatan agak samar, aku tak yakin apakah Edona akan merasa terkejut atau marah saat dia melihat kami.


Kedua tangan kami saling berpegangan, dan kami pun melangkah maju dan mundur layaknya sedang berlatih ilmu pedang.

Gerakan kami yang sangat tidak biasa, digabungkan dengan musik yang diputar, pasti tampak cukup unik bagi orang-orang yang melihatnya.

Tapi Eris benar-benar tenggelam dalam tarian kami, dan dia pun tersenyum.

Gadis yang biasanya terus menunjukkan ekspresi cemberut ini, kini tengah tertawa dengan ekspresi yang sesuai dengan umurnya sekarang.

Hanya dengan melihat ekspresi wajahnya saat ini, membuatku merasa puas karena telah menghadiri pesta ini.

Usai berdansa, semua orang memberikan tepuk tangan.

Sauros berlari menghampiri kami dan kemudian menggendong kami berdua di pundaknya, setelah itu ia berlari mengelilingi halaman sambil tertawa riang.

Benar-benar kakek yang penuh dengan semangat. Melihat itu, orang-orang yang ada di sekitar pun juga ikut tertawa.

Yah, ini adalah pesta yang menyenangkan.

***

Saat pestanya sudah berakhir, aku memanggil Ghyslaine dan Eris ke dalam kamarku, sebenarnya memanggil Ghyslaine saja sudah cukup, tapi saat aku mengundang dia, ternyata dia sedang bersama dengan Eris, jadi aku juga ikut mengajak Eris.

Melihat ada makanan-makanan lezat di atas meja, perut Eris pun keroncongan. Saat pesta, dia terus merasa gugup dan gembira, jadi dia tidak makan sama sekali.

Aku mengeluarkan anggur murah yang aku beli di kota dari lemari.

Sekalipun aku mempersiapkan itu untuk Ghyslaine, Eris bilang kalau dia juga ingin meminumnya, jadi aku mempersiapkan 3 cangkit, cheers.

Hukum di negara ini menyebutkan bahwa orang baru diijinkan untuk minum minuman keras setelah mereka mencapai usia 15 tahun, tapi untuk hari ini aku akan mengesampingkan itu.

Terkadang terbebas dari aturan itu adalah hal yang baik.

[Waktunya juga pas, jadi aku akan memberikan hadiah kepada kalian berdua.]

Aku mengeluarkan dua tongkat sihir dari laci yang ada di samping kasur.

[A-apa itu?]

[Yah, bisa dibilang ini adalah hadiah ulang tahunmu, mungkin.]

[Ehh, tapi aku mau itu!]

Eris menunjuk ke arah benda-benda yang aku ciptakan saat aku berlatih ilmu sihir, menggunakan sihir tanah untuk menciptakan model-model kecil yang rumit.

Ada seekor naga, kapal, dan patung Sylphy berukuran 1/10 yang terletak disana.

Bukan maksudku untuk pamer, tapi waktu aku berumur 20 tahun di masa lalu, aku memiliki hobi merakit model, dan aku membuat cat pelapisku sendiri.

Tapi disini, bahan-bahan untuk mewarnai memiliki harga tinggi, dan tidak ada peralatan yang bisa digunakan untuk menyemprot.

Tapi karena aku menciptakan model-model tersebut dengan penuh gairah, khususnya pada bagian celana dalam, secara menyeluruh figurin buatanku pun tampak mendetail.

Meski begitu, tetap saja semua model tersebut dibuat oleh orang yang masih amatiran...

Omong-omong, patung kecil Roxy berukuran 1/10 aku jual ke pedagang seharga 1 gold.

Saat ini dia pasti sedang pergi mengelilingi dunia.

Yah, kembali ke topik awal.

[Ini adalah tradisi Shishou ku untuk memberikan tongkat sihir kepada murid. Aku tak tahu bagaimana cara membuatnya dan aku tidak memiliki uang untuk membeli material yang dibutuhkan, jadi aku sedikit terlambat membuatnya. Kalau bisa, tolong terimalah.]

Ghyslaine berhenti makan setelah mendengar ucapanku, kemudian ia berdiri dan berlutut dengan satu kaki dengan hormat.

Ah, aku tahu ini, ini adalah pose milik teknik Sword-God untuk menunjukkan rasa hormat kepada sang guru.

[Baik! Rudeus-shishou, saya menerima ini dengan penuh rasa syukur.]

[Umu, kamu tak perlu bersikap formal seperti itu.]

Ghyslaine menerima dan mengamati tongkat pemberianku dengan penuh hormat, sepertinya dia merasa senang.

[Sekarang aku bisa meyebut diriku seorang penyihir.]

Ah, begitu, jadi sekarang kau bisa menyebut dirimu seperti itu?

Aku tak pernah mendengar Roxy bicara soal itu, tidak, lagipula kamu hanya bisa menggunakan tingkat elementary, jadi itu masih belum masuk hitungan kan?

Atau bisakah kau menyebut dirimu sendiri sebagai seorang penyihir kalau kau mulai mempelajari ilmu sihir?

Shishou ku tak pernah menjelaskan itu kepadaku secara mendetail.

[Erm, Eris, apa kau mau ini?]

Aku setengah bercanda meraih patung Sylphy berukuran 1/10 dan membawanya dengan kedua tanganku, tapi aku melihat Eris menggelengkan kepalanya.

[Tidak! Aku mau tongkat itu! Aku mau tongkat itu saja!]

[Baik, ini.]

Eris menjulurkan tangannya untuk mengambil tongkat itu, tapi mungkin karena ia melihat sikap yang ditunjukkan Ghyslaine, ia buru-buru mengkoreksi postur tubuhnya, dan menerima tongkat sihirnya dengan kedua tangannya dan dengan penuh hormat.

[T, terima kasih banyak, Rudeus-shishou.]

[Umu, jagalah itu dengan baik-baik.]

Eris selanjutnya melirik ke arah Ghyslaine, dan setelah Ghyslaine menyadari itu, ia berhenti untuk sesaat, kemudian menggelengkan kepalanya.

[Maafkan aku, ras ku tidak memiliki tradisi seperti itu, jadi aku tidak mempersiapkan apa-apa.]

Aku tadinya penasaran dengan apa arti lirikan Eris, jadi ternyata dia meminta hadiah.

Ah, Eris duduk di sofa dengan ekspresi kecewa.

Seorang pembantu memberikan hadiah kepada tuannya, sekalipun memang tidak ada tradisi seperti itu, tapi melihat Eris tidak menerima apapun dari Ghyslaine-nee-chan favoritnya membuatku merasa kasihan.

Ijinkan aku untuk sedikit memperbaiki situasi ini.

[Ghyslaine, kamu tak perlu mempersiapkan sesuatu yang spesial, kalau kamu memiliki sesuatu, atau jimat keberuntungan pun bisa diberikan sebagai hadiah.]

[Hmm.]

Ghyslaine berpikir untuk sesaat dan melepas sebuah cincin yang ia kenakan di jarinya.

Cincin yang diukir dari kayu, yang kelihatan sudah lumayan berumur, aku tak yakin apakah ada sihir yang ditambahkan ataukah karena material itu sendiri, tapi cincin itu memancarkan sedikti cahaya berwarna hijau.

[Ini adalah jimat yang diwariskan secara turun menurun oleh rasku. Kabarnya kalau kamu memakai cincin ini, kamu tak akan diserang oleh serigala jahat di malam hari.]

[Apa kamu benar-benar mau memberikan itu kepadaku?]

[Ya, toh itu takhayul.]

Eris menerimanya dengan hati-hati, memasangkannya di jarinya, dan memeluk tangannya erat-erat di dadanya.

[A, aku akan merawatnya dengan baik.]

Dia bahkan lebih bahagia dibandingkan saat dia menerima tongkat sihir dariku, yah, karena itu cincin, perempuan mungkin akan lebih menyukai itu.

Saat ini, sebuah pertanyaan melintas di dalam pikiranku.

[Takhayul, eh? Jadi itu artinya Ghyslaine pernah diserang oleh serigala jahat di malam hari?]

[Ya, pada waktu itu aku kesulitan tidur di malam hari, lalu Paul mengajakku berenang......]

[Aaah, lebih baik jangan dilanjutkan ceritanya, aku bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.]

Gawat, kalau topik ini berlanjut, penilaian mereka terhadapku akan menurun. Paul sialan, si brengsek itu terus-terusan menggangguku.

[Oh begitu, yah, kamu mungkin tak ingin mendengar tentang hal-hal yang dilakukan oleh ayahmu.]

[Bukannya itu sudah jelas... nih, makanlah. Sekalipun sudah dingin, nikmatilah makanannya. Kalian berdua adalah muridku, jadi tidak perlu menahan diri.]

Hari ulang tahun Eris yang berkesan berhasil kami lalui tanpa ada masalah yang berarti.

***

Hari kedua, aku melihat ada Eris yang terbaring disampingku.

Wooah, aku sudah menjadi dewasa, kyaaaah (malu).

...Mana mungkin.

Mari kita sedikit memutar waktu kebelakang.


Eris tiba-tiba merasa ngantuk, dan jatuh kelelahan di kasurku.

Melihat itu, Ghyslaine berkata kalau dia juga harus pergi, dan pada akhirnya meninggalkan Eris dan kembali ke kamarnya sendiri.

Bukan pria namanya kalau kamu melihat ada hidangan yang disajikan di hadapanmu, dan kamu tidak berani mengambilnya.

Gehehehe, ini waktunya untuk menjadi anak nakal.

Aku menjilat bibirku seperti yang biasa dilakukan oleh orang jahat dan mendekati pojokan kasur.

Kemudian aku melihat cincin pemberian Ghyslaine yang terpasang di jari tangan Eris, dan dia memeluk erat tongkat sihir yang aku berikan; Eris sedang tertidur pulas dengan senyum puas di wajahnya.

Serigala besar jahat dengan tampang memuakkan telah berhasil diusir.

[Jimat itu benar-benar berguna......]

Gumamku, tanpa sedikitpun menyentuh Eris, dan aku pun tidur tanpa suara di pojokan kasur.


Saat ini masih pagi, aku melihat keluar jendela, matahari masih belum terbit, dan langit masih sangat gelap.

Aku pergi keluar untuk jalan-jalan sebentar. Sekalipun melihat wajah tidur Eris bukanlah hal yang buruk, tapi aku pasti akan mendapat pukulan setelah dia bangun.

Aku tak mau dipukuli.

Aku pergi meninggalkan kamar tanpa mengeluarkan banyak suara dan berjalan di koridor yang dingin, sambil memikirkan kemana enaknya tujuanku selanjutnya.

Gerbang utama mansion tidak akan terbuka sebelum waktu yang ditentukan tiba, jadi aku tidak bisa keluar, dan pilihan yang tersedia pun sangatlah sedikit.

Pada dasarnya aku sudah berkeliling kesana kemari dalam beberapa tahun terakhir, tapi masih ada beberapa area yang tidak aku ketahui, contohnya, ada menara yang terpisah dari bangunan utama.

Sekalipun aku sudah diberitahu untuk tidak mendekati menara itu, aku masih tetap penasaran dengannya.

Atau mungkin, bisa saja aku mendapatkan sesuatu yang bagus, misal celana dalam seseorang yang sudah dikeringkan oleh hembusan angin.

Sambil memikirkan hal-hal bagus seperti itu, aku memanjat ke bagian atas mansion, dan setelah menelusuri tempat itu untuk beberapa saat, aku akhirnya menemukan sebuah tangga berputar.

Itu mungkin adalah pintu masuk menuju menara.

Saat aku menaiki tangga tersebut, aku mendengar bunyi nyan~, nyan~ yang menggiurkan, jadi aku berusaha untuk naik tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

Sauros berada di lantai tertinggi, di dalam sebuah ruangan yang aku tidak yakin bisa dimasuki atau tidak, dan sedang melakukan sesuatu yang sangat nakal dengan seorang pembantu Nekomimi.

Oh begitu, jadi itu alasan kenapa kamu tidak mengijinkan orang lain untuk datang kemari...


Aku ingin menikmati pemandangan itu hingga akhir, tapi aku ketahuan oleh Sauros.

Sebenarnya aku sudah ketahuan lebih dahulu oleh si pembantu, dan setelah si pembantu itu menyelesaikan urusannya, dia langsung pergi melewatiku dan menuruni tangga.

[…... apakah itu Rudeus?]

Suaranya terdengar kecil dan stabil, berbeda dari biasanya. Apakah dia memasuki mode orang bijak?

[Benar, Sauros-sama. Selamat pagi.]

Aku hendak menyapanya dengan sikap formal yang biasa ditunjukkan oleh bangsawan, tapi Sauros menghentikanku dengan tangannya.

[Tak perlu, apa yang kau lakukan disini?]

[Saya melihat ada tangga, jadi saya ingin menaikinya.]

[Apa kau suka tempat yang tinggi?]

[Ya.]

Sekalipun aku mengatakan itu, kalau aku melihat keluar jendela, kakiku pasti akan gemetaran.

Rasa suka dan kepuasan itu berbeda, sekalipun aku berhasil menguasai dunia dan menciptakan menara yang paling tinggi, aku tetap akan membangun ruanganku di lantai pertama.

[Kalau dipikir-pikir, apa yang dilakukan Sauros-sama disini?]

[Aku berdoa kepada batu permata itu.]

Ahh? Budaya berdoa di mansion ini kelihatannya lumayan merosot, tapi aku tidak terlalu memikirkan itu.

Dia biasanya bersikap tegas, tapi dia juga merupakan anggota dari keluarga Greyrat.

[Batu permata?]

Aku melihat keluar jendela, dan ada sebuah batu permata berwarna merah yang melayang di udara. Batu permata itu tampak berdenyut dan mengeluarkan cahaya redup, dan aku bisa melihat ada sesuatu yang bergerak di dalamnya.

Apa itu, keren sekali. Apakah batu permata itu melayang di udara karena sihir?

[Boleh saya tahu, apa sebenarnya batu itu?]

[Aku sendiri tak yakin.]

Sauros menggelengkan kepalanya.

[Batu itu ditemukan 3 tahun yang lalu, tapi, itu bukanlah sesuatu yang buruk.]

[Bagaimana bisa anda begitu yakin?]

[Lebih baik kita menganggapnya seperti itu.]

Aku mengerti. Memang benar, karena benda itu tidak bisa diraih, kalau kau menganggap benda itu sebagai sesuatu yang buruk, itu tidak akan baik bagi kesehatanmu. Jadi lebih baik anggap saja benda itu sebagai sesuatu yang baik dan berdoa kepadanya, mungkin suasana hati tuan batu permata akan menjadi lebih baik.

Ijinkan aku untuk ikut berdoa, tolong jatuhkanlah gadis cantik dari langit ke dalam pangkuanku...

[Rudeus, aku hendak menunggangi kuda untuk berkeliling sebentar, apa kau mau ikut?]

[Saya mau.]

Sauros jii-san pernah melakukan itu sebelumnya, tapi kelihatannya kali ini dia lumayan bersemangat. Hari ini adalah hari libur, dan sepertinya aku diijinkan untuk bermain.

Oh yeah~! …..........Kedengarannya hari ini bakal jadi melelahkan.

[Kalau dipikir-pikir.]

[Apa?]

[Apakah istri Sauros-sama tidak tinggal disini?]

Aku mendengar bunyi gertakan, dan menyadari bahwa Sauros sedang menggertakkan giginya, dan keringat dingin pun mengalir di punggungku.

[Dia sudah tiada.]

[Um, saya benar-benar minta maaf karena telah menanyakan hal tersebut.]

Aku meminta maaf dengan sungguh-sungguh, dia barusan melakukan hal ini dan itu dengan si pembantu Nekomimi, dan mungkin aku telah membuatnya mengingat sesuatu yang tidak menyenangkan.

Sepertinya akan lebih baik kalau aku tidak bertanya, kenapa Eris tidak memiliki saudara kandung.

[Kalau begitu, ayo berangkat.]

[Baik.]

Hari ini akan digunakan untuk beristirahat, dan aku akan menyuruh Eris untuk berusaha keras mulai keesokan harinya.


--Status--
Nama : Eris Boreas Greyrat
Profesi : Cucu dari Lord
Sifat : Sedikit kasar
Kalau bicara dengannya : Dia mau mendengar dan memperhatikan
Bahasa : Bisa membaca dengan hampir sempurna
Matematika : Mengingat tabel perkalian sampai 9*9
Sihir : Bisa menggunakan sihir tingkat elementary
Ilmu pedang : Teknik Sword-God tingkat intermediate
Etik : Tidak akan merasa malu saat berpesta
Orang yang dia sukai : Kakek, Ghyslaine

Tidak ada komentar:

Posting Komentar