Rabu, 21 Januari 2015

Mushoku Tensei 28

[Web Novel 28] Pekerjaan Pertama & Kesucian Hidup

Kota Rikarisu, rumah nomor 2 di baris Kiribu.
Arsitektur dari lantai pertama dibangun sebagai bangunan panjang yang memiliki 4 pintu masuk.
Orang-orang yang tinggal disana tidak bisa dianggap sebagai orang kaya, namun mereka juga tidak terlalu miskin sampai-sampai mereka harus berjuang untuk bisa hidup di daerah kumuh. Intinya, mereka memiliki kekayaan yang biasa-biasa saja untuk ukuran Demon Continent.
Di tempat itu, ada 3 bayangan yang sedang bergerak; 2 bayangan kecil dan 1 bayangan besar. Mereka melenggang dengan arogan, layaknya tidak ada orang di sekitar mereka.
Dan mereka berhenti di depan salah satu pintu tanpa mengalami insiden.

[Halo. Kami dari Organisasi Adventurer telah datang--]

Suara anak laki-laki terdengar dengan keras sembari anak tersebut mengetuk pintu.
Itu aneh.
Tidak ada seorang pun adventurer di area ini yang biasa menggunakan nada bicara sesopan itu. Pada dasarnya, adventurer adalah orang-orang yang kasar.
Tapi penghuni rumah itu tertipu oleh suara yang terdengar halus tersebut, dan membuka pintu rumahnya. Apa yang muncul dari balik pintu tersebut adalah seorang gadis muda berusia sekitar 7-8 tahun, dengan ekor panjang dibelakang tubuhnya yang mirip seperti kadal, dan gadis itu juga memiliki lidah bercabang, yang merupakan ciri-ciri dari ras Houga.
Anak laki-laki yang mengetuk pintu tersenyum kepada gadis muda tersebut dan berkata.

[Selamat pagi nona, apa benar ini rumahnya Meisel-san?]
[Ya, a, ada apa ya?]
[Ah, mohon maafkan saya karena saya lupa memperkenalkan diri. Nama saya Rudeus, dari “Dead End”]
[D, Dead End?]

Gadis itu juga mengenal nama “Dead End”, iblis jahat dari ras Supard yang membunuh siapapun tanpa pandang buluh, dan melakukan banyak eksploitasi militer dalam peperangan Laplace.
Dia adalah individu yang paling brutal.
Kalau ada orang yang bertemu dengannya, hidup mereka akan menemui jalan buntu. Siapapun yang bertemu dengannya pasti akan berkata [Kalau aku tidak berlari dengan sekuat tenaga, aku pasti sudah lama mati].
Nama tersebut adalah definisi dari rasa takut, dan bahkan diantara para adventurer yang mengaku bahwa mereka mampu mengalahkan Magical Creature dalam bentuk apapun, tubuh mereka tetap akan gemetar ketakutan saat mereka mendengar nama “Dead End”.
Meisel juga mengetahui ciri-ciri khusus yang dimiliki “Dead End”, dan sudah pasti anak laki-laki yang berada di hadapannya saat ini bukanlah makhluk tersebut.

[Kami telah menerima permohonan anda untuk membantu mencari hewan peliharaan. Saya ingin mendengar lebih banyak detilnya, apakah anda memiliki waktu untuk menjelaskan permohonan anda kepada kami?]

Dead End.
Itu adalah nama yang mengerikan, dan dua orang yang berada di belakang anak laki-laki itu juga kelihatan aneh, tapi setelah mengamati anak laki-laki yang menggunakan kalimat yang kelewat sopan tersebut, rasa takut gadis itu menghilang.
Ditambah lagi, sepertinya mereka adalah adventurer yang menerima permohonan dirinya.

[Tolong bantu aku mencari Mii ku.]
[Ya, namanya adalah Mii-chan benar? Itu benar-benar nama yang manis sekali.]
[Itu adalah nama yang aku pilih.]
[Ah, selera anda benar-benar mengagumkan.]

Meisel merasa sangat senang setelah mendengar pujian tersebut.

[Baik kalau begitu, seperti apa penampilan Mii-chan?]

Meisel perlahan mendeskripsikan penampilan dari hewan peliharaannya, dan bagaimana hewan tersebut tiba-tiba menghilang tiga hari yang lalu tanpa pulang ke rumah. Biasanya saat Meisel memanggilnya, hewan tersebut akan berlari menghampirinya, dan bagaimana kalau sekarang hewan tersebut merasa lapar, dan seterusnya.
Cara bicaranya sesuai dengan usia yang dia miliki, karena penjelasannya selalu berputar-putar.
Rata-rata orang dewasa akan menganggap cara bicara seperti itu sebagai hal yang menyebalkan, dan kemungkinan besar akan kembali tanpa mendengarkan apa yang ingin dikatakan oleh Meisel. Namun anak laki-laki tersebut mendengarkan semua hal yang diucapkan oleh Meisel dengan tersenyum, dan mengangguk sungguh-sungguh sebagai respons untuk setiap kalimat.

[Saya mengerti. Kalau begitu, kami akan mulai mencarinya sekarang. Mohon serahkan tugas ini kepada “Dead End”!]

Anak laki-laki tersebut tiba-tiba mengangkat jempolnya, dan anehnya, dua orang yang berada di belakangnya juga ikut mengangkat jempol. Meisel juga ikut mengangkat jempolnya untuk meniru mereka, sekalipun dia sendiri tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Setelah usai mengkonfirmasi semuanya, anak laki-laki tersebut berbalik dan mulai pergi. Gadis berkerudung disampingnya juga ikut menemaninya. Pria yang paling besar berjongkok dan meletakkan satu tangannya ke atas kepala Meisel dan berkata.

[Kami pasti akan membantumu untuk mencari Mii, kamu tidak usah merasa khawatir, dan tunggulah kami disini.]

Wajah pria tersebut memiliki luka yang sangat panjang, dan ada sebuah batu permata di dahinya. Rambutnya berwarna biru kotor, dan wajahnya juga sangat mengerikan. Tapi tangan yang ada di kepala Meisel terasa begitu hangat, dan Meisel pun mengangguk ringan.

[A, aku serahkan itu kepada kalian.]
[Aah, serahkan saja pada kami.]

Kepada 3 orang yang tengah beranjak pergi, Meisel menatap punggung mereka dan bertanya kepada pria yang paling besar.

[Permisi, siapa namamu?]
[Ruijerd.]

Setelah memberikan jawaban singkat, pria tersebut kembali berjalan sambil membelakangi Meisel. Wajah Meisel tampak begitu merah merona, dan dia menggumamkan nama Ruijerd.

**

-= Sudut Pandang Rudeus =-

Setelah bertemu dengan klien, aku sudah memahami inti masalah dari permohonan tersebut.
Sepertinya aku berhasil meniru sales door-to-door di kehidupanku yang dulu dengan sangat baik.
Biar saja kalau aku ditertawakan oleh adventurer yang lain, tapi kami harus memberikan kesan pertama yang bagus kepada klien kami.
Kami harus menunjukkan sikap hormat saat sedang berbicara dengan mereka.

[Kemampuan beraktingmu benar-benar hebat, Rudeus.]

Saat aku merasa lega atas lancarnya pertemuan barusan, Ruijerd bicara kepadaku.

[Tidak, tidak, Ruijerd-san, hal terakhir yang kamu lakukan itu benar-benar terlalu luar biasa.]
[Hal terakhir? Apa yang kamu bicarakan?]
[Bukannya kamu mengucapkan sesuatu setelah kamu meletakkan tanganmu di atas kepala anak itu?]

Itu tadi benar-benar tindakan yang spontan ia lakukan.
Itu membuatku merasa takut untuk sesaat, namun sepertinya kami mendapatkan hasil yang tidak terduga dari tindakan spontan tersebut.

[Ahh, jadi itu maksudmu, memang apa bagusnya itu?]

Apa maksudmu dengan “apa bagusnya itu”?
Gadis itu menatap Ruijerd dengan wajah merah merona. Kalau gadis itu menatapku dengan menunjukkan ekspresi seperti itu, pikiranku bakal melayang sampai ke langit sana.
Tapi kalau aku mengucapkan kalimat berikut dengan wajah serius, Ruijerd yang menyukai anak-anak pasti akan memberiku peringatan dengan wajah cemberut.

[Haha, gadis itu benar-benar tergila-gila dengan Aniki, gwehehehe.]

Jadi aku berpura-pura menggunakan nada bergurau dan menggunakan sikutku untuk menyenggol kaki Ruijerd, dan dia pun tersenyum kecut sambil berkata tanpa keyakinan.

[Itu tidak benar.]
[Ohohoho, kalau Aniki serius, bocah itu....... Ouch!]

Kepalaku menerima pukulan sampai mengeluarkan bunyi yang cukup keras, dan saat aku berbalik, aku mendapati Eris yang sedang cemberut.

[Hentikan tawa anehmu itu! Bukannya itu cuma kemampuan berakting?]

Sepertinya dia tidak terbiasa dengan sikap jorokku. Semenjak insiden penculikan, dia mulai membenci rakyat kecil. Setiap saat dia melihat orang-orang yang mirip seperti bandit di kota Roa, dia bakal mengerutkan dahinya.
Sekalipun itu cuma gurauan, sepertinya dia tidak bisa menerima itu.

[Maafkan aku.]
[Sheesh! Anggota keluarga Greyrat tidak seharusnya menunjukkan senyum jorok seperti itu!]

Aku nyaris ketawa saat mendengar itu.
Aku dengan itu, Nona.
Eris bicara soal keanggunan.
Eris yang tidak akan menyerah sampai dia berhasil mendobrak pintu yang ada di hadapannya, sudah menjadi begitu anggun.
Tapi sekalipun kamu mengatakan itu, kamu tidak seharusnya melakukan sesuatu seperti menyerang orang lain dengan tiba-tiba seperti kemarin.
Eh bukan, coba lihat Sauros dan kamu akan mengerti. Apa mungkin bahwa menghajar orang lain dengan tiba-tiba bisa dianggap sebagai sesuatu yang anggun?
Tidak, itu tidak mungkin kan?
…......... Aku tidak begitu yakin soal bagaimana para bangsawan di Asura menilai keanggunan seseorang.

[Omong-omong, apa kita bisa menemukan hewan peliharaan itu?]

Karena aku tidak terlalu memahami itu, aku akan mengubah topik pembicaraan kami. Dari apa yang aku kumpulkan, hewan tersebut sepertinya adalah seekor kucing. Warnanya hitam, dan kucing itu sudah tinggal bersama Meisel sejak dia masih kecil. Ukuran kucing itu sepertinya lumayan besar, mengingat gadis itu merentangkan tangannya dengan lebar saat mendeskripsikan kucing tersebut. Dilihat dari itu, kira-kira kucing itu memiliki ukuran sebesar anjing Shiba, yang mana cukup besar untuk ukuran seekor kucing.

[Tentu saja. Kita sudah berjanji untuk menemukan kucing itu.]

Ruijerd menegaskan itu. Sungguh bisa diandalkan.
Dan begitulah, Ruijerd berjalan di depan kami tanpa menunjukkan sedikitpun keraguan dalam setiap langkah kakinya.
Tapi, aku merasa sedikit gelisah. Sekalipun Ruijerd memiliki radar, mencari hewan kecil di kota yang besar seperti ini tidak akan menjadi hal yang gampang.

[Apa kamu punya rencana?]
[Pergerakan hewan itu sederhana, coba lihat itu.]

Ruijerd menunjuk ke arah suatu area, dan sekalipun tidak tampak jelas disana, tapi sudah pasti ada jejak kaki hewan disana. Itu terlalu mengagumkan, bahkan aku pun sama sekali tidak menyadari itu.

[Kita bisa menemukannya dengan menggunakan jejak kaki?]
[Tidak, ini jejak kucing lain, karena jejaknya lebih kecil dari apa yang dideskripsikan oleh gadis itu.]

Hmm, memang jejak kaki dengan ukuran seperti ini dimiliki oleh kucing biasa, yah, sekalipun aku berpikir kalau gadis itu terlalu melebih-lebihkan gestur tubuhnya saat menjelaskan itu.

[Hm--]
[Ada sesuatu yang memasuki wilayah kucing itu.]
[Benarkah?]
[Aku yakin. Bau itu semakin menipis.]

Bau? Orang ini mampu membeda-bedakan wilayah hewan dengan menggunakan indera penciuman?

[Disini.]

Ruijerd berjalan memasuki salah satu lorong layaknya dia telah memahami sesuatu. Aku mengikutinya dengan diam, sekalipun aku tidak benar-benar mengerti, tapi aku merasa kami telah menemukan sebuah petunjuk. Mungkin perasaan seperti inilah yang biasa dirasakan oleh asisten dari detektif terkenal.
Mengejar dan memojokkan kriminal, melakukan interogasi yang mengerikan dan menggunakan sihir untuk menyiksa mereka agar mereka mau mengaku. Semua kasus akan diselesaikan dengan cepat, oleh detektif Ruijerd yang terkenal!
Bercanda.

[Ketemu, aku khawatir itu adalah orang ini.]

Ruijerd menunjuk ke arah salah satu pojok lorong. Kamu menemukan apa? Apa yang kamu maksud dengan “aku khawatir”?
Aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Setidak-tidaknya, aku tidak bisa melihat adanya jejak kaki hewan disini.

[Disini.]

Ruijerd melangkah dengan mulus di dalam lorong tanpa merasa ragu. Ia terus berjalan memasuki bagian lorong yang lebih dalam, yang terus menjadi semakin sempit, sampai ke dalam area yang hanya bisa dilewati oleh kucing.
Sekalipun aku tidak tahu soal bagaimana dia bisa melakukan apa yang sedang ia lakukan sekarang, mungkin dia berhasil melacak jejak kaki si kucing dengan sempurna.

[Lihat disini,  ada tanda-tanda pertarungan.]

Ruijerd berhenti di ujung dari sebuah lorong dan memanggilku untuk melihatnya. Aku tidak bisa melihat tanda-tanda apapun, tidak ada darah disana, dan tanahnya tidak tampak seperti terpengaruhi oleh apapun.

[Kemari.]

Ruijerd terus berjalan di depan kami. Sungguh ini merupakan pekerjaan yang mantap, karena yang hanya aku dan Eris perlu lakukan hanyalah mengikuti Ruijerd.
Keluar dari lorong, menyeberangi jalan, masuk dan keluar lorong berulang-ulang, dan akhirnya kembali masuk ke dalam lorong lagi.
Kami buru-buru pergi menuju area yang membuat kami merasa kalau kami akan tersesat bila tidak ada penuntun jalan bersama kami.
Setelah keluar dari suatu lorong, pemandangan di sekitar kami mulai berubah. Ada lebih banyak tanda-tanda kerusakan dimana-mana, rumah-rumahnya tampak lebih bobrok, tembok-temboknya banyak yang berlubang, dan materi yang digunakan untuk membangun rumah juga tampak lebih kasar.
Ada orang-orang yang menatap kami dengan ekspresi ketakutan dan banyak anak-anak berpenampilan kotor di sekitar kami.
Ini adalah area perkumuhan, tapi perlahan aku mulai berpikir kalau mungkin ini bukanlah tempat seperti itu.
Aku lebih merasa kalau kami telah memasuki jalan rahasia dan tersesat di suatu tempat. Dalam sekejap, tingkat kewaspadaanku meningkat.

[Eris, bersiaplah untuk menggunakan pedangmu.]
[…...Kenapa?]
[Cuma untuk jaga-jaga. Dan juga, kalau ada orang yang lewat di sampingmu, berhati-hatilah.]
[B, baik, aku mengerti......!]

Aku memperingatkan Eris terlebih dahulu.
Karena ada Ruijerd disini, aku pikir kami tidak akan menemui masalah yang berarti. Tapi hasilnya bakal mengerikan kalau muncul suatu kesalahan yang disebabkan oleh terlalu bergantungnya kami pada orang lain.
Seseorang harus menjaga keselamatan mereka sendiri-sendiri.
Saat aku memikirkan itu, aku menggenggam erat-erat tas yang berisi uang kami. Sekalipun isinya tidak banyak, aku tidak boleh membiarkan tas itu dicuri oleh orang lain.
Dari waktu ke waktu, beberapa preman bakal melotot ke arah Ruijerd, tapi mereka akan segera memalingkan pandangan mereka saat Ruijerd balik membalas tatapan mereka.
Kekuatan yang dimiliki tatapan itu memang bukan main-main.
Lupakan soal adventurer yang ada di kota ini, tatapan itu mungkin bakal membuat orang yang lebih kuat bersikap lebih berhati-hati.

[Apa benar ini tempatnya?]
[Aku tidak bisa memastikan itu.]

Jawaban Ruijerd benar-benar tidak bisa diandalkan. Bukannya tadi kamu bergerak kemana-mana tanpa merasa ragu?
Tidak..... Sekalipun dia adalah orang yang jarang bicara, Ruijerd pasti telah menemukan sesuatu, jadi aku akan percaya kepadanya. Setelah berjalan selama beberapa saat, Ruijerd berhenti di depan sebuah rumah.

[Inilah tempatnya.]

Di hadapan kami ada tangga untuk turun, dan di ujung tangga tersebut ada sebuah pintu. Rasanya tempat itu seperti bar tempat berkumpulnya para musisi Visual-kei. Tentu saja, tidak ada lagu rock n roll populer yang terdengar dari pintu itu, dan tidak ada satpam gundul berkacamata hitam yang bertugas untuk menyambut orang-orang yang datang.
Sebaliknya, yang keluar dari tempat itu adalah bau hewan.
Rasanya seperti kami berjalan melewati toko hewan, dan ada bau hewan tertentu yang tersebar di udara.
Dan kemudian, ada bau kriminal disana.

[Ada berapa orang di dalam sana?]
[Tidak ada orang di dalam, tapi ada banyak hewan.]
[Kalau begitu, ayo kita masuk.]

Karena tidak ada orang di sekitar kami, maka kami tidak perlu merasa ragu.
Aku berjalan menuruni tangga dan berniat untuk membuka pintu tersebut. Tapi ternyata pintu itu terkunci, jadi aku menggunakan sihir tanah untuk membukanya.
Pertama-tama, aku memeriksa daerah yang ada di sekelilingku untuk memastikan bahwa tidak ada orang di dalam, dan kemudian masuk ke dalam ruangan tersebut.
Untuk jaga-jaga, aku mengunci pintu tersebut dari dalam. Rasanya seperti kami bertiga adalah maling.
Kami terus berjalan melewati lorong yang gelap.

[Eris, awasi bagian belakang.]
[Aku mengerti.]

Kalau ada orang yang masuk, Ruijerd pasti akan segera menyadarinya.
Dibawah pimpinan Ruijerd, kami memasuki bagian dalam rumah.
Jauh di dalam lorong tersebut, ada sebuah pintu yang mengarah menuju sebuah ruangan kecil, dan ada pintu lain disana. Setelah melewati dua pintu tersebut, teriakan hewan-hewan yang kacau terdengar di telingaku. Di ruangan yang paling dalam, ada berbagai kandang yang berdampingan dengan satu sama lain. Ada hewan dalam jumlah banyak yang terkurung di dalam kandang-kandang tersebut.
Anjing, kucing, dan hewan-hewan yang belum pernah aku lihat sebelumnya, dikemas dalam satu ruangan yang sama, yang ukurannya kira-kira sama dengan satu kelas di dalam sebuah sekolah.

[….....I, ini......]

Eris menggumam dengan suara yang terbata-bata.
Soal aku, pada waktu yang sama saat aku berpikir tentang apa yang sebenarnya terjadi di dalam ruangan ini, aku juga berpikir bahwa kami memiliki kemungkinan besar untuk menemukan hewan peliharaan Meisel di tempat ini, karena ada begitu banyaknya hewan disini.

[Ruijerd-san, apakah kucing yang kita cari ada disini?]
[Ya, yang satu itu.]

Dia segera memberikan jawaban dan aku mengikuti arah yang ia tunjuk.
…............... Disana ada kucing yang mirip seperti macan kumbang.
Besar, itu benar-benar besar, bahkan dua kali lebih besar dibandingkan gestur tubuh si gadis kecil saat dia mendeskripsikan hewan peliharaannya.

[A, apa benar yang itu?]
[Sudah pasti, coba lihat kalungnya.]

Kalung macan kumbang itu memang benar bertuliskan “Mii-chan”.

[Sepertinya itu memang benar Mii-chan.]

Baiklah, perkejaan kami sudah selesai, kami hanya perlu mengeluarkan macan kumbang itu dari kandang dan membawanya ke rumah si pemohon.
Eh, tunggu dulu, bagaimana dengan hewan yang lainnya?
Kalau aku lihat baik-baik, ada banyak hewan yang mengenakan kalung atau pita kaki, yang juga bertuliskan sesuatu yang mirip seperti “Mii-chan”. Bagaimanapun kamu melihatnya, mereka pasti adalah hewan peliharaan milik seseorang.
Di pojok ruangan ada sesuatu yang mirip seperti tali, dan kata yang memiliki hubungan dengan tali di dalam pikiranku adalah “tangkap”.
Menangkap hewan peliharaan berkelas tinggi milik orang lain, dan menjualnya dengan harga tinggi di suatu tempat, sepertinya ada bisnis dengan model seperti itu.
Sekalipun aku tidak membayangkan kalau ada hukum yang mengatur hal seperti itu di dunia ini, pastinya itu bukanlah hal yang bagus. Kalau aku harus mendefinisikan itu, maka ini adalah penculikan.

[Hmm----?]

Ruijerd memalingkan wajahnya ke arah pintu masuk, dan Eris juga menyadari itu.

[Ada orang yang masuk.]

Aku tidak menyadari itu karena aku sedang tenggelam dalam teriakan para hewan.
Terlepas dari Ruijerd-san, Eris juga mampu dengan jelas menyadari bahwa ada seseorang yang telah masuk ke dalam rumah ini.
Baiklah, apa yang harus kami lakukan, untuk datang ke ruangan ini dari pintu masuk tidak membutuhkan waktu yang lama. Haruskah kami melarikan diri? Tidak, tidak ada tempat untuk lari disini, dan hanya ada satu jalur yang tersedia.

[Untuk sekarang, mari kita tangkap mereka.]

Kami adalah penyusup ilegal, jadi negosiasi sudah pasti tidak bisa berjalan dengan mulus. Kemungkinan besar tempat ini adalah tempat kejadian perkara, tapi ada juga kemungkinan kalau tempat ini memiliki ijin dari pihak berwenang setempat.
Pokoknya, kami akan menangkap mereka terlebih dahulu, dan kalau mereka adalah orang baik-baik, kami akan mencoba untuk bernegosiasi agar mereka mau menutup mulut. Kalau mereka adalah orang jahat, kami akan menghajar mereka sampai mereka mau menutup mulut.

***

Setelah beberapa menit berlalu.
Aku melihat ke arah 3 orang yang sedang terbaring di pojok ruangan. Dua pria dan satu wanita. Ruijerd membuat mereka pingsan dalam sekejap, dan aku menggunakan sihir tanah untuk memborgol mereka, kemudian aku membangunkan mereka dengan menyiramkan air ke tubuh mereka.
Karena ada satu pria yang berteriak dengan lantang, aku menjejalkan kain yang tergeletak di dekat kami ke dalam mulutnya. Dua orang yang lainnya sebenarnya tidak membuat keributan, tapi biar adil, aku juga menyumpal mulut mereka.

[…..Hm.]

Batinku tiba-tiba menanyakan, mengapa situasinya menjadi seperti ini?
Pekerjaan yang kami ambil harusnya memiliki ranking E, yaitu mencari kucing yang tersesat. Kami mengikuti Ruijerd karena dia bilang bahwa dia bisa mengatasi ini, dan tidak lama setelahnya, sebelum kami sadari kami tiba di area perkumuhan. Kami memasuki sebuah rumah, menemukan banyak hewan yang dikerangkeng, dan setelah kami kembali sadar, karena suatu alasan tertentu, kami menangkap 3 orang.

Sudah jelas, pekerjaan kami bukanlah untuk menangkap orang.
Soal kenapa situasinya bisa berubah menjadi seperti ini, pasti adalah salahnya Hitogami, karena aku yakin dia sudah memprediksi bahwa situasinya akan berakhir seperti ini.
Situasinya menjadi sedikit merepotkan. Kalau saja kami tidak menerima permohonan untuk mencari hewan peliharaan yang hilang...

***

Aku mulai menginterogasi ketiga orang tersebut.

Pria A, ras demon.
Kedua matanya tidak memiliki warna putih, dan dia memiliki mata majemuk yang tampak sedikit menjijikkan. Dia adalah orang yang membuat keributan sebelumnya. Kesan yang dia berikan adalah, orang kasar yang sudah terbiasa bertarung. Rasanya aku pernah melihat nama dari ras tersebut dari ensiklopedi Roxy, tapi aku tidak bisa mengingatnya.
Aku cuma ingat bahwa ada racun di air liur mereka, dan pada saat itu aku penasaran, apa yang akan terjadi bila mereka mencium seseorang?

Pria B, ras demon.
Dia memiliki wajah yang mirip seperti kadal dan penampilannya sedikit berbeda dari penampilan si penjaga kota. Karena wajahnya berbentuk kadal, aku tidak bisa membaca ekspresinya. Tapi dilihat dari tatapannya, aku merasa kalau dia sedang berpikir dan menunjukkan sikap waspada terhadap kami.

Wanita A, ras demon.
Dia memiliki mata yang mirip seperti mata majemuk, dan ekspresi ketakutan yang dia tunjukkan benar-benar tampak menjijikkan. Tapi figur tubuhnya lumayan oke, jadi kira-kira setara lah antara sisi baik dan buruk yang dia miliki.

Oke, percuma saja kalau aku cuma menatap mereka. Kalau aku hendak menanyai mereka, yang mana yang harus aku pilih?
Siapa yang memiliki kemungkinan paling tinggi untuk membocorkan informasi yang kami butuhkan, pria atau wanita?
Wanita A tampak benar-benar ketakutan, mungkin kalau kami sedikit mengancamnya, dia mungkin akan mengakui semuanya.
Tidak, wanita itu sering berbohong. Untuk bisa bertahan hidup, ada kemungkinan bahwa dia bakal melontarkan berbagai kebohongan yang tidak memiliki hubungan dengan satu sama lain. Sekalipun aku tidak beranggapan bahwa semua wanita di dunia ini memiliki pemikiran seperti itu. Setidak-tidaknya, Ojou-sama adalah orang seperti itu.
Tapi kalau aku mendengarkan kebohongan-kebohongan tersebut dan merasa marah, aku tidak akan bisa membedakan mana yang benar dan mana yang bohong. Jadi Wanita A tidak termasuk dalam pilihanku.

Kalau begitu, pria yang mana yang harus aku pilih?
Bagaimana kalau Pria A? Sepertinya dia sangat gampang marah dan memiliki tubuh yang paling kuat di antara mereka bertiga, dan juga memiliki luka di wajahnya. Aku merasa kalau dia adalah yang paling ahli dalam bertarung dan memiliki pemikiran yang sederhana, dan bahkan berkata [Apa yang kalian lakukan], dan [Lepaskan borgol ini].
Bagaimana dengan Pria B? Aku tidak begitu memahami ekspresinya, dan dia mengamati kami dengan hati-hati. Dia tidak kelihatan seperti orang bodoh, dan kalau dia bukan orang bodoh, dia mungkin akan memikirkan suatu kebohongan dalam situasi ini.

Aku memilih Pria A.
Karena tadi dia dengan mudah kehilangan kesabarannya, dengan sedikit provokasi dan arahan terselubung, aku merasa kalau dia akan membocorkan informasi yang penting kepada kami.
Yah, kalau itu tidak berhasil, masih ada dua orang lain yang bisa kami interogasi.
Aku melepaskan kain yang menyumpal mulut Pria A, tapi dia hanya melotot ke arahku tanpa mengucapkan sepatah katapun.

[Aku punya beberapa pertanyaan yang ingin aku tanyakan, dan aku ingin kamu menjawab dengan jujur, dan aku tidak akan--- apa!?]

Mendadak dengan mudah tubuhku melayang setelah menerima sebuah tendangan, dan juga karena saat itu keseimbanganku sedang tidak rata karena aku sedang berlutut. Aku melayang ke belakang dan berguling di lantai, kepalaku membentur tembok, dan rasanya seperti ada bintang-bintang di atas kepalaku.
Sialan, itu benar-benar sakit.
Orang ini benar-benar idiot. Dalam situasi seperti ini, dia masih berani utnuk menendang orang yang menangkapnya, sepertinya dia tidak memikirkan tentang apa yang akan terjadi kalau kami menjadi marah.

[Eh? Hey! Hentikan!]

Eris mulai berteriak, dan aku segera melompat untuk bangkit. Pria itu melepaskan borgol yang ada di tangannya saat aku masih berpikir.
Pria A mungkin tengah melakukan sesuatu terhadap Eris. Mencoba untuk menyandera Eris di bawah pengawasan Ruijerd itu.....

[Apa....!?]

Bukan, apa yang terlihat oleh kedua mataku adalah, ada tombak pendek yang menusuk leher Pria A. Ruijerd membunuh Pria A dengan cara menusuk lehernya, dan Eris yang melihat itu dari dekat tampak benar-benar tercengang.
Tombak pendek itu diputar secara horizontal sebelum akhirnya dicabut, dan darah pun mengucur kemana-mana, menodai tembok di sekeliling kami dengan noda-noda berwarna merah. Tubuh Pria A terjungkir balik ke belakang, wajahnya menghantam lantai, dan lehernya terus mengucurkan darah. Darah tersebut perlahan merembes keluar dari tubuhnya, dan membuat lantai yang kami injak menjadi kubangan air berwarna merah.

Bau yang tersebar di udara adalah bau darah.
Tubuh orang itu hanya sekali mengejang, kemudian dia tidak lagi bergerak.
Dia tewas. Dia bahkan tidak sempat mengucapkan sepatah kata dan tewas, dibunuh oleh Ruijerd.

[K...Ke.... Kenapa kamu membunuhnya?]

Suaraku mulai terbata-bata.
Ini bukanlah pertama kalinya aku melihat orang mati. Ghyslaine pernah membunuh seseorang untuk menyelamatkanku, tapi ini sedikit berbeda. Kenapa tubuhku gemetaran dan hatiku dipenuhi rasa takut?

(Ada apa, untuk apa aku merasa takut?)

Takut melihat ada orang yang mati? Itu mustahil, orang mati di dunia ini adalah peristiwa sehari-hari, dan aku tahu itu dengan jelas. Tapi sekalipun pikiranku memahami fakta tersebut, apa mungkin itu adalah perbedaan realita saat aku melihatnya untuk pertama kali? Tapi kalau begitu, kenapa aku tidak merasakan apa-apa saat aku melihat Ghyslaine membunuh si penculik?

[Karena dia menendang anak-anak.]

Ruijerd menjawab dengan nada bicara yang membuatku merasa bahwa yang dia lakukan adalah hal yang wajar.
Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang, aku bukannya takut saat melihat ada orang yang mati di hadapanku.
Ditendang sekali memang bukan masalah besar, tapi aku takut kepada Ruijerd yang mampu membunuh dengan begitu mudahnya, sealami saat dia sedang bernafas.
Bukannya Roxy pernah bilang sebelumnya?

[Ras manusia dan ras demon memiliki banyak perbedaan dalam hal akal sehat, dan mungkin mereka akan marah besar kalau kamu mengucapkan sesuatu yang seharusnya tidak kamu ucapkan.]

Itu benar. Bagaimana kalau Ruijerd mengarahkan tombaknya ke arahku? Pria ini sungguh luar biasa kuatnya, bahkan lebih kuat dari Ghyslaine, bisakah aku menang dengan menggunakan sihirku?
Harusnya aku masih bisa melawan. Aku sudah melakukan banyak simulasi pertempuran melawan orang-orang yang terbiasa dalam pertempuran jarak dekat. Paul, Ghyslaine, dan Eris. Beberapa orang yang aku kenal adalah ahli pertempuran jarak dekat, dan mungkin Ruijerd adalah yang paling kuat diantara mereka. Karena itulah, aku tidak memiliki keyakinan untuk berkata bahwa aku bisa [Menang], tapi kalau memang dia benar-benar ingin membunuhku, aku punya banyak cara untuk melawannya. Tapi, bagaimana kalau dia mengincar Eris? Bisakah aku melindungi Eris?
Mustahil.

[K, kamu tidak boleh membunuhnya!]

Dengan panik, aku mengucapkan itu.

[Kenapa begitu? Dia kan orang jahat?]

Ruijerd tampak sangat terkejut setelah mendengar perkataanku, dan sama sekali tidak bisa memahami itu dari dalam lubuk hatinya.

[Karena......]

Bagaimana caranya aku bisa menjelaskan itu dengan benar?
Apa yang aku ingin Ruijerd lakukan?
Tapi kembali ke garis awal, kenapa Pria A harus dibunuh? Aku memang tidak memiliki hati yang baik, dan aku pasti akan menertawakan orang yang mengatakan sesuatu seperti [Kamu tidak boleh membunuh orang].
Saat kedua orang tuaku meninggal, tepat seperti itulah yang aku rasakan. Di dalam hati aku memikirkan, seberapa gelapnya masa depanku nanti, dan aku juga berpikir [Memang hubungannya acara pemakaman kedua orang tuaku dengan aku itu apa?], dan dibandingkan dengan itu, aku lebih menganggap bahwa melampiaskan hawa nafsuku lebih penting daripada menghadiri pemakaman orang tuaku.
Kalau aku menggunakan alasan seperti [Kamu tidak boleh membunuh orang!], maka arti dan isi dari kalimat tersebut akan dikacaukan oleh sifatku sendiri.

[Ada alasan mengapa kamu tidak boleh membunuh dia.]

Tubuhku gemetaran. Bertahanlah, diriku.
Saat ini aku sudah kehabisan akal, aku harus menenangkan diri terlebih dahulu sebelum bisa berpikir lagi.
Pertama-tama, kenapa aku gemetaran? Itu karena aku takut. Dari awal aku mengira kalau Ruijerd adalah seorang pria yang baik hati, tapi disini dia dengan mudahnya membunuh orang lain. Tadinya aku sangat yakin bahwa orang-orang memiliki pemahaman yang salah soal ras Supard.
Aku salah.
Sekalipun aku tidak tahu seperti apa ras mereka yang sebenarnya, tapi setidak-tidaknya, Ruijerd sama sekali bukanlah orang seperti itu. Dia sudah terus-terusan membunuh lawannya sejak era peperangan Laplace, dan ini juga hanyalah insiden lain bagi dirinya.
Dan juga, ada kemungkinan bahwa dia akan menghunuskan tombaknya ke arahku atau Eris; kemungkinan tersebut tidak bisa dihilangkan.
Aku bukanlah orang suci seperti yang dipikirkan oleh Ruijerd. Cepat atau lambat, aku pasti akan membuatnya marah karena kata-kata yang aku ucapkan. Di saat seperti itu, terlepas dari marah atau tidaknya dia, perbedaan opini diantara kami berdua tidak akan bisa dihindari. Itu adalah tipe pertengkaran yang mungkin akan terjadi di antara kami, tapi aku tidak mengira bahwa ujung-ujungnya kami akan bertempur hingga salah satu diantara kami ada yang mati.
Tidak peduli dalam kondisi seperti apapun itu, membunuh seseorang adalah sesuatu yang tidak diperlukan. Di sini, pada saat ini pula, aku harus mengoreksi pemikiran Ruijerd.

[Lakukan saja itu, Ruijerd-san, tolong dengarkan perkataanku.]

Tapi aku masih belum merangkai kata-kataku, apa yang bisa aku katakan? Apa yang bisa aku katakan untuk membuatnya mengerti? Memohon kepadanya untuk tidak membunuh kami?
Apa kamu bercanda?
Bukannya beberapa hari yang lalu aku sudah bilang kalau kami adalah sesama prajurit yang akan bertarung bersamanya, dan tidak selalu berada di bawah perlindungannya? Kami itu setara, dan karena itulah, memohon tidak akan ada gunanya.
Aku tidak bisa memberitahu dia bahwa kita harus memberikan kesempatan bagi mereka untuk menjelaskan diri, karena Ruijerd sendiri tidak mengakui logika tersebut.

Pikir.
Kenapa kami berpetualang bersama Ruijerd?
Karena kami ingin memperbaiki reputasi ras Supard. Kalau Ruijerd membunuh seseorang, reputasi ras Supard akan menjadi semakin buruk, dan itu sudah pasti.
Jadi aku harus meyakinkan dia agar dirinya tidak bertarung dengan adventurer lain. Reputasi yang dimiliki ras Supard benar-benar mengerikan, dan tidak peduli sebanyak apapun hal baik yang dia lakukan, semuanya akan sia-sia bila dia membunuh seseorang.
Semua usaha yang telah kami kerahkan akan menjadi percuma, dan Ruijerd akan dianggap sebagai individu yang terkenal jahat.
Benar, dan karena itulah, dia tidak boleh membunuh. Kami tidak boleh membiarkan orang-orang mengasosiasikan ras Supard dengan rasa takut.

[Kalau Ruijerd membunuh seseorang, reputasi buruk ras Supard akan semakin tersebar.]
[…......Itu artinya aku juga tidak boleh membunuh orang jahat?]
[Ini bukan masalah soal siapa yang dibunuh, tapi siapa yang membunuh.]

Aku memilah kata-kataku dengan hati-hati.

[Aku tidak mengerti.]
[Kalau ada seseorang dari ras Supard membunuh orang lain, artinya berbeda, orang-orang akan menganggap itu sebagai Magical Creature yang membunuh seseorang.]

Ruijerd tampak sedikit murung setelah mendangar itu, mungkin dia menganggap ucapanku sebagai penghinaan terhadap rasnya.

[…......... Aku tidak mengerti kenapa orang-orang berpikir seperti itu.]
[Orang-orang menganggap bahwa ras Supard adalah ras yang hanya bisa membunuh, dan mereka adalah iblis jahat yang akan segera membunuh seseorang bila mereka sedikit merasa jengkel.]

Aku mungkin sedikit kelewatan saat mengucapkan itu, tapi seluruh dunia memang berpikiran seperti itu, dan aku mencoba untuk mengubah poin tersebut.

[Mengklaim bahwa ras Supard bukanlah iblis yang jahat adalah hal yang mudah. Tapi kalau kamu menggunakan aksimu untuk mendemonstrasikan itu, akan ada banyak orang yang mengubah anggapan mereka.]
[….....]
[Tapi bila kamu membunuh seseorang, semuanya akan sia-sia dan orang-orang pasti akan menganggap ras Supard sebagai iblis jahat.]
[Itu konyol.]
[Pernahkah kamu mengalami itu? Setelah kamu menyelamatkan seseorang dan berteman baik dengan mereka, namun pada akhirnya sikap mereka berubah dengan cepat?]
[….......Pernah.]

Aku mengutarakan kesimpulan yang ada di dalam hatiku untuk menyelesaikan ini semua.

[Tapi kalau kamu tidak membunuh siapapun tanpa adanya pengecualian......]
[Apa yang akan terjadi?]
[Orang-orang akan berpikir kalau ras Supard adalah ras yang mampu berpikir dengan jelas.]

Apa mungkin situasinya akan menjadi seperti itu? Tidak membunuh seseorang di dunia ini akan dianggap sebagai orang yang memiliki akal sehat?
Tidak, sekarang bukanlah waktu yang pas untuk memikirkan itu. Aku tidak salah. Ruijerd sudah membunuh terlalu banyak orang, dan wajar bila mereka menganggap bahwa ras Supard adalah ras yang akan membunuh siapapun tanpa pandang buluh. Kalau dia tidak membunuh siapapun, sudut pandang ini harusnya akan berubah, itulah ekspektasi yang masuk akal.

[Tolong jangan bunuh siapapun lagi, demi kebaikan ras Supard sendiri.]

Membunuh atau tidak, harus melewati penilaian terlebih dahulu. Tapi aku tidak tahu evaluasi standar di dunia ini. Penilaian Ruijerd sudah pasti kelewat batas. Di antara dua sisi yang ekstrim, mencari letak garis tipis yang membatasi kedua sisi sangatlah sulit, dan karena itulah, akan lebih baik bila kita membatasi semua aksi seperti itu di masa depan nanti.

[Karena tidak ada orang yang bisa melihat apa yang terjadi disini, bukannya itu tidak apa-apa?]

Ucapan yang dilontarkan Ruijerd nyaris membuatku ingin menjungkir balikkan meja dan berteriak kecewa.
“Karena tidak ada orang yang bisa melihatku, jadi aku boleh melakukan hal-hal jahat”, boleh aku tanya, darimana murid SD ini datang?
Orang ini, apa benar dia sudah hidup selama lebih dari 500 tahun?

[Sekalipun kamu berpikir kalau tidak ada orang yang melihatmu, nantinya akan ada orang yang melihatmu melakukan itu kan?]
[Tapi tidak ada satupun orang yang berada di sekitar sini?]

Oh sialan, aku lupa soal batu yang ada di dahinya.

[Ada orang yang melihatnya.]
[Dimana?]

Disini.

[Bukannya aku dan Eris melihatnya?]
[Hm......]
[Tolong jangan bunuh siapapun lagi, kami tidak ingin merasa takut saat melihat Ruijerd-san.]
[…...Baiklah.]

Pada akhirnya, sepertinya aku berhasil meyakinkan Ruijerd, sambil menahan agar air mataku tidak menetes.
Aku benar-benar tidak memiliki keyakinan atas kata-kata yang aku ucapkan tadi.
Tapi Ruijerd mengangguk.

[Kalau begitu aku mohon dengan sangat agar kamu mau melakukan itu.]

Aku menundukkan kepalaku kepada Ruijerd dan mengatakan itu. Aku melihat kedua tanganku yang masih terus gemetaran. Tenanglah. Ini adalah sesuatu yang normal.
Baik, tarik nafas.

[N-a-f-a-s.]

Tapi aku masih tidak bisa menenangkan diri, detak jantungku masih belum mau melambat. Bagaimana dengan Eris, apakah dia merasa takut?
Aku melirik ke arahnya dan melihat bahwa dia tampak tenang, sekalipun pada mulanya dia merasa terkejut dengan apa yang barusan terjadi, tapi dia segera menunjukkan ekspresi bahwa kematian pria tersebut bisa dibenarkan.
Bukan, aku merasa kalau dia sama sekali tidak menganggap itu sebagai peristiwa yang brutal.
Tapi melihat tangannya yang disilangkan dan kedua kakinya yang terbuka lebar, dan juga dagunya yang diangkat, yang merupakan postur tubuh yanng paling sering ia tunjukkan. Sekalipun hatinya terguncang, tindakan Eris masih tetap sama seperti biasa.
Kalau Eris saja bisa bersikap setenang itu, bagaimana bisa aku gemetaran seperti ini?
Kedua tanganku berhenti gemetaran.

[Kalau begitu, mari kita lanjutkan interogasinya.]

Aku memaksakan senyuman di dalam ruangan yang kental dengan bau darah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar