Senin, 05 Januari 2015

Mushoku Tensei 24

[Web Novel 24] Tiga Hari Menuju Kota Terdekat

Keesokan hari.

[Selamat pagi.]

Saat kami hendak pergi meninggalkan desa, Robin datang dan memulai percakapan denganku.

Sepertinya hari ini dia juga akan berdiri menjaga pintu masuk desa lagi.

[Selamat pagi, apa anda akan menjaga pintu masuk desa lagi hari ini?]

[Ya, paling tidak sampai orang-orang yang pergi berburu kembali.]

Kalau dipikir-pikir, para pria yang pergi berburu masih belum kembali, walaupun satu malam sudah berlalu.

Apa mungkin Robin tetap berjaga di pintu masuk desa selama semalaman penuh?

Itu mengingatkanku dengan para penjaga kota yang ada di game RPG.

Sebuah pekerjaan sederhana, dimana kau hanya perlu berdiri disana, baik itu pagi, siang, atau malam.

Meski begitu, aku penasaran, apa hanya dia satu-satunya orang yang bertugas untuk menjaga pintu masuk desa sampai yang lainnya kembali?

Ah, Chief Rocks juga ada disini.

Karena desa ini tidak terlalu besar, mungkin si Chief juga harus bekerja cukup keras.

[Apa kalian sudah mau pergi?]

[Ya, kami sudah menyelesaikan urusan kami dalam percakapan kemarin malam.]

[Tapi, aku masih ingin mengobrol denganmu tentang anakku...]

[Aku juga sangat ingin melakukan itu, tapi kami tidak bisa tinggal berlama-lama disini.]

[Benarkah?]

Sayangnya, situasinya memang seperti itu.

Padahal aku juga sangat ingin mendengarkan cerita tentang masa kecil Roxy.

[Setelah saya kembali ke Asura, saya akan mencoba untuk menghubungi anda lagi.]

[Aku serahkan itu kepadamu.]

Setelah menundukkan kepalaku, aku menulis di memo yang ada di dalam hatiku, agar aku tidak lupa untuk menghubungi Robin saat aku bertemu dengan Roxy nanti.

[Ah, benar juga, tolong tunggu aku disini, sebentar saja.]

Sepertinya Robin baru saja mengingat sesuatu, dan langsung masuk ke dalam desa.

Setelah dia memasuki suatu rumah (kemungkinan besar rumahnya Roxy), beberapa menit kemudian, Robin kembali sambil membawa seorang gadis yang sangat mirip dengan Roxy.

Kalau kau ingin memanggil seseorang, bukannya kau bisa menggunakan telepati..... adalah yang aku pikirkan, tapi sepertinya dia sedang membawa sebilah pedang.

Apa dia akan memberikan pedang itu kepadaku ya?

[Ini adalah istriku.]

[Aku adalah Rokari.]

Sepertinya gadis ini adalah ibunya Roxy.

[Nama saya Rudeus Greyrat. Anda kelihatan lumayan muda.]

Kalau bukan karena kedua orang ini, aku tidak akan pernah bisa meninggalkan rumahku.

Saat aku memikirkan itu, kepalaku sepertinya secara naluri menunduk lebih rendah, sampai pada akhirnya aku membungkuk di hadapan mereka.

[Itu tidak mungkin, aku masih muda? Usiaku tahun ini sudah mencapai 102 tahun.]

[Itu.... itu masih lumayan muda.]

Sepertinya ras Migurd akan berhenti mengalami pertumbuhan badan saat mereka mencapai usia 10 tahun, dan dari sana, mereka baru mulai mengalami pertumbuhan badan lagi saat mereka mencapai usia 150 tahun.

[Roxy-sensei sudah sangat banyak membantu saya.]

[Sensei? Anak itu sampai bisa mengajari orang lain, kira-kira apa yang membuatnya mau melakukan hal seperti itu?]

[Roxy-sensei mengajari saya banyak hal yang tidak saya ketahui.]

Aku tertawa sambil mengatakan itu, dan Rokari dengan pipi memerah berkata “Ah, aku mengerti!”

Apa dia salah memahami kata-kataku ya?

[Tapi, beruntung kalian datang saat aku masih bertugas sebagai penjaga desa.]

[Itu benar. Saya bersyukur kita bisa bertemu. Roxy-sensei benar-benar merawatku dengan baik. Kalau begitu, apa boleh kalau saya mulai memanggil anda ayah mertua?]

[Hawwa wa? Tolong hentikan itu.]

Dia menolakku dengan ekspresi serius.

Itu sedikit membuatku terkejut.

Tapi, wajah seriusnya mirip dengan Roxy, dan itu lumayan membuatku merasa rindu dengan Roxy.

[Terlepas dari gurauanmu tadi, aku mohon terimalah ini.]

Setelah mengucapkan itu, Robin menyerahkan pedang yang ia bawa kepadaku.

[Sekalipun Ruijerd ikut pergi bersamamu, kalau kamu tidak memiliki senjata, itu pasti akan membuatmu merasa gelisah.]

[Sebenarnya saya tidak benar-benar tidak memiliki senjata sih?]

Sambil mengucapkan itu, aku sudah menerima dan mengeluarkan pedang tersebut dari sarungnya.

Sebuah pedang lebar dengan satu sisi tajam.

Sisi kecilnya memiliki lebar sekitar 60 centimeter.

Pedangnya juga kelihatan sedikit melengkung.

Golok? Bukan, itu lebih mirip seperti pedang pendek.

Aku bisa melihat ada banyak goresan yang menunjukkan bahwa pedang itu sudah digunakan selama bertahun-tahun, tapi pedang itu sendiri sama sekali tidak mengalami kerusakan.

Sepertinya pedang itu dirawat dengan cukup baik, seluruh bagiannya tampak indah, namun aku merasa ada sesuatu yang mirip seperti hawa membunuh yang merembes keluar dari pedang itu.

Perdang tersebut secara menyeluruh memiliki warna abu-abu gelap, tapi di saat pedang itu memantulkan cahaya, cahaya yang dipantulkan sedikit memiliki warna hijau zamrud.

[Di masa lalu, aku menerima pedang ini dari seorang pandai besi yang singgah di desa ini selama beberapa waktu. Begitu kuatnya pedang ini, sampai-sampai pedang ini tidak berkarat sedikitpun sekalipun aku telah menggunakannya selama bertahun-tahun. Kalau kau mau, tolong gunakan ini.]

[Aku akan menerimanya dengan senang hati.]

Tidak perlu menahan diriku disini.

Ini bukanlah situasi dimana aku bisa menahan diri.

Akan lebih baik kalau aku bisa menerima apapun yang ditawarkan kepadaku.

Terlepas dari diriku, akan menyedihkan rasanya kalau Eris tidak memiliki senjata.

Dia juga menggunakan teknik Sword-God.

Paling tidak, kalau dia memiliki pedang, sekalipun hanya satu saja, harusnya itu bisa membantunya untuk sedikit merasa lebih tenang.

[Kalau begitu tolong terimalah uang ini juga. Memang tidak banyak, tapi setidak-tidaknya uang ini bisa dipakai untuk tidur di penginapan selama 2 atau 3 hari.]

Yay, uang saku.

Setelah membuka tas yang diberikan kepadaku, aku melihat ada sebuah koin yang dibuat dari batu secara kasar, dan koin lain yang di dalamnya terdapat logam berwarna abu-abu gelap.

Kalau tidak salah, mata uang yang digunakan di Demon Continent adalah Koin Hijau Kecil, Koin Logam, Koin Logam Tua, dan Koin Batu, empat tipe tersebut.

Dalam hal nilai mata uang, keempat koin tersebut adalah yang paling rendah di seluruh dunia, bahkan Koin Hijau Kecil yang paling berharga pun hanya senilai dengan 1 Koin Perunggu Besar dari kerajaan Asura.

Koin Logam memiliki nilai yang sama dengan Koin Perunggu biasa milik Asura.

Kebetulan, kalau kau mengkonversi mata uang kerajaan Asura dan Demon Continent ke dalam Yen, itu malah akan memberimu kesan yang lebih rendah.

Koin Batu yang paling murah nilainya adalah 1 yen.

= = = = = = = = = =

Koin Emas Asura – 100.000 Yen ($1.000 USD)
Koin Perak Asura – 10.000 Yen ($100 USD)
Koin Perunggu Besar Asura – 1.000 Yen ($10 USD)
Koin Perunggu Asura – 100 Yen ($1 USD)

Koin Hijau Besar – 1.000 Yen ($10 USD)
Koin Logam – 100 Yen ($1 USD)
Koin Logam Tua – 10 Yen (10 Sen)
Koin Batu – 1 Yen (1 Sen)

= = = = = = = = = =

Itu adalah angka-angka yang dalam sekilas akan memberitahumu, seberapa kuatnya kerajaan Asura dalam dunia ini, dan seberapa parahnya Demon Continent.

Sekalipun Demon Continent memiliki harga pasar yang berbeda.

Karena itulah, ras demon tidak semiskin seperti kelihatannya.

[Terima kasih banyak.]

[Aku benar-benar ingin kita mengobrol lebih lama soal Roxy.]

Baik Rokari dan Robin mengucapkan hal yang sama.

Bagaimanapun juga, mereka pasti merasa khawatir terhadap anak mereka.

Roxy mungkin sudah berusia 44 tahun, tapi kalau kau mengkonversi usianya ke dalam usia manusia, maka anggapannya Roxy baru berusia sekitar 20 tahun.

Tentu saja orang tua akan merasa khawatir bila anaknya yang masih semuda itu pergi meninggalkan mereka tanpa kabar sedikitpun.

[Kalau mau, kami bisa tinggal disini selama 1 hari lagi.]

Aku menyarankan itu, tapi Robin menggelengkan kepalanya.

[Tidak usah. Yang paling penting, sekarang aku sudah tahu kalau dia baik-baik saja, benar bukan?]

[Ya. Anak itu tidak bisa tinggal dengan nyaman di desa ini.]

Roxy tidak bisa tinggal dengan nyaman disini.

Mungkin itu karena masalah telepati.

Pada dasarnya, kau tidak akan bisa mendengar percakapan apapun di dalam desa ini.

Tidak ada satupun orang yang berbicara.

Mungkin mereka semua berbicara dengan menggunakan telepati.

Roxy bilang, dia tidak bisa menggunakan atau mendengar telepati ini.

Kalau kau tidak bisa berbicara kepada orang lain dan mendengar percakapan orang yang ada di sekitarmu, tentu saja hal seperti itu akan membuatmu ingin untuk kabur dari rumah.

[Saya mengerti. Kalau begitu, sampai jumpa lain kali.]

[Ya, tapi, aku mohon maaf soal menjadi ayah mertuamu.]

[A wa wa.... te... tentu saja.]

Dia benar-benar menolak soal urusan itu.

Aku tidak tahu apakah nantinya aku akan bertemu dengan Roxy lagi, tapi setidak-tidaknya, aku akan kembali untuk mengembalikan uang ini kepada mereka.

***

Akan membutuhkan waktu setidak-tidaknya 3 hari bagi kami untuk mencapai kota terdekat.

Di hari pertama perjalanan, aku langsung menyadari, betapa pentingnya Ruijerd bagi kami.

Aku bersyukur karena dia mau menjadi rekan kami.

Karena Ruijerd sudah menghabiskan waktu yang cukup lama untuk berpetualang sendirian, dia tahu semua rute yang ada di Demon Continent, dan persiapannya untuk membangun perkemahan di alam bebas juga sempurna.

Ditambah lagi, dia juga memiliki organ hidup yang bertugas sebagai radar, yang merupakan kemampuan khusus yang ia miliki.

Orang ini benar-benar terlalu berguna.

[Kalau mungkin, bisakah kamu sedikit mengajari kami?]

[Apa yang akan kalian lakukan setelah belajar?]

[Kami akan menjadi lebih berguna.]

Untuk alasan itu, selama 3 hari berikutnya, Eris dan aku mempelajari ilmu perkemahan dibawah bimbingan Ruijerd.

[Yang pertama adalah api unggun. Tapi, tidak ada pohon yang tumbuh dan bisa digunakan untuk membuat api unggun di Demon Continent.]

Hmm.

Kalau dipikir-pikir, saat pertama kali kami bertemu dengan Ruijerd, ada api unggun disana.

[Kalau begitu, apa yang harus kami lakukan?]

[Memburu monster.]

Di Demon Continent, segalanya selalu berujung kepada memburu monster.

[Kebetulan, ada satu monster di dekat sini. Tunggu sebentar.]

[Whoa, tunggu dulu.]

Aku meraih pundak Ruijerd dan menghentikan dia.

[Ada apa?]

[Apa kamu berencana untuk bertarung sendirian?]

[Ya, berburu adalah pekerjaan bagi seorang prajurit. Kalian anak-anak cukup tunggu aku disini.]

Jadi begitu.

Sepertinya Ruijerd berencana untuk melanjutkan perjalanan dengan cara seperti ini sampai akhir.

Yah, bagi seseorang yang usianya sudah lebih dari 500 tahun seperti Ruijerd, jangankan anak, kami bahkan lebih muda daripada cucu.

Ditambah lagi, Ruijerd memiliki kekuatan yang menggila.

Sekalipun kami menyerahkan semua masalah yang ada kepada Ruijerd, kami mungkin tetap akan baik-baik saja.

Tapi, jika situasi yang paling buruk terjadi.

Kalau entah karena suatu alasan, Ruijerd menjadi tidak bisa bergerak.

Atau semisal dia tewas.

Aku dan Eris, yang hampir tidak memiliki pengalaman bertempur, akan tertinggal sendirian.

Hal seperti itu bisa saja terjadi di tengah-tengah hutan yang lebat.

Atau di hadapan monster yang brutal dan mengerikan.

Untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi situasi seperti itu, kami harus mendapatkan pengalaman bertempur mulai dari sekarang.

Karena itulah, kami membutuhkan agar Ruijerd mulai mengajarkan kepada kami cara-cara untuk melawan para monster.

Bukan, cara berpikir seperti itu tidak baik.

Hubungan yang ada di antara kami adalah give and take.

Hubungan yang setara.

Kami tidak akan membuatnya mengajari kami cara untuk bertarung, tapi kami akan menciptakan metode untuk bekerja sama dalam sebuah pertempuran.

[Kami bukan anak-anak.]

[Tidak, kalian itu anak-anak.]

[Dengarkan aku, Ruijerd.]

Aku memanggil namanya dengan nada bicara yang kuat.

Sepertinya dia sedikit salah dalam memahami situasi ini.

Tidak akan bagus jadinya kalau kami tidak memperjelas posisi yang kami miliki.

Disini, tidak ada pihak yang lebih unggul.

[Kami akan membantumu, dan kamu akan membantu kami. Sekalipun motif kita berbeda, tapi kita akan bertarung bersama-sama sebagai rekan dan sebagai sesama prajurit.]

Kemudian aku bertatap mata dengan Ruijerd.

Dengan tampang segalak mungkin.

Beberapa detik berlalu.

Ruijerd pun dengan cepat membuat kesimpulan.

[Aku mengerti. Kalian adalah seorang prajurit.]

Ucapannya terasa seperti “Wah wah, apa yang harus aku lakukan kalau kalian begini.”

Namun, untuk sekarang kami telah berhasil memutuskan hubungan “melindungi dan dilindungi”, dan kini kami bisa turut berpartisipasi dalam latihan yang berbahaya.

[Tentu saja, Eris juga akan ikut bertarung, iya kan?]

[Te, tentu saja!]

Eris menatapku dengan tampang tercengang, tapi dia juga mengangguk saat aku bertanya kepadanya.

Bagus, gadis pintar.

[Baiklah kalau begitu, Ruijerd-san. Tolong bawa kami ke tempat para monster berada.]

Waktu untuk bersikap kuat sudah berakhir.

Bagaimanapun juga, kau harus menyampaikan keinginanmu dengan jelas dalam sebuah negosiasi.

 ***

Musuh pertama yang kami temui adalah monster bernama Stone Treant.

Singkatnya, semua monster yang memiliki nama Treant adalah monster sejenis pohon.

Pepohonan yang menyerap Mana, dan berubah menjadi makhluk lain yang menyerang orang-orang.

Orang-orang mengelompokkan semua makhluk yang memiliki ciri-ciri seperti itu menjadi apa yang mereka sebut sebagai Treant.

Sekalipun Treant disebut sebagai monster pohon, tapi ada beberapa klasifikasi dan kira-kira 2 divergensi.

Yang pertama adalah tipe Treant yang telah dikonfirmasi tersebar ke seluruh dunia, Lesser Treant.

Tipe itu adalah pohon muda yang mengalami perubahan, namun terus berpura-pura sebagai pohon biasa, dan mulai menyerang orang.

Mereka lemah dan lambat, bahkan orang biasa yang tidak menjalani latihan apapun mampu mengalahkan mereka hanya dengan bermodal kapak.

Kemudian ada Elder Treant, pohon yang menghisap Mana dan nutrisi dari mata air peri di Grand Forest, yang kemudian mengalami perubahan.

Berkat ketebalan Mana yang luar biasa di dalam mata air peri, Elder Treant mendapatkan kemampuan untuk menggunakan sihir air.

Pohon besar yang mengalami perubahan disebut dengan nama Older Treant.

Pohon mati yang mengalami perubahan disebut dengan nama Zombie Treant.

Dan seterusnya.

Ada banyak klasifikasi dari Treant, namun intinya, mereka memiliki bentuk seperti pohon dan menyerang apapun yang berada di dekat mereka.

Kalau kau mengalahkan tubuh mereka dan membiarkan benih yang mereka tinggalkan, mereka akan terus berkembang biak dengan sendirinya.

Pola tersebut tidak berubah.

Namun, Stone Treant ini memiliki klasifikasi yang sedikit unik.

Dari segala hal yang bisa ditiru, Treant yang satu ini memilih untuk meniru batu.

Aku yakin kalian akan penasaran tentang bagaimana caranya sebatang pohon bisa melakukan itu.

Tidak ada yang aneh sama sekali soal itu.

Stone Treant berubah menjadi monster semenjak mereka masih berbentuk benih.

Biasanya mereka tampak seperti benih berukuran besar, tapi saat ada orang yang berdekatan dengan mereka, mereka akan langsung berubah menjadi pohon dan menyerang korbannya.

Sekalipun mereka masih berbentuk benih, berbeda seperti biji bunga matahari, benih Stone Treant masih sulit untuk dibedakan dari sekelilingnya.

Mereka tampak seperti batu biasa yang tersebar disana sini, dan memiliki sisi-sisi yang kasar.

Benda yang paling mirip dengan mereka mungkin adalah kentang.

[Apa ada hal-hal yang harus kami perhatikan saat kami bertarung melawannya?]

[Rudeus, kamu adalah penyihir bukan?]

[Ya.]

[Kalau begitu, jangan gunakan api.]

[Api tidak berpengaruh?]

[Kalau kamu membakarnya, nanti kayunya tidak bisa dipakai untuk membuat api unggun.]

[Aku mengerti sekarang.]

[Jangan pakai air juga.]

[Kalau kayunya basah, nanti tidak bisa dibakar?]

[Benar.]

Jadi begitu.

Ruijerd hanya menganggap monster itu sebagai kayu untuk membuat api unggun.

[Kalau begitu kita akan mencoba untuk melawannya hanya dengan aku dan Eris. Kalau Eris berada dalam situasi yang berbahaya, tolong selamatkan dia.]

[Tujuan aku tidak boleh ikut bertarung itu apa?]

[Untuk sementara, karena kamu tidak tahu bagaimana caraku dan Eris bertarung. Setelah itu, Ruijerd-san akan bertarung sendirian dan kami bisa menggunakan itu sebagai referensi.]

[Dimengerti.]

Kalau begitu.

Eris akan bertugas untuk bertarung di garis depan, dan aku akan mendukungnya dari belakang.

Mulai dari sekarang, aku harus mencermati kemampuan Eris dalam menggunakan pedang.

Aku tidak benar-benar merasa nyaman soal mengirim Eris yang imut dan manis sebagai petarung di garis depan.

Tapi, dia tidak akan memiliki banyak manfaat bila dia bertarung di tengah-tengah formasi.

Lagipula, dia tidak bisa menyesuaikan gerakan tubuhnya dengan gerakan orang lain.

Dan juga, kami tidak terlalu membutuhkan bantuan Ruijerd.

Dengan begitu, Eris akan bertarung dengan bebas, sesuai dengan keinginannya sendiri, sembari didukung oleh aku dan Ruijerd.

Sepertinya itu adalah formasi yang paling cocok bagi kami.

[Kalau begitu Eris, aku akan menyerang sekali dari jarak jauh, kemudian selagi musuhnya masih merasa lemah, kamu hampiri dan hajar dia. Untuk kebanyakan waktu, aku akan meneriakkan nama sihir yang akan aku gunakan, dan saat kamu mendengarnya, coba kamu menghindar agar tidak menghalangi jalannya sihirku.]

[Aku mengerti.]

Eris menghunuskan pedang yang barusan ia dapat dan mengayunkannya dengan mantap untuk memeriksa kondisi pedang tersebut, kemudian ia mengangguk siap.

Semangat bertarungnya lumayan tinggi.

Baiklah, aku sudah siap dengan tongkatku.

Dilarang menggunakan api dan air.

Dilihat dari bentuknya, sihir angin sepertinya tidak akan begitu efektif, jadi aku akan menggunakan tanah.

Aku lumayan ahli dalam menggunakan sihir tanah.

Bagaimanapun juga, aku sudah membuat banyak figuran kecil dengan menggunakan sihir tanah.

Namun, ini akan menjadi pertama kalinya bagiku untuk menggunakan sihir tanah saat melawan monster.

Untuk percobaan pertama, aku akan habis-habisan menggunakan seluruh tenagaku.

[Fuuu.]

Tarik nafas dalam-dalam.

Kumpulkan Mana di tanganku.

Sebuah operasi yang sudah aku lakukan sebanyak puluhan ribu kali.

Di kondisiku yang sekarang, sekalipun kakiku ditebas oleh lawan, aku akan tetap bisa menggunakan sihir.

[Baiklah.]

Bentuk : Model peluru batu.

Tingkat Kekerasan : Sekeras mungkin.

Transformasi : Ujung peluru akan memiliki bentuk rata dengan lekukan kecil di tengahnya, dan sisi peluru juga akan memiliki beberapa lekukan.

Variasi : Putaran berkecepatan tinggi.

Ukuran : Sedikit lebih besar dari kepalan tangan.

Kecepatan : Secepat mungkin.


[Rock Bullet, Stone Cannon!]

Ada bunyi keras sekaligus sebuah peluru batu yang meluncur keluar dari ujung tongkatku.

Peluru batu itu melayang sambil nyaris menyentuh permukaan tanah dengan kecepatan yang luar biasa tingginya, dan menghantam Stone Treant yang masih menyamar menjadi batu.

Bang!

Terdengar bunyi keras yang mampu membuatmu menutup telingamu, dan Stone Treant itu meledak menjadi berkeping-keping.

Eris mulai berlari pada waktu yang sama saat peluru batuku meluncur, tapi dia langsung menghentikan langkahnya begitu peluruku menghantam si Treant.

Kemudian dia mulai melotot ke arahku.

[Dalam kondisi lemah apanya! Apa kamu mau aku menebas bangkai monster?!]

[Ma... maaf, karena ini adalah pertama kalinya buatku, jadi aku tidak bisa menahan diri.]

[Jeez!]

Setelah gagal dalam menjalankan pertempuran bersama kami yang pertama, Eris benar-benar marah.

Tapi, aku tidak bisa membayangkan kalau monster itu akan mati dalam sekali serang.

Biasanya, aku akan membuat peluru batu dengan sudut yang memiliki rongga.

Ide yang aku dapatkan dari contoh yang ada di duniaku yang dulu ini benar-benar hebat.

Kemudian aku merasakan kalau Ruijerd sedang menatap diriku.

[Apa tongkat itu Magic Item?]

Koreksi, dia menatap tongkatku.

[Bukan, ini cuma tongkat biasa. Tapi, sepertinya bahan yang digunakan untuk membuatnya memiliki harga yang lumayan mahal.]

[Sekalipun kamu tidak menggambar pola sihir atau merapal mantera?]

[Kalau aku tidak menggunakan mantera, aku bisa memberikan variasi pada bentuk peluruku.]

[Oh.]

Ruijerd terdiam.

Sekalipun dia sudah hidup selama lebih dari 500 tahun, sepertinya voiceless incantation juga tetap merupakan suatu hal yang langka baginya.

[Kalau begitu, apakah itu sihirmu yang paling kuat?]

[Tidak, aku bisa membuat peluruku meledak saat menghantam lawan.]

[Sepertinya akan lebih baik kalau kamu tidak menggunakan sihirmu saat masih ada rekan yang berada di dekat lawan.]

[Sepertinya begitu.]

Itu adalah pertama kalinya aku menggunakan sihirku untuk menyerang sesuatu, tapi kekuatan penghancurnya benar-benar melebihi ekspektasiku.

Sekalipun peluruku hanya menyerempet tubuh Treant, mungkin Treant itu tetap akan mati dalam sekejap.

Akan bagus jadinya kalau ada sejenis sihir yang bisa aku gunakan untuk memberikan dukungan dari belakang, tapi mungkin gara-gara aku hanya pernah bertarung sendirian, aku tidak bisa memikirkan ide apapun.

Aku penasaran, bagaimana cara bertarung para penyihir di dunia ini?

[Ruijerd-san, gerakan seperti apa yang paling baik untuk digunakan saat memberikan dukungan dalam pertarungan dengan menggunakan sihir?]

[Entahlah, aku tidak pernah bertarung bersama seorang penyihir.]

Yah, Ruijerd adalah seseorang yang berasal dari ras Supard yang memiliki sejarah panjang.

Dia mungkin tidak perlu meniru gaya bertarung kelompok lain.

Aku hanya tinggal memikirkan cara untuk mengkoordinasikan gerakan kami untuk kedepannya.

Untuk sekarang, cukup pikirkan soal mendapat beberapa pengalaman bertempur.

[Maaf merepotkan, tapi bisakah kamu sekali lagi mencari musuh untuk dilawan?]

[Ya, tapi sebelum itu, ada sesuatu yang harus kita lakukan terlebih dahulu.]

[Sesuatu yang harus dilakukan?]

Apa dia hendak mendoakan musuh yang dia bunuh?

[Mengumpulkan kayu bakar. Kayunya sedikit tercecer kemana-mana gara-gara pelurumu.]

Aku menggunakan sihir angin untuk mengumpulkan semua kayu bakar yang tercecer.

***

Setelah itu, sampai matahari terbenam, kami terlibat dalam 4 pertempuran sambil melanjutkan perjalanan.

Stone Treant, Grand Tortoise, Acid Wolf, Pack Coyote.

Ruijerd menghabisi Grand Tortoise dengan hanya satu serangan.

Satu serangan yang ditujukan kepada mahkota yang ada di kepalanya.

Cara bertarung yang sederhana dan sangat pintar.

Inilah kemampuan dari seseorang yang telah bertarung sendirian melawan berbagai monster selama 500 tahun.

Aku mulai sedikit merasa malu karena tadinya aku merasa bangga hanya karena berhasil menghancurkan Stone Treant dalam sekali serang.

Acid Wolf adalah serigala yang mampu mengeluarkan zat asam dari mulutnya.

Hanya ada satu yang muncul, jadi Eris mengalahkannya dengan sendirian.

Dengan satu tebasan berkecepatan tinggi, dia berhasil membuat kepala serigala itu melayang ke udara.

Kalau dibandingkan dengan Ruijerd, tentu serangannya terlihat kasar, tapi tetap saja, dia berhasil mengalahkan musuh dalam sekali serang.

Kemudian seluruh tubuh Eris dibanjiri oleh darah yang mengalir dari tubuh serigala yang ia habisi.

Tadinya aku mengira, karena monster itu bisa mengeluarkan zat asam, mungkin darahnya juga akan berbahaya, tapi sepertinya tidak ada masalah.

Kalau pengalaman bertempur kami yang pertama berakhir seperti ini, aku rasa itu sudah cukup.

Kebetulan, Stone Treant kedua yang kami temui juga tewas seketika ditanganku.

Aku berniat untuk cukup banyak melemahkan sihir yang aku gunakan, tapi kontrolnya itu sulit.

Cukup banyak kekuatan untuk memberikan kerusakan, tapi tidak cukup kekuatan untuk langsung membunuhnya.

Aku ingin agar Eris mendapat beberapa pengalaman bertarung, tapi semua sihir yang aku gunakan memiliki kekuatan yang terlalu besar, jadi pertarungan kami berakhir dengan terlalu cepat.

Sampai aku bisa mengatur kekuatan sihirku dengan benar, sepertinya akan lebih baik bagiku untuk tidak menggunakan sihirku untuk menyerang orang lain.

Kecuali saat kami berada dalam situasi dimana aku tidak punya pilihan lain selain untuk membunuh lawanku, aku tidak mau melihat efek gore.

Saat ini.

Kami sedang bertarung melawan sekelompok Pack Coyote. (coyote=anjing hutan)

Mereka kerap membentuk sebuah kelompok yang terdiri dari belasan ekor Pack Coyote.

Memang, mereka tidak selalu tergabung dalam sebuah kelompok.

Kadang-kadang ada yang terpisah dan berkeliaran sendirian.

Tapi bukan berarti jumlah mereka akan terus bertambah saat bertarung.

Mereka akan berpisah sebanyak satu kali untuk setiap bulannya, berkembang biak sendiri-sendiri, kemudian salah satu diantara mereka akan membuat kelompok sekaligus menjadi pemimpinnya.

Dengan cara seperti itu, mereka akan terus meningkatkan populasi mereka.

Sekalipun kau mengalahkan mereka satu demi satu, pemimpin yang baru akan menggantikan pemimpin yang tewas, dan pertempuran akan terus berlanjut.

Jumlah yang banyak adalah kekuatan.

Fakta bahwa mereka bisa mengatur kelompok seperti itu dengan baik, membuktikan bahwa mereka adalah monster yang lumayan kuat.

20 Pack Coyote.

Adventurer biasa akan tewas bila berhadapan dengan jumlah lawan sebanyak itu.

Eris mengayunkan pedangnya sambil mempelajari berbagai hal dari Ruijerd.

Sepertinya dia lumayan merasa senang saat belajar dari Ruijerd.

Sekalipun hari ini adalah hari pertama Eris untuk mendapat pengalaman bertarung, sepertinya dia tidak merasa terganggu.

Dia terus menebas satu demi satu Pack Coyote dengan ekspresi penuh percaya diri, yang layaknya mengatakan “wajar kalau aku bisa melakukan ini, setelah banyaknya latihan yang sudah aku jalani.”

Sepertinya dia sama sekali tidak merasa ragu saat dia menebas makhluk hidup.

Yah, sudah lama aku tahu kalau dia itu bukanlah gadis manis yang suka berdiam diri.

Aku hanya melihat pertempuran itu.

Beberapa kali muncul situasi yang membuatku berpikir untuk ikut bertarung dan memberikan bantuan, namun dengan kehadiran Ruijerd, tidak ada tempat bagiku untuk membantu Eris.

Kalau aku melakukan sesuatu, kebanyakan besar tindakanku hanya akan menimbulkan masalah baru.

Meski begitu, aku merasa bosan.

Aku serasa diabaikan.

Aku harus memikirkan formasi yang bagus dengan cepat.

Tapi, kalau aku lihat-lihat, Eris memang lumayan kuat.

Pada akhirnya, dia berhasil mencapai tingkat advanced dalam teknik Sword-God tepat sebelum hari ulang tahunku tiba.

Belakangan ini aku merasa kalau aku sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk menang melawannya kalau aku tidak menggunakan sihir.

Sekalipun Ghyslaine pernah bilang kalau Eris memiliki lebih banyak bakat daripada Paul.

Aku yakin suatu saat nanti Eris akan melampaui Paul.

Rasakan itu, Paul.

[Rudeus! Kemari!]

Ruijerd memanggilku.

Tanpa aku sadari, semua Pack Coyote sudah tewas.

[Kita bisa menjual bulu dari Pack Coyote ini. Kita akan menguliti mereka. Kita beruntung untuk bisa bertemu dengan Pack Coyote sebanyak ini.]

Ucap Ruijerd sambil mengeluarkan sebilah pisau.

Mungkin di dalam pikirannya, makin banyak musuh = makin banyak barang yang bisa dijual.

[Tolong tunggu sebentar.]

Setelah mengucapkan itu kepada Ruijerd, aku menghampiri Eris.

[Hah..... Hah.....]

Setelah menguliti Pack Coyote yang ketiga, nafas Eris mulai menjadi kacau.

Memang pertarungan barusan hanya berlangsung selama 5 menit, tapi Ruijerd hanya bertindak sebagai pendukung, dan hampir semua Pack Coyote dikalahkan oleh Eris.

Tentu saja itu akan menghabiskan tenaganya.

[Oh dewi yang maha pengampun, tolong sembuhkanlah luka yang ada pada dirinya, dan biarkan dia pulih dengan raga yang sehat, Healing.]

Untuk saat ini aku akan menyembuhkan lukanya terlebih dahulu.

[Terima kasih.]

[Apa kamu baik-baik saja?]

[Hnnhn, terlalu gampang!]

Sambil tertawa dengan bangga, Eris mengusap wajahnya yang penuh dengan darah lawan dengan menggunakan lengan bajunya.

Tapi, sekalipun ini adalah pertarungannya yang pertama, Eris benar-benar tampak tenang.

Apa itu sifat bawaan yang dia miliki ya?

Hanya dengan mencium bau darah saja sudah mampu membuatku ingin muntah.

[Terlalu gampang, eh. Ini adalah pengalaman bertarungmu yang pertama kan?]

[Tidak ada bedanya. Sama saja dengan apa yang diajarkan Ghyslaine.]

Anggap latihan sebagai hal yang sebenarnya.

Dan anggap hal yang sebenarnya sebagai latihan. Kira-kira seperti itu.

Dengan sikap yang dia miliki, sepertinya Eris bisa mengerahkan 100% tenaganya dalam situasi apapun.

Entah saat kau sedang berlatih bersama rekan, atau saat musuhmu mengucurkan darah, keduanya tidak begitu berbeda.

[Serius deh.]

Aku kembali menghampiri Ruijerd sambil tersenyum pahit.

Barusan dia juga melihat percakapan kami.

[Apa sebenarnya tujuanmu, untuk menyuruh Eris bertarung?]

[Aku tidak akan selalu ada untuk melindunginya. Saat waktunya tiba, dia harus bisa melindungi dirinya sendiri.]

[Oh.]

[Omong-omong, Ruijerd-san, bagaimana menurutmu kemampuan Eris?]

Aku bertanya sambil menguliti Pack Coyote dengan cara seperti yang diajarkan oleh Ruijerd.

Ruijerd mengangguk.

[Kalau dia rajin berlatih, dia akan menjadi prajurit kelas atas.]

[Benarkah?! Yay!]

Mendengar itu, Eris langsung melompat-lompat kegirangan.

Kalau kau dipuji oleh seorang pahlawan bersejarah, tentu kau akan merasa senang.

Tapi hal itu juga lumayan bagus bagiku.

Kalau Ruijerd mengakui bakat yang dimiliki Eris.

Mulai dari sekarang, akan lebih mudah bagiku untuk memikirkan formasi yang bisa kami gunakan.

[Ruijerd-san, mulai dari sini, bagaimana kalau kita memakai formasi dimana Eris bertugas di garis depan, dan aku akan memberi dukungan dari belakang?]

[Lalu tugasku apa dalam formasi itu?]

[Berjagalah di tengah-tengah formasi. Kalau bisa, tolong ambil tindakan yang sesuai dengan situasi yang kita hadapi, dan lindungi kami dari titik-titik yang tidak terlihat. Dan semisal ada bahaya yang datang menghampiri kami, tolong beri kami perintah.]

[Aku mengerti.]

Seperti itulah, formasi kami telah diputuskan.

Dalam beberapa hari, Eris dan aku perlahan mulai mengumpulkan pengalaman bertarung.

***

Saat berkemah.

Menu makan malam adalah daging dari Grand Tortoise.

Ada terlalu banyak daging yang kami dapatkan, jadi dibawah instruksi Ruijerd, kami mengubah setengahnya menjadi daging kering.

Daging Grand Tortoise.

Terus terang, rasanya sama sekali tidak enak.

Di lidah terasa mentah dan kalau dikunyah terasa alot.

Seharusnya, daging itu dimasak dalam waktu yang cukup lama.

Tapi Ruijerd memanggangnya dengan cara tercepat.

Yaitu dengan menggunakan api unggun.

Omong-omong soal api unggun, saat Stone Treant mati, tubuh mereka perlahan akan mengering.

Karena itulah, bangkai mereka bisa digunakan untuk mengeringkan pakaian, dan juga untuk membuat api unggun.

Aku rasa aku mengerti sekarang, kenapa Ruijerd hanya menganggap monster itu sebagai kayu bakar.

[??]

Pokoknya, daging ini rasanya mengerikan.

Siapa yang bilang kalau daging dari kura-kura ini rasanya enak?

Itu kau, Ruijerd.

Daging seperti ini sulit untuk dimakan kecuali kau menambahkan bumbu-bumbuan atau sesuatu untuk menghilangkan baunya.

Ah, aku ingin makan daging sapi.

Aku ingin makan nasi dan daging sapi.

Dibawah ini adalah kalimat dalam sebuah manga yang pernah aku baca di kehidupanku yang dulu.

Daging goreng itu mantap. Mantap, soalnya lezat.

Makna sesungguhnya dari kalimat diatas adalah, daging goreng yang rasanya tidak lezat sama sekali tidak ada mantapnya.

Kalau aku ingat-ingat, masakan yang disajikan di Kerajaan Asura terasa lezat.

Masakan yang sering disajikan disana adalah roti, daging, ikan, sayur-sayuran, dan makanan penutup yang setara dengan masakan yang disajikan di restoran bintang 3.

Kalau orang sepertiku yang lahir di daerah pinggiran saja merasa seperti ini, Eris pasti lebih merasa kesulitan.

Saat aku memikirkan itu, ternyata Eris sedang melahap daging kura-kura itu tanpa merasa terganggu.

[Rasanya lumayan enak.]

Bohong...

Ah, bukan, ini situasi seperti itu, iya kan?

Anak kecil yang hanya pernah makan makanan lezat, pada suatu hari anak itu akhirnya mendapat kesempatan untuk bisa makan makanan cepat saji, dan merasa kalau makanan itu terasa lezat.

[Kenapa?]

[Um, bukan apa-apa, apa rasa dagingnya enak?]

[Ya! Aku selalu ingin untuk mencoba makanan seperti ini.]

Sepertinya setelah dia mendengar suatu cerita dari Ghyslaine, dia selalu berharap untuk bisa makan daging panggang yang dimasak menggunakan api unggun.

Terkadang dia merasa kagum dengan sesuatu yang benar-benar aneh.

[Dagingnya masih bisa dimakan sekalipun masih mentah.]

Setelah mendengar ucapan Ruijerd, kedua mata Eris tampak bersinar.

[Tolong, hentikan itu.]

Aku berusaha mati-matian untuk menghentikan Eris yang sudah mulai memasukkan daging mentah ke dalam mulutnya.

Serius deh, bagaimana kalau di dalam daging itu ada parasitnya?

***

Sesaat sebelum kami tidur, Ruijerd mengajari Eris cara untuk memperbaiki pedang.

Untuk kebanyakan waktu, aku juga ikut mendengarkan.

Sekalipun tombak yang digunakan Ruijerd tidak terbuat dari logam, dan pedang yang digunakan Eris terbuat dari logam berjenis khusus yang tidak bisa berkarat.

Tapi sepertinya perbaikan tetap menjadi hal yang perlu untuk dilakukan.

Kalau darah yang menempel di pedang tidak dibersihkan, tidak hanya bau darahnya mampu menarik perhatian para monster, namun ketajaman pedang pun juga akan berkurang.

Ditambah lagi, kalau kau adalah seorang prajurit, maka kau juga harus bisa untuk merawat senjatamu sendiri.

Seperti itulah yang diceritakan Ruijerd kepada kami.

[Oh iya, tombak itu terbuat dari apa?]

Selagi aku ingat, aku menanyakan itu.

Trisula milik ras Supard.

Tombak itu berwarna putih bersih.

Tidak ada hiasan, bagian yang tajam dan pegangannya tampak menyatu, dan terbuat dari bahan yang sama.

[Diriku sendiri.]

[Ha?]

[Tombak seorang Supard terbuat dari jiwa mereka sendiri.]

Sebuah jawaban yang filosofis.

Ah, ya, aku mengerti sekarang.

Mungkin seperti ini. Hidupmu, dengan kata lain adalah jiwamu.

Tombak itu adalah jiwamu, hidupmu.

Hidupmu, dengan kata lain adalah hatimu.

Hatimu, dengan kata lain adalah kasih sayangmu.

Mungkin artinya tombak itu terbuat dan dipenuhi oleh kasih sayang Ruijerd.

[Sejak lahir, ras Supard sudah memiliki tombak sendiri-sendiri.]

Saat aku kebingungan, Ruijerd mulai menjelaskan masalah itu kepadaku.

Sepertinya, ras Supard yang baru lahir akan memiliki ekor dengan tiga cabang.

Saat mereka tumbuh besar, ekor itu juga ikut tumbuh bersama mereka, dan saat mereka mencapai usia dimana mereka mulai bisa berjalan, ekor itu menjadi keras dan terpisah dari tubuh mereka.

Bahkan sekalipun ekor itu sudah terpisah dari tubuh mereka, mereka masih bisa menggunakan ekor itu sebagai bagian dari tubuh mereka sendiri, dan makin sering mereka menggunakannya, makin tajam pula ekor itu.

Tidak akan bisa dihancurkan, mampu menghancurkan apapun, memiliki kemampuan untuk menembus apapun, tombak yang paling kuat.

Atau begitulah seharusnya, tergantung kepada individu yang menggunakannya.

[Karenanya, sebelum kami mati, kami tidak akan pernah melepaskan tombak kami.]

Itu adalah wajah seorang pria yang mengingat kesalahannya dari 400 tahun yang lalu.

Kemungkinan besar, tombak yang ia miliki adalah tombak yang jauh lebih keras dan lebih tajam daripada tombak milik ras Supard yang lain.

Sungguh bisa diandalkan.

Tapi, cara berpikir seperti itu tidak bagus, kau tau?

Bersikap keras kepala, dan tidak mau menerima orang lain.

Kalau kau tidak mampu menerima orang lain, maka itu artinya orang lain juga tidak akan mampu menerimamu.

Cara berpikir seperti itu adalah sesuatu yang berbahaya.


Tidak terasa 3 hari telah berlalu, dan kami telah sampai di kota terdekat.

3 komentar: