Minggu, 01 Februari 2015

Overlord Vol1 Chapter 1

Saat ini adalah tahun 2138 M, dan istilah DMMO-RPG bukan lagi hanya menjadi istilah belaka, namun juga menjadi lebih umum.

Singkatan dari <Dive Massively Multiplayer Online Role Playing Game>, itu menggambarkan sebuah permainan interaktif dimana orang dapat bermain di dunia virtual seperti di kehidupan nyata, dengan menghubungkan konsol khusus ke neuron nanointerface—sebuah jaringan komputer nano intraserebral yang terdiri dari intisari cyber dan teknologi nano.
Rasanya seperti seolah-olah kamu dirimu benar-benar masuk ke dalam permainannya.

Di tengah-tengah segudang DMMO-RPG yang dikembangkan oleh berbagai perusahaan, ada satu nama yang bersinar cemerlang.

Yggdrasil.

Itu adalah sebuah game yang dirilis 12 tahun yang lalu pada tahun 2126 oleh developer ternama dari Jepang.

Tidak peduli DMMO-RPG manapun yang dibandingkan dengannya, Yggdrasil adalah permainan yang menawarkan tingkat kebebasan yang sangat tinggi bagi para pemain.
Jumlah kelas dan profesi yang membentuk dasar dari permainan tersebut dengan mudah mencapai angka 2000, saat kamu menjumlahkan profesi biasa dan profesi tingkat tinggi.

Semua kelas memiliki level maksimal 15, artinya seorang pemain harus memiliki setidaknya 7 kelas atau lebih untuk mencapai level 100, yang merupakan batas level keseluruhan.

Ditambah lagi, kamu dapat merasakan bermacam-macam profesi yang tersedia, selama kamu mampu memenuhi kondisi yang diperlukan. Walaupun tidak efisien, tapi kamu dapat mencapai level 100 hanya dengan meningkatkan 1 profesi, bila kamu menginginkannya.

Dengan kata lain, itu adalah sebuah sistem yang mencegah adanya sebuah karakter yang identik dengan karakter milik pemain lain, kecuali kamu memang dengan sengaja mengaturnya seperti itu.

Tingkat kebebasan yang ditawarkan juga diaplikasikan dalam tampilan visual. Jika kamu menggunakan creator tool yang dijual terpisah, kamu dapat mengubah penampilan senjata dan armor, interior data, visual karakter, dan pengaturan mendetail dari rumah seoang pemain.

Apa yang menunggu para pemain yang berpetualang di dalam dunia tersebut adalah peta raksasa. Sembilan dunia yang terdiri dari Asgard, Alfheim, Vanaheim, Nidavellir, Midgard, Jotunheim, Niflheim, Helheim, dan Muspelheim.

Sebuah dunia yang luas, kelas yang tak terhitung jumlahnya, dan tampilan visual yang bisa disesuaikan.

Hal tersebut memicu jiwa seniman milik para pemain Jepang, yang pada akhirnya menyebabkan fenomena yang nantinya disebut 'visual popularity'.

Dengan ledakan popularitas tersebut di belakangnya, mereka telah mencapai tingkat pengakuan dimana Yggdrasil dan DMMO-RPG dianggap satu dan sama di Jepang.

Sayangnya, itu adalah cerita dari generasi masa lalu.

───────────────x───────────────

Sebuah meja bundar yang megah, terbuat dari kilau batu obsidian, terletak di tengah-tengah aula guild, dikelilingi oleh 41 kursi mewah.

Tapi sebagian besar diantaranya kosong.

Saat ini, hanya ada dua siluet yang terlihat di kursi-kursi yang pernah diduduki oleh para anggota guild tersebut.

Satu diantaranya mengenakan jubah akademik berwarna hitam legam yang dihiasi dengan warna emas dan ungu di pinggirannya. Dekorasi di lehernya tampak agak berlebihan, tapi anehnya, itu terasa pas.

Namun, kepala yang seharusnya berada di atas kerah jubah yang mewah itu hanya berwujud tengkorak, tanpa kulit dan daging. Ada cahaya berwarna merah gelap di dalam rongga mata yang kosong, dan ada benda berbentuk lingkaran gelap yang berkilauan di belakang kepalanya.

Satunya lagi, yang duduk di kursi lain, juga bukan manusia. Tubuhnya terbuat dari gumpalan lendir berwarna hitam. Permukaan tubuhnya mengingatkan orang pada aspal batubara, selalu bergerak dan tidak pernah mempertahankan bentuknya, walaupun hanya untuk sedetik.

Individu yang pertama adalah seorang Overlord yang tergabung dalam barisan individu pemilik peringkat tertinggi, bahkan di antara para Elder Lich— Magic Caster yang telah berubah menjadi mayat hidup dalam usaha mereka untuk mendapatkan sihir terkuat. Individu yang kedua adalah Elder Black Ooze, sebuah ras dengan kemampuan asam yang tinggi, yang kekuatannya mendekati monster tipe Slime yang paling kuat.

Namun, mereka bukanlah monster.

Mereka adalah karakter pemain.

Ras yang bisa dipilih di Yggdrasil dibagi ke dalam 3 kategori yang berbeda, yaitu: klasik, ras humanoid seperti manusia, dwarf dan elf; ras demi-human dengan penampilan mengerikan seperti goblin, orc, dan ogre, disukai karena kekuatan fisik mereka; dan ras heteromorphic yang memiliki kemampuan monster dan status yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan ras lain, namun memiliki batasan dalam berbagai aspek. Jika kamu menghitung semua ras yang tersedia, termasuk yang memiliki tingkatan tinggi dari tiga tipe di atas, jumlah semua ras mampu mencapai angka 700.

Tentu saja, Overlord dan Elder Black Ooze ini adalah salah satu ras heteromorphic tingkat tinggi yang bisa dipilih oleh seorang pemain.

Diantara kedua orang ini, sang Overlord berbicara tanpa menggerakan mulutnya. Walaupun memiliki gelar sebagai DMMO-RPG terbaik dari generasi sebelumnya, secara teknis, tetap mustahil untuk mengubah ekspresi wajah karakter saat sedang berbicara.

"Wow, sudah lama sekali ya, 'Meromero'-sama. Walaupun ini adalah hari terakhir Yggdrasil, sejujurnya aku tidak mengira kalau akan ada orang yang benar-benar akan datang kemari."

"Benar. Sudah begitu lama kita tidak berjumpa, 'Momonga'-sama."

Elder Black Ooze menjawab dengan suara laki-laki dewasa, namun bila dibandingkan dengan suara sang Overlord, tidak ada sedikitpun tanda-tanda dari apa yang bisa disebut sebagai semangat atau kegembiraan.

"Ini adalah pertama kalinya kita bertemu sejak kamu pindah kerja di kehidupan nyata, sudah berapa lama kita tidak bertemu? ... Kalau tidak salah, sudah dua tahun ya?"

"Ah— tampaknya itu benar. Wow~ sudah selama itu ya... Wah wah, kesadaran akan waktu milikku sudah rusak karena belakangan ini aku terus mengambil shift lembut di malam hari untuk setiap harinya."

"Bukannya itu sangat berbahaya? Apa kamu baik-baik saja?"

"Secara fisik? Benar-benar hancur. Memang tidak terlalu parah sampai-sampai aku harus mengunjungi dokter, tapi aku sudah berada di ambang kondisi seperti itu. Aku benar-benar ingin melarikan diri. Namun, aku harus mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup, jadi aku harus bekerja sekuat tenaga sambil dipecuti seperti seorang budak."

"Wow..."

Sang Overlord—Momonga memiringkan kepalanya ke belakang dan membuat gerakan jengkel.

"Itu benar-benar tidak tertahankan."

Suara Meromero yang terdengar muram, sarat dengan emosi dari kehidupan nyata, melayang ke arah Momonga layaknya serangan lanjutan.

Keluhannya dalam hal bekerja di kehidupan nyata semakin meningkat.

Kisah tentang bawahan yang kurang ajar, rencana yang benar-benar berubah dalam semalam, kritikan dari atasannya karena gagal memenuhi kuota, lembur semalaman karena beban pekerjaan, peningkatan berat badan yang tidak normal gara-gara rusaknya siklus tidur, meningkatnya jumlah obat yang harus dikonsumsi semakin harinya.

Pada akhirnya, percakapan tersebut hanya terjadi kepada satu sisi, saat keluhan Meromero meledak seperti tanggul yang jebol.

Ada banyak orang yang menghindari topik pembicaraan tentang kehidupan nyata di dunia virtual. Perasaan seperti tidak ingin menyeret dunia nyata ke dalam dunia virtual itu bisa dipahami.

Namun, dua orang ini tidak memiliki pemikiran seperti itu.

Guild— Sebuah tim yang dibentuk, diatur, dan dioperasikan oleh sekelompok pemain— tempat mereka berasal, Ainz Ooal Gown, memiliki dua syarat untuk bergabung ke dalamnya.

Pertama, kamu harus memiliki kehidupan sosial. Kedua, karaktermu harus berasal dari ras heteromorphic.

Karena sifat yang dimiliki oleh guild tersebut, ada banyak kasus dimana keluhan mengenai pekerjaan di kehidupan nyata menjadi topik pembicaraan, dan hal itu mampu diterima oleh anggota guild. Bisa dibilang, percakapan antara mereka berdua ini adalah pemandangan sehari-hari di Ainz Ooal Gown.

Setelah sejumlah waktu berlalu, kata-kata keluhan yang keluar dari mulut Meromero berhenti terdengar.

"...Aku minta maaf atas keluhanku yang tak ada habisnya. Aku tidak mendapat banyak kesempatan untuk melampiaskan stress ku di dunia satunya."

Meromero menggoyangkan apa yang tampak seperti kepalanya, seolah-olah dirinya sedang membungkuk. Menanggapi hal ini, Momonga dengan cepat menjawab.

"Tidak apa-apa, Meromero-sama. Aku yang telah memintamu untuk datang kemari, sekalipun kamu tengah merasa lelah."

Dibandingkan dengan sebelumnya, kini ada tawa kecil dan sedikit tanda-tanda semangat yang terdengar dari ucapan Meromero.

"Terimakasih banyak, Momonga-sama. Aku merasa bahagia bisa login kemari dan bertemu denganmu."

"Aku senang mendengarmu mengucapkan itu."

"...Tapi, aku khawatir sudah waktunya bagiku untuk..."

Tentakel Meromero bergerak di udara seperti sedang menyentuh sesuatu. Dia sedang mengoperasikan konsolnya.

"Ah, kamu benar. Ini sudah sangat larut."

"Aku minta maaf, Momonga-sama."

Momonga mendesah pelan untuk menyembunyikan emosi yang telah meningkat di dalam hatinya.

"Aku mengerti. Sungguh sangat disayangkan... Memang benar kata orang, saat-saat yang menyenangkan berlalu dengan begitu cepat."

"Aku benar-benar ingin menemanimu sampai akhir, tapi aku merasa sangat lelah."

"Kamu pasti kelelahan. Silahkan log out dan beristirahat lah yang nyaman."

"Aku benar-benar minta maaf... Momon-, Guildmaster, apa yang akan kamu lakukan?"

"Aku berencana untuk tetap online sampai koneksiku terputus ketika layanan game berakhir. Masih ada waktu... siapa tahu, mungkin akan ada anggota guild lain yang muncul."

"Jadi begitu... Terus terang, aku tidak mengira kalau ternyata tempat ini masih ada."

Pada saat semacam ini, Momonga benar-benar bersyukur bahwa Yggdrasil tidak memiliki kemampuan untuk menunjukan ekspresi wajah. Karena jika kemampuan seperti itu ada, orang yang melihat wajahnya, walaupun hanya sekilas, pasti akan menyadari kemarahan yang tertanam di dalam hatinya. Momonga menutup mulutnya untuk menahan emosinya yang mendadak melonjak tinggi, karena emosi tersebut akan terungkap bila ia bicara.

Dia telah berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankan guild yang mereka ciptakan bersama-sama, jadi wajar bagi dirinya untuk dilahap oleh perasaan yang tak terlukiskan saat ia mendengar kata-kata seperti itu diucapkan oleh salah satu dari rekan-rekannya. Namun, perasaan tersebut dihilangkan oleh apa yang Meromero katakan selanjutnya.

"Sebagai Guildmaster, kamu telah menjaga tempat ini agar kita bisa kembali setiap saat. Terimakasih."

"...Kita semua membangun tempat ini bersama-sama. Sudah menjadi tugas dari guildmaster untuk menjaga dan mengawasinya, sehingga siapapun bisa kembali kapan pun mereka mau!"

"Ini semua berkat keberadaanmu, yang mampu membuat kita benar-benar menikmati permainan ini ... Aku harap, pertemuan kita yang selanjutnya akan terjadi di Yggdrasil II."

"Aku belum pernah mendengar rumor tentang adanya sekuel... tapi aku sangat berharap agar hal itu bisa terjadi."

"Mari kita bertemu lagi bila momen tersebut tiba! Kalau begitu, aku benar-benar merasa sangat mengantuk sekarang, jadi aku akan log out... Aku merasa senang bisa bertemu denganmu sebelum ini semua berakhir. Semoga permainanmu menyenangkan."

"..."

Untuk beberapa saat, Momonga kehabisan kata-kata; namun, dia segera mengucapkan kalimat terakhirnya.

"Aku juga merasa senang berkat dirimu. Semoga permainanmu menyenangkan."

Emotikon tersenyum muncul di atas kepala Meromero dengan berkilauan. Karena tidak ada kemampuan untuk mengubah ekspresi wajah di Yggdrasil, para pemain memanfaatkan emotikon untuk mengekspresikan emosi mereka. Momonga mengoperasikan konsolnya dan memilih emotikon yang sama.

Lalu, kata-kata terakhir Meromero terdengar.

"Mari kita bertemu lagi di lain tempat."

Orang terakhir dari tiga anggota guild yang muncul hari ini, menghilang.

Menghapus semua jejak pengunjung, kesunyian kembali menghantui aula guild. Kesunyian yang tidak memiliki ingatan dan perasaan.

Melihat kursi yang diduduki oleh Meromero beberapa detik yang lalu, Momonga memuntahkan kata-kata yang hendak ia katakan di saat-saat terakhir.

"Walau memang benar aku paham kalau kamu merasa lelah, karena hari ini adalah hari terakhir dari permainan dan selagi kamu sudah berada disini, memang tidak bisa apa kalau kamu tinggal sampai saat-saat terakhir—?"

Tentu saja, tidak ada balasan yang muncul. Meromero sudah logout ke kehidupan nyata.

"Haah..."

Momonga mendesah jauh di dalam lubuk hatinya.

Dia tidak bisa memaksakan dirinya untuk mengatakan kalimat tersebut.

Fakta bahwa Meromero seringkali merasa lelah tersebut bisa dengan jelas dilihat dari suasana yang terpancar dari percakapan singkat mereka. Tapi Meromero melihat email yang dia kirim dan muncul pada hari ini, pada hari terakhir Yggdrasil. Hanya dengan fakta itu saja, Momonga layak untuk bersyukur. Akan memalukan jadinya kalau dia mengkehendaki hal yang lebih dari itu.

Momonga menatap kursi yang baru saja diduduki oleh Meromero sampai beberapa saat yang lalu, dan kemudian dia melihat ke sekelilingnya. Apa yang dia lihat adalah 39 kursi yang pernah diduduki oleh rekan-rekannya yang dulu. Setelah melihat area sekelilingnya dengan cepat, sekali lagi kedua matanya kembali menatap ke kursi yang barusan ditinggalkan oleh Meromero.

"Mari kita bertemu lagi di lain tempat..."

Mari kita bertemu lagi suatu saat nanti.

Sampai jumpa.

Dia telah mendengar ungkapan seperti itu dari waktu ke waktu. Tapi saat dimana mereka menepati ucapan mereka itu nyaris tidak pernah terjadi.

Tidak seorang pun kembali ke Yggdrasil.

"Sebenarnya kapan dan dimana kita akan bertemu lagi..."

Kedua pundak Momonga bergetar dengan hebat. Lalu perasaan sesungguhnya yang telah ia simpan untuk waktu yang lama meledak.

"— Jangan main-main denganku!"

Dengan teriakan yang penuh dengan amarah, dia menggebrakkan kedua tangannya pada meja. Menilai tindakan tersebut sebagai serangan, sistem permainan menghitung berbagai variabel seperti damage tangan kosong dari Momonga dan pertahanan yang dimiliki struktural meja, dan menampilkan hasilnya di mana Momonga memberikan damage sebesar "0".

"Tempat ini adalah Makam Besar Nazarick yang kita semua bangun bersama-sama! Bagaimana bisa kalian semua dengan entengnya mengabaikan itu?!"

Apa yang mengikuti kemarahan tersebut adalah kesedihan.

"...Tidak, bukan itu. Mereka tidak mengabaikan Nazarick. Mereka hanya dihadapkan dengan pilihan antara "realita" dan "fantasi". Ah, itu tidak dapat dihindari, dan tidak ada pengkhianatan disini. Mereka juga pasti merasa kesulitan saat menentukan pilihannya..."

Momonga bergumam seakan berusaha meyakinkan dirinya dan berdiri dari tempat duduknya. Dia berjalan menuju dinding yang diatasnya tergantung sebuah tongkat.

Memiliki motif lambang kedokteran milik seorang dewa dari Yunani, Hermes, tongkat itu di lilit oleh ukiran berbentuk tujuh ular. Setiap mulut ular menggigit sebuah batu permata dengan warna yang berbeda-beda. Genggaman tongkat itu memiliki kualitas transparan seperti kristal, dan memancarkan cahaya putih kebiruan.

Tongkat yang memiliki kualitas tertinggi tersebut merupakan sebuah 'Guild Weapon' yang hanya bisa dimiliki sebanyak satu biji per guild, dan itu adalah item yang bisa disebut sebagai simbol dari Ainz Ooal Gown.

Aslinya, seorang guildmaster seharusnya membawa tongkat itu bersama mereka, lalu mengapa tongkat itu malah digantung di atas dinding ruangan sebagai hiasan?

Karena tongkat itu adalah sebuah eksistensi yang melambangkan guild.

Kehancuran sebuah Guild Weapon menandakan hancurnya sebuah guild. Itulah sebabnya ada banyak kasus dimana Guild Weapon disimpan di tempat paling aman, tanpa sempat menunjukkan kekuatan sebenarnya yang mereka miliki. Bahkan guild terkemuka seperti Ainz Ooal Gown tidak termasuk dalam pengecualian tersebut. Untuk itulah, tongkat itu tidak pernah diserahkan kepada Momonga, walaupun tongkat itu memang dibuat khusus untuk dirinya, dan berubah menjadi hiasan di dinding.

Momonga mengulurkan tangannya untuk meraih tongkat itu, tapi dia menghentikan gerakannya saat dia masih mencapai setengah jalan. Pada saat ini— walaupun penutupan layanan Yggdrasil sudah sangat dekat, dia masih merasa ragu untuk melakukan tindakan yang mampu memperburuk kenangan indah yang ia ciptakan bersama rekan-rekannya.

Hari-hari yang mereka habiskan bersama-sama untuk berulang kali melakukan petualangan, agar mereka bisa membuat Guild Weapon.

Masa lalu yang indah, dimana semua anggota guild dibagi menjadi beberapa tim untuk mengumpulkan bahan-bahan Guild Weapon, layaknya berkompetisi dengan satu sama lain, berdebat tentang penampilan seperti apa yang seharusnya dimiliki oleh Guild Weapon, dan sedikit demi sedikit menggabungkan ide dan saran semua orang, dan pada akhirnya mereka berhasil membuatnya.

Itu adalah masa keemasan dari Ainz Ooal Gown — momen kejayaan mereka.

Ada orang yang bersikeras untuk main walaupun tubuhnya benar-benar kelelahan setelah bekerja non-stop. Bahkan ada orang yang main setelah bertengkar hebat dengan istrinya karena dia mengabaikan waktu bersama keluarganya. Ada juga orang yang sambil tertawa berkata kalau dirinya mengambil cuti hanya untuk bermain.

Ada saat di mana mereka menghabiskan sepanjang hari dengan mengobrol, merasa senang mendengar percakapan-percakapan yang terjadi. Ada saat di mana mereka merencanakan petualangan mereka dan menyapu harta-harta yang tersembunyi di luar sana. Ada saat di mana mereka meluncurkan serangan dan merebut kastil milik guild musuh. Ada saat ketika mereka menghacurkan semua monster bos rahasia yang bisa mereka temukan. Mereka menemukan sumber daya yang tak terhitung jumlahnya yang belum pernah ditemukan oleh siapapun. Mereka telah menempatkan berbagai monster di markas mereka dan membereskan para pemain yang datang untuk menyerbu mereka.

Tapi sekarang, tak ada satu orangpun.

37 dari 41 orang telah keluar dari guild, dan meskipun nama dari tiga anggota lainnya masih tercatat dalam daftar anggota guild, Momonga tidak bisa mengingat kapan terakhir kali mereka muncul, dengan pengecualian hari ini.

Momonga membuka konsol dan mengakses database, yang dia gunakan untuk melihat peringkat guild. Pada suatu saat, mereka pernah berdiri di peringkat 9 dari total keseluruhan guild yang jumlahnya mencapai sedikit lebih dari 800, tapi sekarang mereka telah turun ke peringkat 29. Namun, itu tidak begitu buruk bila dibandingkan dengan saat mereka mencapai titik terendah, yaitu peringkat 48.

Alasan mengapa guild ini dapat mempertahankan peringkatnya bukanlah karena eksploitasi Momonga, tapi berkat berbagai item yang ditinggalkan oleh kawan lamanya —peninggalan masa lalu.

Walaupun untuk sebagian besar, guild ini sudah hancur, ada saat di mana guild ini bersinar dengan terang.

Hasil dari masa-masa tersebut.

Guild Weapon mereka: Staff of Ainz Ooal Gown.

Momonga tidak ingin menyeret senjata yang penuh dengan kenangan indah mereka itu ke dalam era kehancuran yang kini tengah dialami oleh guild; namun, ada perasaan yang bertentangan yang membara di dalam hatinya.

Selama ini, Momonga telah menempatkan pentingnya suara mayoritas.

Walaupun dia memiliki posisi guildmaster, yang sebenarnya dia lakukan adalah beraneka macam pekerjaan seperti menghubungi orang-orang.

Itu sebabnya, dengan tidak adanya seorang pun saat ini di sekitar dirinya, sebuah pemikiran untuk menggunakan kekuasaannya sebagai guildmaster, untuk pertama kalinya melintas di dalam pikirannya.

"Pakaian ini tidak cukup keren."

Bergumam sendiri, Momonga mulai mengoperasikan konsolnya untuk melengkapi avatarnya dengan persenjataan yang cocok dengan posisinya sebagai guildmaster yang terkemuka.

Equip di Yggdrasil di kelompokan menurut ukuran data mereka. Semakin besar datanya, semakin tinggi pula kelasnya. Dimulai dari urutan bawah, adalah: Lesser, Minor, Medium, Major, Greater, Legacy, Relic, dan Legendary. Namun saat ini, Momonga tengah mengenakan set equip lengkap dengan kelas tertinggi — Divine.

Di jari-jarinya yang tidak memiliki daging terpasang sembilan cincin, yang masing-masingnya dipenuhi dengan kekuatan yang berbeda-beda. Selain itu, kalung, sarung tangan, sepatu bot, jubah, dan ikat kepalanya, semuanya memiliki kelas Divine. Masing-masing equip tersebut memiliki harga yang luar biasa.

Jubah indah tergantung dari pundaknya, dan aura bergelombang berwarna merah gelap merayap naik dari bawah kakinya. Meskipun aura itu bergejolak dan tampak menyeramkan, namun itu bukan berasal dari skill milik Momonga. Dia hanya menanamkan efek 'chaotic aura' ke dalam jubah yang ia kenakan, karena ada tempat tersisa dalam kapasitas data visualnya. Aura tersebut sama sekali tidak berbahaya, sekalipun kamu menyentuhnya..

Berbagai ikon bermunculan di ujung pinggir penglihatan Momonga, yang menandakan bahwa kemampuannya telah bertambah.

Setelah mengganti equip dan mempersenjatai diri dari atas sampai ujung kaki, Momonga mengangguk puas dengan equipnya yang cocok untuk digunakan oleh seorang guildmaster. Lalu dia mengulurkan tangannya dan meraih Staff of Ainz Ooal Gown.

Saat dia memegang tongkat tersebut ditangannya, tongkat itu memuntahkan pusaran aura berwarna merah gelap. Kadang-kadang aura tersebut membentuk wajah manusia yang tampak kesakitan. Gambaran itu begitu jelas, sampai-sampai rasanya kamu bisa mendengar jeritan kesakitan mereka.

"...Detail yang memuakan."

Tongkat terkuat yang belum pernah ia pegang sekalipun semenjak tongkat tersebut dibuat, akhirnya jatuh ke tangan pemilik aslinya, bersamaan dengan segera berakhirnya layanan online Yggdrasil.

Saat memeriksa ikon yang kembali menunjukkan peningkatan dramatis dalam statusnya, dia juga sedikit merasa kesepian.

"Haruskah kita segera pergi, wahai simbol dari guild kami? Tidak, bukan itu— Mari kita pergi, wahai simbol guild kami."

***

Momonga pergi meninggalkan ruangan bernama Meja Bundar.

Setiap anggota guild yang mengenakan cincin guild akan secara otomatis masuk ke dalam ruangan ini saat mereka login, kecuali bila mereka sedang berada dalam kondisi tertentu. Jika ada anggota lain yang kembali, mereka pasti akan muncul disini. Namun, Momonga sangat paham bahwa anggota guild yang lain tidak akan lagi kembali kesini. Dalam momen-momen akhir Makam Besar Nazarick, hanya Momonga yang tersisa.

Dengan menekan perasaan yang bergejolak di dalam hatinya, Momonga berjalan memasuki serambi yang luas. Tampak sebuah dunia yang megah dan gemerlap, yang mengingatkan kita dengan kastil raksasa yang terbungkus marmer.

Di langit-langit yang tinggi, tampak lilin-lilin yang digantungkan secara merata yang memancarkan cahaya yang lembut dan hangat. Lantai mulus yang melapisi koridor memantulkan cahaya dari lilin-lilin di atas, bersinar terang bak bintang-bintang di langit. Jika pintu yang terpasang di sepanjang koridor dibuka, perabotan-perabotan mewah yang terletak di dalam ruangan-ruangan itu pasti akan menarik banyak perhatian.

Jika pemain yang pernah mendengar nama Nazarick datang kemari, mereka pasti akan merasa kagum saat mereka melihat pemandangan yang begitu indah, berada ditempat yang terkenal akan keburukannya.

Bagaimanapun juga, Makam Besar Nazarick pernah berhasil mengatasi aksi militer terbesar dalam sejarah server Yggdrasil yang diorganisir oleh para pemain. Aliansi yang terdiri dari 8 guild, afiliasinya, pemain bayaran dan NPC bayaran, yang total jumlahnya mencapai 1500 orang, hancur lebur saat mereka mencoba untuk menyerang tempat ini. Peristiwa itu membuat Makam Besar Nazarick menjadi sebuah legenda.

Makam Besar Nazarick dulunya hanya memiliki 6 lantai, namun kemudian mengalami rekonstruksi besar-besaran setelah diduduki oleh Ainz Ooal Gown. Kini Nazarick memiliki 10 lantai, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Lantai 1 ~ 3 ─── Catacombs
Lantai 4 ─── Underground Lake
Lantai 5 ─── Glacier
Lantai 6 ─── Jungle
Lantai 7 ─── Underground Volcano
Lantai 8 ─── Wilderness
Lantai 9 ─── Royal Suite
Lantai 10 ─── Throne Room

Dua lantai terakhir adalah markas dari Ainz Ooal Gown, salah satu dari 10 guild terbaik di Yggdrasil.

Langkah kaki Momonga bergema di lorong Royal Suite, diikuti dengan ketukan tongkat yang ia bawa. Setelah melewati beberapa belokan di sekitar sudut-sudut lorong yang lebar, Momonga melihat ada seorang wanita yang berjalan mendekatinya dari kejauhan.

Wanita itu memiliki rambut pirang sepanjang bahu dengan fitur tubuh yang menarik.

Wanita itu mengenakan kostum pelayan wanita /maid, termasuk celemek besar dan rok panjang. Dengan tinggi badan sekitar 170 cm, wanita itu memiliki tubuh yang langsing dengan dada yang kelihatannya hendak mencuat keluar dari pakaian yang ia kenakan. Secara menyeluruh, wanita itu memberikan kesan elegan dan berbudi luhur.

Saat mereka berdua mendekati satu sama lain, si pelayan wanita melangkah kesamping dan membungkuk kepada Momonga. Sebagai tanggapan, Momonga sedikit mengangkat tangannya.

Ekspresi pelayan itu tidak berubah; tidak tampak senyuman pada wajahnya, sama persis seperti sebelumnya. Ekspresi wajah di Yggdrasil tidak bisa berubah. Namun, ada suatu perbedaan soal kekurangan ekspresi antara para pemain dengan pelayan wanita ini. Pelayan wanita tersebut adalah Non-Player Character (NPC). Dalam permainan, AI (Artificial Intelligence) ini hanya bergerak menurut program mereka yang sudah ditentukan. Dengan kata lain, mereka sama seperti boneka yang bisa bergerak, dan bahkan pelayan wanita itu membungkuk kepada Momonga karena memang dirinya sudah diberi program seperti itu.

Sapaan yang diberikan Momonga sebelumnya bisa dibilang buang-buang waktu, tapi Momonga punya alasan soal mengapa dia tidak memperlakukan mereka dengan tidak sopan.

Keempat puluh satu NPC pelayan yang bekerja di Makam Besar Nazarick didasarkan dari berbagai ilustrasi yang berbeda-beda dari seorang anggota guild, yang mencari nafkah dengan mengandalkan karya seni buatannya, dan kini telah menjadi penulis manga yang diserialisasikan dalam sebuah majalah manga bulanan.

Momonga tidak hanya mengamati penampilan si pelayan, namun juga seragamnya yang sangat terperinci. Terutama, sulaman indah yang ada di celemek si pelayan mampu membuat orang yang melihatnya merasa kagum..

Karena seragam itu di ilustrasikan oleh orang yang sesumbar bahwa "senjata terbaik dari seorang maid adalah seragamnya", tingkat detail pada kostum itu pun jauh melampaui normal. Momonga tidak bisa menghindari perasaan rindu saat dia mengingat bagaimana anggota guild yang bertanggungjawab atas penampilan visual si pelayan wanita ini selalu meneriakkan mottonya.

"Ah...Benar juga. Sejak dulu, dia selalu mengatakan hal-hal seperti "Seragam maid FTW!!"... Omong-omong, tokoh wanita dari manga yang dia gambar sekarang juga seorang pelayan. Apa kamu masih membuat asistenmu menangis gara-gara perhatian berlebihanmu terhadap detail pakaian, Whitebrim-san?"

Untuk program yang mengatur perilaku mereka, program itu dibuat oleh Meromero-san dan 5 programer lain. Dengan kata lain, pelayan ini dibuat dari kerja keras dan usaha bersama dari semua anggota guild di masa lalu, jadi mustahil bagi Momonga untuk mengabaikan si pelayan, karena seperti Staff of Ainz Ooal Gown, pelayan itu juga termasuk dalam kenangan indah yang ia miliki.

Saat Momonga sedang memikirkan hal-hal tersebut, si pelayan itu memiringkan kepalanya seolah-olah bertanya “ada masalah apa tuan?”. Selama ada seseorang yang berada di dekat pelayan tersebut selama beberapa saat, pelayan itu secara otomatis akan menerapkan tindakan ini. Mengingat kembali kenangan-kenangan yang ada di dalam benaknya, Momonga merasa kagum dengan kecermatan Meromero terhadap semua detail. Seharusnya ada beberapa tindakan tersembunyi lainnya yang juga diprogram olehnya. Meskipun sebenarnya Momonga ingin melihat semua posturnya yang tersembunyi, namun sudah tidak ada banyak waktu yang tersisa.

Tatapan Momonga beralih ke arah jam hologram setengah bulat yang ditampilkan pada lengan kirinya dan mengkonfirmasi waktu saat ini.

Memang, tidak ada waktu untuk bermalas-malasan.

"Terima kasih atas kerja kerasmu."

Momonga mengatakan kalimat perpisahan itu dengan penuh sentimen dan berjalan melewati pelayan itu. Tentu saja, lawan bicaranya tidak menanggapi. Meskipun demikian, Momonga percaya bahwa salam perpisahan adalah hal yang pantas untuk dilakukan, karena ini merupakan hari terakhir bagi mereka.

Setelah pergi meninggalkan si pelayan wanita, Momonga melanjutkan perjalanannya.

Tak lama kemudian, tangga raksasa dengan karpet merah yang mewah menutupi bagian tengahnya muncul dihadapannya. Momonga perlahan menuruni anak tangga dan mencapai lantai 10 ── lantai paling bawah dalam Makam Besar Nazarick.

Tempat yang ia datangi adalah sebuah lobi terbuka yang lebar dengan beberapa pelayan yang menunggunya disana.

Pelayan pertama yang menarik perhatiannya adalah kepala pelayan /butler tua yang mengenakan seragam tradisional dengan elegan.

Seluruh rambutnya berwarna putih, sama seperti jenggotnya yang rapi. Tapi punggung pria tua itu tampak tegak seperti anak panah dan kuat seperti pedang dari baja. Ada kerutan yang terlihat pada wajah cekungnya, yang membuat penampilannya terlihat ramah, namun ia memiliki tatapan setajam elang yang tengah mengejar mangsanya.

Menyusul di belakang sang butler layaknya bayangan adalah enam pelayan wanita. Namun, perlengkapan mereka tampak benar-benar berbeda dari apa yang dikenakan oleh pelayan wanita yang sebelumnya ia temui di lorong.

Tangan dan kaki mereka tertutup sarung tangan dan pelindung kaki yang berhias emas, perak, dan logam hitam. Mengenakan armor dengan motif seragam pelayan wanita, mereka mengenakan hiasan kepala berwarna putih, dan bukan helm. Setiap pelayan memegang berbagai jenis senjata yang berbeda, yang membuat mereka tampak seperti prajurit pelayan.

Gaya rambut mereka juga sangat berbeda dari satu sama lain: sanggul, kuncir, lurus, kepang, keriting, lilitan model Perancis, dll. Tapi satu hal yang mereka semua miliki secara umum adalah wajah mereka yang begitu cantik. Selain itu, para pelayan wanita ini dibagi kedalam berbagai tipe seperti genit, sporty, tradisional dan berbagai kepribadian yang lain.

Meskipun mereka adalah NPC, dan desainer mereka telah membuat mereka semua agar tampak menyenangkan dan unik, tujuan utama mereka adalah untuk melawan penyusup.


Di Yggdrasil, guild yang memiliki markas yang setara dengan kastil atau lebih baik akan mendapatkan beberapa keuntungan spesial.

Salah satu keuntungan tersebut adalah NPC yang bertugas untuk menjaga markas.

Monster undead yang tinggal di dalam Makam Besar Nazarick juga termasuk dalam kategori ini. Mereka yang memiliki sebutan 'Spawn NPC' itu memiliki batas maksimal level 30 dan akan muncul kembali secara otomatis tanpa membutuhkan syarat tertentu dalam jangka waktu yang telah ditentukan, namun karena penampilan dan pemrograman AI mereka tidak bisa dirubah, mereka tidak mampu menimbulkan banyak ancaman terhadap pemain penyusup lain.

Di sisi lain, keuntungan spesial yang lain adalah wewenang untuk membuat NPC orisinil. Ketika sebuah guild berhasil mengambil alih suatu tempat dengan peringkat yang setara atau lebih tinggi dari sebuah kastil, mereka bisa membuat NPC dengan level maksimal kolektif sebanyak 700. Karena level tertinggi adalah 100, sebagai contohnya, kamu bisa membuat maksimal 5 NPC dengan level 100 dan 4 NPC dengan level 50.

Ketika membuat NPC orisinil, selain pada penampilan dan AI mereka, pemain bahkan juga bisa mengubah armor dan senjata mereka. Hal tersebut mampu memberikan kesempatan bagi guild untuk membuat NPC yang jauh lebih kuat dari NPC normal dan menugaskan mereka untuk menjaga lokasi-lokasi yang dianggap penting.

Sebenarnya tidak wajib untuk membuat NPC dengan tujuan untuk ditugaskan dalam pertarungan. Guild lain yang menduduki sebuah kastil, Great Cat Kingdom, merubah semua NPC mereka menjadi kucing atau makhluk seperti kucing lainnya. Bisa dibilang, sebuah guild akan mendapatkan hak ekslusif untuk membuat citra dan suasana kastil mereka seperti yang mereka inginkan.


"Hmm."

Melihat ke arah kepala pelayan dan para pelayan wanita yang membungkuk dihapannya, Momonga menggerakan tangannya ke dagunya untuk sesaat. Karena dia selalu menggunakan teleportasi untuk berpindah dari ruang ke ruang, Momonga jadi jarang mengunjungi tempat ini, dan itulah yang membuatnya menatap mereka dengan sedikit rasa nostalgia.

Tangan Momonga mengoperasikan konsol, membuka halaman yang hanya bisa diakses oleh anggota guild dan mengaktifkan salah satu opsi. Saat dia melakukan itu, nama-nama pelayan muncul diatas kepalanya.

"Ah, jadi itu namanya."

Momonga telah melupakan nama itu. Dia menunjukkan senyuman pahit, namun juga ditemani oleh perasaan nostalgia saat dia mengingat perselisihannya dengan salah satu rekannya saat memutuskan nama NPC ini.

Sebastian, sang kepala pelayan, juga bertugas sebagai pengurus rumah tangga.

Enam pelayan wanita di samping Sebastian tergabung dalam unit khusus yang ia pimpin secara langsung; unit combat maid bernama 'Pleiades'. Selain mereka, Sebastian juga memiliki beberapa pelayan pria dan asisten kepala pelayan di bawah pengawasannya.

Teks catatan memiliki setting yang lebih mendetail, tapi Momonga tidak berminat untuk melihatnya lebih dekat. Hanya ada sedikit waktu yang tersisa sebelum server ditutup, dan dia ingin mengunjungi tempat lain.

Semua NPC (termasuk para pelayan wanita) memiliki detail yang rumit, karena ada banyak anggota guild yang menyukai settingan yang merinci. Berkat ada banyaknya ilustrator, desainer grafik dan programer di Ainz Ooal Gown, mereka mampu menerapkan semua gambaran yang menghantui pemikiran mereka.

Awalnya, Sebastian dan para pelayan wanita ini memiliki tugas sebagai garis pertahanan terakhir untuk melawan para penyusup. Namun, karena tidak mungkin mereka mampu melawan pemain musuh yang berhasil datang sampai sejauh ini, maka satu-satunya tujuan asli yang mereka miliki hanyalah untuk mengulur waktu. Tapi karena tidak ada seorangpun penyusup yang berhasil mencapai titik ini, mereka tidak pernah menerima perintah untuk bertarung, dan hanya terus menunggu ditempat ini.

Sambil menggenggam tongkatnya, Momonga merasa kasihan terhadap para NPC ini, walaupun sebenarna pemikiran semacam itu adalah hal yang bodoh. NPC hanyalah data, dan satu-satunya alasan untuk percaya bahwa mereka memiliki emosi adalah karena desain AI mereka yang sangat baik.

Akan tetapi──

"Sebagai guildmaster, sudah waktunya aku mulai memberi perintah kepada para NPC."

Sambil mencemooh dirinya sendiri karena telah mengeluarkan komentar yang arogan, Momonga memberikan perintah:

"Ikuti aku."

Sebastian dan para pelayan wanita yang lain membungkuk dengan penuh hormat, yang menunjukan bahwa mereka telah menerima perintah tersebut.

Tindakan untuk memindahkan mereka dari tempat ini artinya mengesampingkan pemikiran awal milik para anggota guild. Ainz Ooal Gown merupakan guild yang menekankan pada suara mayoritas. Dilarang bagi seseorang untuk mengacaukan apa yang diciptakan oleh semua orang secara bersama-sama dengan sikap keras kepala yang mereka miliki.

Namun hari ini adalah hari dimana semuanya akan berakhir. Momonga yakin bahwa semua orang akan memaafkan dirinya pada hari seperti ini.

Merenungkan hal-hal seperti ini, Momonga berjalan sambil diikuti beberapa suara langkah kaki.


Akhirnya mereka tiba pada aula berbentuk kubah besar. Sebuah kristal raksasa yang memiliki empat warna tertanam di langit-langit dan memancarkan cahaya berwarna putih. Ada 72 ruang kecil pada dinding, yang sebagiannya terisi dengan patung.

Setiap patung meniru penampilan dari iblis, dan ada 67 patung disana.

Ruangan ini dinamakan 'Lesser Key of Solomon', yang juga dikenal sebagai Lemegeton. Nama itu di ambil dari judul buku sihir yang terkenal.

Patung-patung itu, meniru 72 iblis yang dipimpin Solomon, sebenarnya adalah golem yang terbuat dari logam sihir yang langka. Alasan mengapa hanya ada 67 golem dan bukan 72 adalah karena penciptanya jatuh sakit dan merasa bosan saat proyek tersebut baru selesai setengah jalan.

Sebenarnya, kristal yang memiliki empat warna dan tertanam di langit-langit itu adalah sebuah monster. Jika ada musuh yang menyerang tempat ini, monster itu akan memanggil elemental tanah, air, api, dan angin tingkat tinggi, dan meluncurkan rentetan sihir AoE dengan efek luas.

Bila semuanya digabung, ruangan ini memiliki kekuatan untuk dengan mudah menghabisi 2 party penuh, yang terdiri dari 12 orang pemain dengan Lvl.100 dengan mudah.

Benar, ruangan ini adalah garis pertahanan terakhir yang melindungi jantung dari Nazarick.

Momonga berjalan melintasi Lemegeton dengan para pelayannya dan tiba di depan gerbang besar yang terletak di sisi lain.

Menjulang ke atas setinggi 5 meter, pintu ganda megah ini memiliki ukiran seorang dewi di sisi kiri dan seorang iblis di sisi kanannya. Ukirannya tampak begitu nyata, sampai-sampai rasanya mereka akan melompat keluar dari pintu dan mulai menyerang para musuh.

Walaupun kelihatannya mereka bisa bergerak, Momonga tahu kalau mereka sebenarnya tidak bisa melakukan itu.

──Jika mereka berhasil sampai ke titik ini, mari kita beri para pahlawan tersebut sambutan yang besar dan meriah. Ada banyak pemain bilang kalau kita ini jahat atau apalah, jadi mengapa tidak menunggu mereka dengan elegan di dalam ruangan seperti bos terakhir dalam sebuah game?

Itu karena usulan ini telah diterima dengan suara mayoritas. Dan pengusulnya adalah...

"Urbet-san..."

Di antara semua anggota guild, Urbet Alain Odle adalah orang yang paling terpaku pada kata "jahat".

"Yah, bagaimanapun juga, dia kan menderita Chuunibyou..."

Melihat ke sekeliling aula, tampak cukup jelas bagi Momonga.

"...Patung-patung ini tidak akan menyerangku, kan?"

Kata-katanya penuh dengan kecemasan, dan wajar bagi dirinya untuk merasa seperti itu.

Bahkan Momonga sendiri tidak sepenuhnya paham dengan semua cara kerja yang ada pada bagian dalam dari labirin ini. Tidak mengejutkan rasanya bila ada beberapa anggota guild yang meninggalkan sesuatu yang aneh sebagai kado pengunduran diri. Orang yang mendesain pintu ini merupakan orang semacam itu.

Pernah ada kasus di mana mereka mengaktifkan golem kuat yang di buat oleh orang itu, dan ternyata pengaturan bertarung AI-nya rusak, yang menyebabkan golem itu mendadak menyerang semua yang ada disekitarnya. Namun, Momonga masih curiga dan yakin bahwa 'kesalahan' kesalahan tersebut sebenarnya adalah sesuatu yang disengaja.

"Luci★Fer-san, jika sesuatu seperti itu terjadi di hari seperti ini, aku benar-benar akan marah..."

Momonga dengan hati-hati menyentuh pintu─ tapi ternyata kekhawatirannya sia-sia. Sesuai dengan kemegahannya, pintu itu perlahan terbuka, layaknya pintu otomatis.

Suasana yang ada di sekitar Momonga tiba-tiba berubah.

Suasana sampai sekarang lebih mirip seperti ketenangan dan kekhidmatan yang biasa terasa dalam sebuah kuil, tapi pemandangan yang tampak dihadapannya ini benar-benar melampau itu. Dia merasa ditenggelamkan oleh perubahan suasana itu.

Interiornya sangat besar: tempat yang cukup luas untuk memuat ratusan orang dan masih ada tempat lain yang bisa digunakan, dan langit-langit yang sangat tinggi sehingga kamu harus mendongak ke atas untuk melihatnya. Dindingnya berwarna putih, dihiasi dengan berbagai hiasan emas. Bergantungan dari langit-langit, barisan lilin mewah yang terbuat dari permata berwarna pelangi, memberikan kesan keindahan yang fantastis. Dari langit-langit sampai ke lantai, ada total 41 spanduk raksasa dengan pola berbeda yang menghiasi dinding.

Ada tangga rendah yang kira-kira jaraknya sekitar 10 langkah yang terletak di bagian terdalam ruangan, dilapisi dengan emas dan perak, dan di bagian atas berdiri tahta mewah yang tampak seolah-olah tahta itu terbuat dari potongan kristal raksasa. Di dinding yang terletak di belakangnya adalah spanduk berwarna merah gelap berukuran besar dan memiliki lambang guild yang disulam di sana.

Ini adalah bagian terdalam dan terpenting dari Makam Besar Nazarick──Throne Room.

"Ooh..."

Bahkan Momonga merasa takjub dengan kebesaran yang dimiliki ruangan ini. Dia yakin bahwa ukuran ruangan ini mungkin memiliki peringkat nomor satu atau dua di seluruh Yggdrasil.

Ruangan ini merupakan tempat yang cocok untuk menghadapi saat-saat terakhir.

Momonga melangkah masuk kedalam aula; aula itu begitu luas, sampai-sampai rasanya setiap suara langkah kakinya akan ditelan oleh aula tersebut, dan kemudian dia mengalihkan pandangannya kepada NPC perempuan yang berdiri dekat tahta.

Mengenakan gaun putih bersih, ia adalah wanita cantik dengan wajah seorang dewi. Berbalik dengan gaunnya, ia memiliki rambut hitam legam berkilauan yang memanjang sampai ke pinggangnya.

Meskipun iris matanya berwarna emas dan pupil matanya terbelah secara vertikal tampak aneh, ia memiliki keindahan yang tiada tara. Namun, pada pelipis kiri dan kanannya ada dua tanduk tebal menonjol miring, dan pada pinggangnya ada sayap malaikat berwarna hitam. Mungkin karena bayangan yang di keluarkan dari tanduk itu, senyumannya yang mirip seperti dewi itu tampak seperti topeng yang menyembunyikan dirinya yang sebenarnya.

Ia mengenakan kalung bermotif jaring laba-laba berwarna emas yang menutupi bahu dan dadanya. Mengenakan sarung tangan yang terbuat dari sutra, tangan langsingnya memegang benda aneh yang tampak seperti tongkat sihir. Panjangnya kira-kira 45 cm, dan ada bola hitam yang mengapung di udara yang tampak di ujung tongkat.


Namanya, Momonga tidak lupa.

Namanya adalah Albedo, Pengawas dari Pengawas Lantai /Floor Guardian di Makam Besar Nazarick. Ia merupakan NPC yang bertugas untuk mengawasi ketujuh Floor Guardian, dan itu artinya ia memiliki peringkat tertinggi dari semua NPC lain yang ada di Makam Besar Nazarick. Karena alasan itulah, ia di ijinkan untuk berjaga di Ruang Tahta.

Momonga menatap Albedo dengan tajam dan bertanya-tanya:

"Aku tahu kalau sebelumnya dia sudah memiliki sebuah item kelas dunia, tapi bagaimana bisa sekarang dia memiliki 2?"

Di seluruh Yggdrasil, hanya ada 200 item kelas dunia.

Masing-masing dari mereka memiliki kemampuan unik tersendiri, dan beberapa diantaranya cukup kuat untuk menghancurkan keseimbangan permainan. Tentu saja, tidak semua item kelas dunia memiliki kemampuan penghancur permainan seperti itu.

Meskipun begitu, jika seorang pemain berhasil memperoleh item kelas dunia, reputasi pemain itu di Yggdrasil akan melambung ke tingkat tertinggi.

Ainz Ooal Gown sudah memiliki 11 item dengan kelas seperti itu, dan mereka juga merupakan guild dengan kepemilikan item legendaris terbanyak di Yggdrasil. Dibandingkan dengan guild lain, ada cukup jarak yang harus ditempuh, karena guild dengan peringkat dibawah mereka hanya memiliki tiga item legendaris.

Dengan persetujuan dari seluruh anggota guildnya, Momonga memiliki salah satu item terkuat itu. Sisanya tersebar di dalam Nazarick, dan kebanyakandiantaranya tersimpan di gudang di bawah perlindungan avatar.

Hanya ada satu penjelasan soal bagaimana Albedo mampu memegang harta rahasia tersebut tanpa sepengetahuan Momonga. Item tersebut di berikan kepadanya oleh anggota guild yang menciptakan Albedo sendiri.

Ainz Ooal Gown adalah guild yang menekankan suara mayoritas. Hal tersebut melarang setiap anggotanya untuk memindahkan harta karun yang dikumpulkan bersama oleh semuanya dengan seenaknya sendiri.

Dengan sedikit merasa jengkel, Momonga berpikir untuk mengambilnya kembali.

Tapi hari ini adalah hari terakhir, dan setelah mempertimbangkan seberapa besar kasih sayang rekan-rekannya terhadap Albedo, dia memutuskan untuk mengesampingkan masalah tersebut.

"Berhenti di sana."

Setelah tiba pada tangga yang menuju ke tahta, Momonga memerintahkan Sebastian dan Pleiades untuk berhenti mengikutinya.

Segera setelah ia mulai menaiki beberapa anak tangga, dia menyadari ada beberapa langkah kaki yang masih mengikuti di belangkangnya. Momonga hanya bisa tersenyum pahit─ tentu saja, ekpresi pada tengkoraknya tidak berubah sama sekali.

NPC tidak mengerti perintah lain di luar dari program asli mereka. Kamu harus menggunakan kata khusus agar mereka bisa menerima perintah. Telah melupakan fakta tersebut, Momonga menyadari bahwa dia belum pernah memberi perintah kepada NPC untuk waktu yang lama.

Setelah anggota guildnya pergi, Momonga farming sendirian dan mengumpulkan dana untuk mempertahankan Nazarick. Dia tidak membangun pertemanan dengan pemain lain, bahkan dia lebih memilih untuk menghindari mereka. Dia juga menghindari wilayah-wilayah berbahaya yang dulu sering dikunjungi oleh anggota guildnya.

Hari demi hari, dia terus menerus mengumpulkan uang dan menaruhnya ke dalam gudang sampai dia log out. Hampir tidak ada kontak dengan NPC.

"── Standby."

Bunyi langkah kaki berhenti.

Setelah Momonga memberi perintah dengan benar, dia menaiki langkah terakhir yang ada dihadapannya dan menghampiri tahta.

Momonga dengan terang-terangan menatap Albedo yang berdiri disampingnya. Di masa lalu, dia jarang mengunjungi ruangan ini, jadi dia tidak pernah memperhatikan Albedo secara khusus sebelumnya.

"Aku ingin tahu settingan seperti apa yang dia miliki."

Satu hal yang hanya diingat oleh Momonga tentang Albedo adalah perannya sebagai Pengawas dari Floor Guardian dan bahwa ia merupakan NPC dengan peringkat tertinggi di Makam Besar Nazarick.

Diserang oleh rasa keingintahuan, Momonga mengoperasikan konsolnya dan meneliti rincian pengaturan Albedo.

Susunan tulisan yang padat membanjiri pandangannya. Panjangnya setara dengan syair kepahlawanan. Tampaknya, membaca itu semua dengan pelan akan membuatnya melewati waktu penutupan server.

Dengan perasaan seperti telah menginjak ranjau, wajah tanpa ekspresi Momonga mulai gemetar. Jauh di dalam hatinya dia ingin memarahi dirinya sendiri karena telah melupakan bahwa anggota guild yang mendesain Albedo adalah orang yang sangat teliti.

Tapi karena dia sudah mulai membacanya, dia memutuskan untuk meneruskannya sampai akhir. Tanpa memperhatikan konten settingan yang sebenarnya, dia hanya meraba semua tulisan itu dengan tatapannya dalam sekejap.

Setelah melewati semua tulisan yang panjang, Momonga akhirnya tiba di bagian terakhir settingannya. Tapi setelah membaca apa yang tertulis disana, rentetan pikirannya tiba-tiba berhenti.

[Dia juga seorang nympho.]

Momonga kehabisan kata-kata.

"...Huh? Apa-apaan ini?!"

Momonga tak bisa menahan teriakannya. Berpegang pada keraguannya, dia berulang kali membaca kalimat tersebut, tapi kalimat itu tetap sama. Bahkan setelah ia berpikir selama beberapa saat, dia masih tidak bisa memikirkan arti lain dari kalimat tersebut.

"Nympho... Artinya dia memiliki nafsu seksual yang berlebihan?"

Masing-masing dari 41 anggota guild bertanggung jawab atas pengaturan setidaknya satu NPC. Apa mungkin salah satu dari mereka memutuskan untuk meletakkan settingan seperti itu pada karakter yang mereka buat sendiri? Momonga merasa bingung. Mungkin dia akan dapat menemukan makna lain yang tersembunyi setelah ia membaca seluruh settingannya dengan cermat.

Tapi di antara anggota guildnya, memang ada beberapa orang yang mampu memikirkan settingan yang berbeda dan aneh seperti itu. Salah satu dari mereka adalah 'Tabula Smaragdina', pencipta Albedo.

"Ah, dia itu tergila-gila dengan disonansi karakter, kan? Tapi meskipun begitu..."

Tapi meskipun begitu, bukankah ini berlebihan?

Setiap NPC yang di buat oleh masing-masing anggota merupakan bagian dari peninggalan guild. Momonga merasa kecewa tentang Albedo, yang memiliki peringkat tertinggi di antara NPC, ternyata memiliki settingan seperti itu.

"Hmm..."

Apa tidak apa-apa bagi dirinya untuk memodifikasi NPC yang telah dibuat oleh anggota guildnya dengan pengorbanan besar? Setelah melalui berbagai pertimbangan, Momonga mengambil kesimpulan.

"Ayo ganti itu."

Kini setelah Guild Weapon berada dalam posesinya, dia telah menjadi seorang guildmaster yang sesungguhnya. Harusnya tidak apa-apa bagi dirinya untuk menggunakan hak khusus yang dia miliki. Keraguan Momonga menghilang dan diganti oleh pemikiran logikanya yang tak beralasan, bahwa seharusnya dia memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh anggota guildnya.

Momonga mengulurkan tangannya yang sedang menggenggam tongkat. Biasanya, dia harus menggunakan alat pengedit untuk mengubah sebuah settingan, tapi karena sekarang dia sedang menggunakan haknya sebagai guildmaster, dia dapat mengaksesnya secara langsung. Mengoperasikan konsolnya, dia segera menghapus kalimat tersebut.

"Untuk sementara, itu bagus."

Sambil menatap pada tempat kosong dalam settingan Albedo, Momonga berpikir selama beberapa saat.

Mungkin aku harus menambahkan sesuatu...

"Tidak, itu konyol."

Menertawakan ide yang muncul di pikirannya, dia menekan tombol pada konsolnya. Yang ia tulis adalah sebuah kalimat:

[Dia juga jatuh cinta dengan Momonga.]

"Wow, itu malah membuatku merasa malu."

Menyembunyikan wajahnya di balik kedua tangannya, Momonga merasa sangat malu atas tindakannya. Rasanya seperti dia telah memprogram pacar idamannya lengkap dengan alur cintanya. Walaupun pada mulanya dia ingin menggantinya lagi, dia memutuskan untuk membiarkannya saja. Hari ini permainan akan berakhir, dan rasa malu yang ia rasakan akan segera menghilang. Pada akhirnya, bagian yang dia hapus dia tambahkan dengan kalimat yang kira-kira sama panjangnya. Jika ada sedikit bagian kosong tersisa, Momonga akan merasa buruk tentang hal itu.

Duduk di kursi tahta, sambil merasa malu dan agak puas, Momonga melihat ke sekeliling ruangan dan menyadari bahwa Sebastian dan Pleiades masih tetap berdiri dan tidak bergerak. Walaupun mereka tengah berada di tempat yang sama, Momonga masih agak merasa kesepian.

Kalau tidak salah ada perintah seperti ini.

Momonga mengingat perintah yang tidak pernah dia gunakan di masa lalu. Dia menjulurkan tangannya dan perlahan menggerakannya kebawah.

"Berlutut."

Albedo, Sebastian dan Pleiades berlutut secara serentak.

Semuanya sudah siap.

Momonga mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam hologram.

23:55:48

Tepat pada waktunya untuk saat-saat terakhir.

Mungkin GM sudah mulai menyampaikan pengumuman dan menembakan kembang api di luar sana. Namun, duduk di dalam sini sambil mengenang masa lalu, dan benar-benar terisolasi dari dunia luar, Momong tidak mungkin bisa mengetahui itu.

Momonga menyandarkan punggungnya pada tahta dan perlahan mendongak ke atas dan menghadap langit-langit.

Mengingat bagaimana markas legendaris ini yang telah menghancurkan pasukan ekspedisi besar di masa lalu, Momoga berpikir bahwa mungkin akan ada beberapa pemain yang mencoba untuk menyerang Nazarick pada hari terakhir.

Dia menunggu. Untuk menerima tantangan terakhir sebagai guildmaster.

Walaupun dia telah mengirim email pada sahabat-sahabat lamanya, hampir tidak ada satupun dari mereka yang datang.

Dia menunggu. Untuk menyambut sahabatnya terakhir kali sebagai guildmaster.

Sekarang kita adalah peninggalan masa lalu...

Momonga berpikir didalam hatinya.

Guild ini sekarang memang berupa cangkang kosong, namun dahulu guild ini juga pernah memiliki masa-masa jayanya untuk waktu yang lama.

Matanya menatap pada berbagai spanduk besar yang tergantung dari langit-langit. Jumlah totalnya adalah 41. Satu spanduk untuk setiap anggota guild, masing-masing dengan desain yang berbeda-beda. Momonga mengangkat jarinya yang tak memiliki daging dan menunjuk pada salah satu spanduk.

"Aku."

Lalu dia memindahkan arah jarinya menuju spanduk yang ada di sebelahnya. Spanduk itu dimiliki oleh salah satu anggota Ainz Ooal Gown─ bukan, tapi salah satu dari pemain terkuat di Yggdrasil. Pendiri guild dan orang yang pernah mempertemukan bersama "First Nine". (9 anggota pertama)

"Touch Me."

Berikutnya, ia menunjuk spanduk milik orang yang bekerja sebagai profesor universitas di dunia nyata, yang juga anggota tertua di Ainz Ooal Gown.

"Shi-juuten Suzaku."

Jarinya bergerak semakin cepat, menunjuk spanduk yang dimiliki oleh salah satu dari 3 anggota perempuan Ainz Ooal Gown.

"Azuki Mochi."

Momonga dengan lancar mengucapkan nama-nama pemilik spanduk.

"Meromero, Perorontino, Simmering Teapot, Tabula Smaragdina, Takemikazuchi, Variable Talisman, Genjiro──"

Mengingat nama-nama dari 40 sahabatnya bukanlah hal yang sulit bagi Momonga.

Nama-nama dari temannya masih tercetak dengan jelas di dalam hatinya.

Momonga menyandarkan punggungnya yang lelah di kursi tahta.

"Benar, itu sangat menyenangkan..."

Selain biaya bulanan, Momonga menghabiskan hampir sepertiga gaji bulanannya untuk pembelian tunai. Itu bukan karena pemasukannya sangat tinggi, namun hanya karena dia tidak memiliki hobi lainnya, jadi dia menghabiskan sebagian besar uangnya di Yggdrasil.

Permainan ini memiliki sistem di mana pemain bisa membayar biaya untuk berpartisipasi dalam sebuah undian untuk memenangkan item langka, dan Momonga telah menghabiskan sebagian besar uangnya pada undian tersebut. Setelah mengeluarkan uang yang jumlahnya tidak sedikit, dia berhasil memperoleh banyak item langka yang berbeda. Tapi setelah mendengar bahwa salah satu anggota guildnya berhasil memenangkan undian hanya dengan menggunakan uang makan siangnya, Momonga benar-benar merasa iri.

Karena setiap anggota dari Ainz Ooal Gown merupakan anggota dari masyarakat sosial dan memiliki pekerjaan masing-masing, semua orang pernah menghabiskan uang untuk melakukan pembelian tunai, namun Momonga berada dalam kelas yang berbeda.

Separah itulah kecanduannya. Melakukan petualangan memang merupakan hal yang menarik, tapi berkeliaran dengan bebas bersama rekan-rekannya adalah hal yang paling menyenangkan dari itu semua.

Bagi Momonga yang tidak punya teman maupun keluarga yang tersisa di dunia nyata, kenangannya waktu dia menghabiskan bersama temannya di Ainz Ooal Gown adalah satu-satunya hal yang dia miliki.

Hari ini, guild itu akan menghilang.

Dengan hati yang penuh dengan kecemasan dan penyesalan, dia mengepalkan tangannya yang sedang menggenggam tongkat. Momonga hanyalah orang biasa, dia tidak mempunyai kekuatan finansial atau koneksi yang bisa merubah kenyataan ini. Dia hanya bisa menunggu saat waktu bagi semua pemain yang ada di server ini habis.

Jam hologram menunjukan angka 23:57. Server akan berakhir pada pukul 0:00.

Waktu hampir habis. Dunia virtual ini akan berakhir dan aku akan kembali ke kehidupanku sehari-hari.

Ini wajar. Orang tidak bisa tinggal di dalam dunia virtual, jadi cepat atau lambat semua orang akan pergi meninggalkannya.

Besok aku harus bangun jam 4 pagi. Aku perlu tidur segera setelah server ditutup, sehingga itu tidak akan mempengaruhi pekerjaanku besok.

23:59:35,
36,
37...

Momonga perlahan menghitung jalannya waktu.

23:59:48,
49,
50...

Momonga menutup matanya.

23:59:58,
59─

Dengan menghitung detik-detik yang tersisa, dia menunggu akhir dari dunia fantasi ini─

Dan akhirnya dipaksa log out─

0:00:00...
1,
2,
3...

"...Huh?"

Momonga membuka matanya.

Dia tidak kembali ke kamarnya yang biasa. Dia masih duduk di Throne Room dalam Yggdrasil.

"Apa yang terjadi?"

Waktunya benar. Saat ini seharusnya dia sudah di log out secara paksa karena server telah ditutup.

0:00:38

Ini sudah melewati waktu pengumuman dan kecuali ada kesalahan pada sistem, tidak mungkin bagi sistem untuk mendapatkan masalah seperti ini.

Momonga melihat sekelilingnya dengan bingung, sambil mencari penjelasan.

"Apa mereka menunda penutupannya? Atau apakah mereka memutuskan menunda akhir dari permainan ini karena mereka tidak bisa mematikan servernya?"

Berbagai penjelasan muncul di dalam pikirannya, tapi tak ada satupun diantaranya yang terlihat sebagai jawaban yang benar. Penjelasan yang paling bisa diterima adalah penundaan penutupan server karena kesalahan di dalam sistem.

Jika itu terjadi, seharusnya sekarang GM akan membuat pernyataan. Momonga buru-buru mencoba untuk mencari berita apapun soal penutupan server pada kolom chatting─ tapi mendadak ia menghentikan itu.

Tak ada tampilan kontrol.

"Apa yang...?"

Walaupun Momonga merasa cemas dan bingung, dia juga sedikit terkejut oleh ketenangannya sendiri. Dia mencoba semua fungsi yang bisa digunakan di dalam permainan: Akses Sistem Paksa, Chat, Memanggil GM, Log Out dan sebagainya──

Tidak ada yang berfungsi, rasanya seperti dia benar-benar dihapus dari sistem.

"...Apa-apaan yang sedang terjadi disini?!"

Teriakan marahnya bergema di Throne Room yang kemudian memudar.

Terjadinya hal seperti itu pada hari terakhir, ketika seharusnya semuanya telah berakhir... Apakah sebenarnya developer permainan ini menipu semua orang?

Suara Momonga terdengar seperti berapi-api, dan dia merasa frustasi karena tidak bisa mendapatkan akhir yang gemilang. Wajarnya, seharusnya tidak ada balasan yang muncul dari teriakan amarahnya.

Namun...

"Apa semuanya baik-baik saja, Momonga-sama?"

Itu pertama kalinya Momonga mendengar suara perempuan yang terdengar manis ini.

Walaupun terkejut, Momonga mulai mencari sumber dari suara itu. Ketika dia menemukan siapa yang mengucapkan pertanyaan tersebut, dia kehabisan kata-kata.

Balasan itu berasal dari seorang NPC─ Itu adalah Albedo.

***


Terletak di perbatasan antara Kekaisaran Baharuth dan Kerajaan Re-Estize, di bagian selatan dari pegunungan Azellerisia, merupakan hutan luas yang dinamakan 'Hutan Besar Tove'. Di pinggiran hutan ini, berdiri sebuah desa bernama Carne.

Desa itu memiliki jumlah penduduk sekitar 120 orang, yang di bagi ke dalam 25 keluarga. Untuk ukuran desa yang terletak di daerah perbatasan dari Kerajaan Re-Estize, jumlah itu bukanlah hal yang tidak biasa.

Mata pencaharian utama para penduduk berasal dari hutan dan hasil panen mereka, karena hampir tak ada pengunjung kecuali beberapa dokter yang sedang mencari tanaman obat dan penagih pajak yang datang sekali dalam setahun. Carne adalah desa yang membeku dalam waktu.

Para penduduk langsung berjibaku dengan kesibukan sesaat setelah mereka bangun di pagi hari. Tinggal di desa yang tidak memiliki lampu sihir, 'Cahaya Abadi', mereka bekerja mulai dari terbit sampai tenggelamnya matahari, seperti itulah kehidupan mereka.

Tugas pertama yang harus diselesaikan oelh Enri Emmott setiap harinya adalah pergi ke sumur terdekat dan menimba air. Menimba air merupakan tugas bagi anak perempuan, dan setelah tampungan air yang ada di dalam rumahnya penuh, tugas pertamanya pada hari itu akan selesai. Setelah itu, ibunya akan menyiapkan makan pagi, dan keluarganya yang terdiri dari rempat orang akan menikmati makan pagi bersama-sama.

Makan pagi terdiri dari jelai gandum rebus atau bubur gandum, dan juga sedikit tumis sayuran. Terkadang mereka juga akan memakan buah-buahan. Setelah bersantap bersama orang tuanya, adik perempuannya yang berusia 10 tahun akan pergi ke hutan untuk mengumpulkan kayu bakar kering, atau membantu di ladang. Di tengah desa─ setelah lonceng berbunyi menandakan siang hari, semua orang akan beristirahat di dekat alun-alun untuk makan siang bersama.

Makan siang terdiri dari roti hitam yang sudah berusia beberapa hari, ditemani dengan sedikit sup daging cacah. Setelah itu mereka akan lanjut bekerja di ladang, dan setelah matahari terbenam, semua orang akan pulang ke rumah masing-masing untuk makan malam.

Seperti makan siang, makan malam juga terdiri dari roti hitam, bersama dengan sup kacang. Jika para pemburu berhasil menangkap beberapa hewan, maka menu makan malam akan ditambahkan dengan beberapa daging. Setelah makan malam, semua orang akan menggunakan cahaya dari dapur dan mengobrol dengan riang, sambil menjahit pakaian yang robek.

Mereka akan tidur sekitar jam 8 malam.
Enri Emmott lahir 16 tahun yang lalu, dan sampai hari ini ia sama sekali belum pernah meninggalkan desa. Ia bertanya-tanya, akankah hari-harinya selalu tetap sama?

Seperti hari-hari biasanya, Enri bangun dari tempat tidurnya dan pergi ke sumur untuk menimba air. Biasanya dia membutuhkan sekitar 3 pulang-pergi dari rumah ke sumur untuk memenuhi penampung air besar.
"Yosh"
Enri melipat lengan bajunya dan menunjukkan kulit putihnya yang menarik mata yang jarang terkena sinar matahari. Bekerja di ladang telah membuat tangannya langsing, namun berotot.

Walaupun kendi berisi air yang ia bawa terasa lumayan berat, Enri mampu dengan mudah mengangkatnya.
Jika kendi tersebut diisi sampai penuh, maka perjalanan yang harus ia tempuh akan menjadi lebih sedikit, dan itu artinya tugasnya jadi lebih cepat selesai kan?
Tapi kendi itu tidak boleh menjadi terlalu berat bagi dirinya untuk diangkat. Sambil memikirkan itu, Enri mulai berjalan pulang ke rumahnya. Di perjalanan pulang, ia mendengar suara dan setelah berbalik ke arah datangnya suara itu, benaknya menjadi tegang dan dipenuhi oleh rasa takut.

Suara yang ia dengar adalah suara pintu yang didobrak. Diikuti oleh─
"Jeritan──?"

Suara itu terdengar seperti jeritan burung yang lehernya tercekik, tapi sudah jelas bukan burung yang mengeluarkan jeritan itu. Enri mau tak mau merasa merinding. Ia tidak ingin mempercayainya. Itu pasti hanyalah imajinasinya, itu jelas-jelas bukan teriakan manusia. Banyak pikiran ngeri yang melintasi pikirannya.

Ia harus buru-buru, karena jeritan itu tampaknya datang dari arah rumah keluarganya.
Ia membuang kendi air yang ia bawa, karena mustahil bagi dirinya untuk berlari sambil membawa benda yang berat tersebut.

Walau ia hampir tersandung karena menginjak pakaiannya, ia dengan cepat mengembalikan keseimbangan tubuhnya.
Suara itu datang lagi.
Jantung Enri berdebar-debar.
Tidak salah lagi, itu pasti adalah jeritan manusia.
Ia terus berlari, berlari dan berlari.
Tak pernah sekalipun dalam hidupnya ia pernah berlari secepat itu, ia berlari sampai ia tersandung oleh kakinya sendiri...

Suara dari kuda, jeritan dan teriakan orang-orang.
Semuanya menjadi semakin jelas.
Di hadapan kedua mata Enri, dari kejauhan, ia bisa melihat orang-orang asing berbaju zirah lengkap mengarahkan pedang mereka kepada para penduduk.
Di atas tanah, ada seorang penduduk desa yang mengalami luka fatal akibat tusukan.
"Pak Morjina..."

Dalam desa kecil tersebut, tidak ada orang yang diperlakukan seperti orang asing, semua orang adalah bagian dari satu keluarga. Jadi Enri mengenali penduduk desa yang terbunuh di hadapannya.

Walau terkadang pria ini kerap berisik, dia merupakan orang baik dan tidak pantas untuk mati seperti ini. Sempat berpikir untuk menghentikan langkahnya─ Enri menggigit bibirnya dan terus melaju.

Jarak untuk mengangkut air yang aslinya tidak begitu jauh sekarang terasa seperti tak ada akhirnya. Angin membawa suara-suara jeritan dan caci maki ke dalam telinganya. Akhirnya, rumahnya terlihat.

"Ayah! Ibu! Nimu!"
Sambil berteriak memanggil keluarganya, Enri membuka pintu dan melihat keluarganya yang tidak bergerak dengan wajah yang penuh dengan rasa takut. Namun, setelah Enri masuk melalui pintu, ekspresi mereka tampak menjadi agak tenang, menunjukan kelegaan mereka.

"Enri! kamu baik-baik saja!"
Ayahnya, dengan kedua tangannya yang berotot karena bekerja di ladang, mendekap Enri.

"Ahh, Enri..."
Ibunya memberikan pelukan hangat.

"Bagus, Enri juga telah kembali, sekarang ayo kita cepat-cepat melarikan diri!"
Sekarang, keadaan yang dialami keluarga Emmott saat ini benar-benar gawat. Mereka khawatir saat Enri belum kembali pulang, yang membuat mereka kehilangan kesempatan untuk melarikan diri. Mereka kini sedang berhadapan dengan bahaya yang mengancam.

Tapi ketakutan mereka terlalu cepat berubah menjadi kenyataan pahit.
Di saat mereka hendak pergi melarikan diri─ tampak bayangan seseorang memasuki pintu. Berdiri di bawah sinar matahari adalah orang yang mengenakan baju zirah lengkap dengan membawa lambang Kekaisaran Baharuth. Di tangannya, dia menggenggam sebuah sarung pedang.
Kekaisaran Bahamuth terus menerus berperang dengan tetangganya, Kerajaan Re-Estize. Tapi penyerbuan hanya akan terjadi di dekat Kota Benteng Re-Lantier, dan mereka tidak pernah mencapai desa ini sebelumnya.

Kehidupan tenang di desa Carne mendadak berhenti.
Dari celah yang ada di helm, terasa seperti ada dua mata yang sedang menatap dingin keluarga Enri. Enri merasa ketakutan saat ia melihat ke dalam matanya.
Ksatria itu menggengam pedangnya, bunyi deritan bisa di dengar dari cara dia menggengam pedangnya.
Saat dia hendak memasuki rumah──

"Huargh!"

"Ergh!"

Ayah Enri menerjang ke arah ksatria itu, kemudian mendorong tubuhnya hingga mereka berdua keluar dari pintu.

"Lari!"

"Kamu!"
Ada darah yang mengucur di wajah ayahnya, dari luka yang disebabkan oleh benturannya dengan sang ksatria.

Ayahnya dan ksatria itu, keduanya bertarung melawan satu sama lain di atas tanah. Ksatria itu menekan ayahnya ke bawah dengan menggunakan pedang, dan di saat yang sama, ayahnya berusaha menghentikan pedang ksatria itu.
Melihat ayahnya berdarah, pikiran Enri menjadi kosong; ia tidak tahu, apakah dia harus membantu ayahnya atau cepat-cepat melarikan diri:

"Enri! Nimu!"
Teriakan ibunya membuatnya sadar kembali, Enri melihat ibunya menggelengkan kepalanya dengan ekspresi menderita.

Enri meraih tangan adiknya dan mulai lari. Walau dilanda dengan perasaan bersalah dan keraguan, ia memutuskan untuk lari ke dalam hutan dengan cepat.

Suara-suara kuda, jeritan, benturan logam dan bau sesuatu yang terbakar.
Dari setiap sudut desa, situasi ini merasuk ke dalam telinga, mata dan hidung Enri. Sebenarnya, darimana mereka berasal? Enri berusaha untuk mencari tahu sambil berlari. Berlari hingga tubuhnya sudah tidak bisa melakukan itu lagi, atau bersembunyi di sudut-sudut rumah. Rasa takut terus mengancam untuk mengambil alih tubuhnya, dan detak jantungnya yang begitu cepat tidak hanya disebabkan karena ia tengah lari. Walau begitu, sentuhan tangan kecil yang sedang menggengam tangannya memberinya motivasi untuk terus berlari.
──Nyawa adik perempuannya.

Ibunya, yang tengah berlari di depan mereka, tiba-tiba berhenti di dekat persimpangan dan berbalik. Ia berlari kembali, dan memberi isyarat kepada Enri untuk berlari ke arah lain. Sambil memikirkan mengapa ibunya memilih untuk melakukan hal seperti itu, Enri cepat-cepat mengatupkan bibirnya dan menahan air mata yang akan menetes dari kedua matanya. Ia meraih tangan adiknya dan lari, tidak ingin tinggal di tempat itu lebih lama dari yang diperlukan. Takut dengan apa yang mungkin akan ia lihat dalam pemandangan itu.

***

"Momonga-sama, apakah ada masalah?"
Albedo mengulang pertanyaannya. Momonga tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Karena ada begitu banyaknya hal-hal yang tidak bisa ia pahami sekaligus, pikirannya menjadi kosong.

"Aku minta maaf."
Momonga hanya bisa berdiri dan menatap Albedo dengan bloon.

"Apakah ada sesuatu yang salah?"
Wajah cantik Albedo mengamati Momonga dengan perlahan. Aroma wangi memasuki hidung Momonga. Wewangian itu membawa pikiran Momonga kembali ke jalur yang benar, dan perlahan-lahan dia mulai kembali ke kenyataan.

"Bukan...itu... tidak, tidak ada masalah."
Momonga bukan termasuk tipe orang yang akan menggunakan bahasa formal ketika sedang berbicara dengan boneka. Tapi... Setelah mendengar pertanyaan Albedo, dia tidak sengaja menjawab dengan menggunakan bahasa formal. Karena dari sikap dan cara bicara yang ditunjukkan oleh Albedo, tidak mungkin bagi Momonga untuk menghiraukan tindakannya yang benar-benar mirip seperti manusia.

Walau Momonga mampu dengan jelas melihat seberapa anehnya perilaku yang ditunjukkan Albedo, dia masih belum bisa memahami dengan apa yang sebenarnya tengah terjadi. Dalam situasi seperti ini, satu-satunya hal yang bisa dia lakukan hanyalah mencoba untuk menekan rasa takut dan terkejut yang melanda dirinya, namun karena Momonga hanyalah orang biasa, dia tidak berhasil melakukan itu.

Di saat Momonga ingin mulai menjerit dalam kepanikan, sebuah ingatan dari seorang anggota guildnya muncul di dalam pikirannya.
──Kekacauan adalah sumber kegagalan bagi sebuah negeri, kamu harus selalu menjaga pikiran sehat dan cara berpikir logika. Tetap tenang, rencanakan kedepan, dan jangan buang-buang waktumu untuk memikirkan hal-hal yang sepele, Momonga-san.

Memikirkan itu, Momonga menjadi tenang.
Kepada Zhuge Liang-nya Ainz Ooal Gown - Moe Dress Girl, Momonga mengungkapkan rasa terima kasihnya.

"...Apakah ada sesuatu yang terjadi kepada anda?"

Albedo dengan wajah cantiknya kembali bertanya saat ia berdiri di dekat Momonga, yang membuat Momonga hampir merasakan aroma wangi yang ia pancarkan. Walaupun pada akhirnya dia berhasil menenangkan diri, dia hampir kehilangan ketenangan itu lagi dalam sekejap.

"...Fungsi untuk memanggil GM tampaknya gagal."
Dihadapkan dengan Albedo yang tampak imut, Momonga mau tak mau menanggapi NPC tersebut.

Tidak pernah sekalipun dalam seumur hidupnya, Momonga pernah memiliki pengalaman semacam ini dengan seseorang dari lawan jenisnya, terutama tidak dengan suasana semacam ini. Meskipun dia tahu bahwa Albedo hanyalah seorang NPC, melihat ekspresi dan sikapnya yang mirip seperti manusia, mau tak mau Momonga merasa jantungnya berdebar.

Tapi detak jantungnya yang terus meningkat ia tekan agar ia bisa kembali tenang. Meski Momonga terganggu oleh debaran jantungnya yang mendadak meningkat, dia mengingat kata-kata bijak yang disampaikan oleh salah satu anggota guildnya.

Tapi apa benar begitu?

Momonga menggelengkan kepalanya, sekarang bukan waktunya untuk memikirkan masalah tersebut.

"...Mohon maafkan saya karena tidak bisa menjawab pertanyaan Momonga-sama tentang GM. Maafkan saya karena telah gagal dalam memenuhi harapan anda, bila ada situasi di mana saya dapat menebus kesalahan saya, dengan senang hati saya akan memenuhinya. Mohon beri saya perintah anda yang selanjutnya."

...Kedua orang ini tengah berbicara dengan satu sama lain, tak ada kesalahan tentang itu.
Menyadari itu, Momonga sangat terkejut sampai-sampai dia lupa untuk bicara.
Tidak mungkin. Ini jelas-jelas mustahil.

NPC ini bisa bicara. Bukan, seorang NPC bisa bicara dengan menggunakan sistem self automated speech, karena ada banyak teriakan dan sorak-sorai yang bisa di download oleh para pemain. Namun, untuk benar-benar berkomunikasi dengan seorang NPC merupakan sesuatu yang tidak memungkinkan. Bahkan barusan, Sebastian hanya bisa memahami perintah sederhana.

Lalu, hal seperti apa yang mampu menyebabkan itu terjadi? Apakah hanya Albedo yang mengalami perubahan?

Dengan gerakan tangannya, Momonga memberi Albedo perintah untuk duduk, yang mana Albedo turuti dengan wajah yang penuh dengan penyesalan. Momonga kemudian mengalihkan pandangannya ke arah kepala pelayan dan 6 pelayan wanitanya.

"Sebastian! Pleiades!"

"Ya!"
Menjawab dengan serempak, mereka semua mengangkat kepala mereka.

"Majulah ke hadapan kursi tahta."
"Baik, Tuanku."
Lagi, dengan serempak, mereka berdiri dan berjalan menuju tahta. Sekali lagi mereka berlutut di sana.

Pada saat itu, dua hal menjadi jelas.
Pertama, sekalipun tanpa mengatakan perintah khusus, NPC dapat memahami perintah sederhana.
Kedua, tidak hanya Albedo seorang yang bisa bicara.

Setidaknya, semua NPC di Throne Room menjadi aneh.
Saat Momonga memikirkan itu, dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang aneh mengenai Albedo, yang masih berdiri disamping dirinya. Ingin mengklarifikasi ini, Momonga menatap Albedo dengan tatapan tajam.
"─Apakah ada sesuatu yang telah terjadi? Apakah aku telah melakukan suatu kesalahan...?"

"...!"
Setelah pada akhirnya menyadari apa yang salah, dia tidak bisa mengeluarkan suara dan hanya bisa terkesiap kaget.

Perasaan yang aneh muncul dari perubahan ekspresi. Mulutnya bergerak, dan bahkan bisa mengeluarkan suara──
"... Mungkin...kah!"
Momonga buru-buru menaruh tangannya pada mulutnya dan mencoba untuk mengeluarkan suara.
──Mulutnya bergerak.

Sudah jadi akal sehat bagi semua orang, bahwa di dalam DMMORPG, menggerakkan mulut dan berbicara pada saat yang sama itu adalah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan.

Penampilan dari ekspresi wajah pada dasarnya tidak bisa dirubah, dan jika ini benar, maka seharusnya masih tidak ada ekspresi wajah pada desain ini.

Dan juga, wajah Momonga hanyalah sebuah tengkorak, yang tidak memiliki lidah ataupun tenggorokan. Melihat ke bawah pada tangannya, yang dia lihat hanyalah kerangka tangan yang sama sekali tidak memiliki kulit. Dia bahkan tidak memiliki organ dalam atau paru-paru, jadi bagaimana mungkin dia bisa berbicara?
"Tidak mungkin...."

Momonga tiba-tiba merasa bahwa seluruh akumulasi akal sehat yang ia miliki mengalami disintegrasi, dan pada saat yang sama dia merasa gelisah. Sambil menekan keinginannya untuk berteriak, hatinya tiba-tiba kembali menjadi tenang. Momonga dengan keras menghantam salah satu sandaran tangan kursi tahta, tapi tepat seperti apa yang ia duga, tidak ada indikasi kerusakan yang terlihat.

"...Apa yang harus aku lakukan... Apakah ada ide yang bagus...?"
Dengan tanpa adanya sedikitpun pemahaman tentang situasi yang ia alami saat ini, Momonga juga mulai merasa marah, karena tidak ada seorang pun yang ada di sekitarnya yang mampu memberikan bantuan kepada dirinya.
Maka hal yang paling penting untuk dilakukan sekarang adalah─ mencari petunjuk.
"─Sebastian."

Mengangkat kepalanya, Sebastian menunjukkan ekspresi tulus, dan terasa seperti orang sungguhan.
Seharusnya tidak ada masalah dengan memberinya perintah kan? Meskipun aku tidak tahu dengan apa yang akan terjadi nantinya, apakah semua NPC di Nazarick ini setia padaku? Mereka jelas-jelas bukan lagi NPC yang kami buat bersama-sama.

Merasa gelisah dengan banyaknya pertanyaan yang berenang di dalam pikirannya, Momonga menekan emosi itu. Dalam hal ini, kandidat yang paling cocok untuk mencari petunjuk adalah Sebastian. Meskipun ada Albedo di sampingnya, Momonga membuat keputusan dan memilih Sebastian.
Sambil berpikir seperti bos dengan jabatan tinggi yang memberi perintah kepada pegawainya, Momonga memperlihatkan sikap atasan dan memberi perintah:
"Tinggalkan Nazarick dan selidiki wilayah yang ada di sekitarnya. Jika ada makhluk yang cerdas atau bersahabat, undang mereka kemari. Bila terjadi negosiasi, pastikan lawan bicaramu merasa senang. Radius penyelidikan adalah satu kilometer dan coba hindari pertarungan."

"Baik, Momonga-sama. Saya akan menjalankan perintah anda."
Di Yggdrasil, NPC yang di buat untuk melindungi suatu tempat tertentu, tidak mungkin bisa meninggalkan area tersebut. Namun, aturan itu sekarang sudah tidak berlaku.
Tidak, masalah tersebut baru bisa di tentukan setelah Sebastian mampu benar-benar meninggalkan Makam Besar Nazarick.
"...Bawa anggota Pleiades bersamamu. Jika ada keadaan di mana kamu harus mundur, bawa kembali informasi yang telah kamu kumpulkan ke sini."

Dengan begitu, langkah pertama telah diambil.
Momonga melepaskan genggamannya pada Staff of Ainz Ooal Gown.
Tongkat itu tidak terjatuh ke tanah, tapi mulai melayang, seolah-olah ada seseorang yang memeganginya di udara. Walau itu benar-benar bertentangan dengan hukum fisika, namun itu adalah hal yang biasanya terjadi di dalam permainan. Situasi di mana item melayang di udara ketika di lepaskan bukanlah hal yang jarang terjadi di Yggdrasil.
Beberapa roh muncul dari dalam tongkat itu dan menunjukan ekspresi menderita, dan kemudian melilit tangan Momonga, yang mana hal tersebut tidak dipedulikan olehnya. Kejadian semacam itu bukanlah sesuatu yang sangat jarang terjadi... namun, efek seperti ini tidak terlalu mengejutkan baginya, jadi Momonga memutar-mutar jarinya dan menghilangkan roh tersebut.

Momonga melipat tangannya dan mulai merenung.
Langkah selanjutnya adalah──
"...menghubungi perusahaan game."
Mempertimbangkan situasi aneh yang tengah dialami Momonga, orang yang paling mengetahui mengenai hal tersebut seharusnya adalah perusahaan game yang menjalankan Yggdrasil itu sendiri.

Yang menjadi masalah adalah cara untuk menghubungi mereka. Biasanya orang akan menggunakan fungsi [Shout] atau [Call GM] untuk melakukan kontak langsung, namun tampaknya metode itu tidak bisa digunakan untuk saat ini...

"Message?"

Itu adalah sihir perpesanan dalam permainan.
Normalnya, sihir itu hanya bisa digunakan dalam tempat atau keadaan tertentu.
Biasanya kamu hanya bisa menggunakan ini dalam suatu tempat atau keadaan tertentu, tapi sekarang sihir itu bisa dimanfaatkan dengan baik. Sementara sihir ini bisa di gunakan untuk berkomunikasi dengan pemain lain, namun masih belum diketahui apakah sihir tersebut bisa digunakan untuk memanggil seorang GM.

Dan di situasi yang aneh seperti ini, tidak ada jaminan bahwa sihir itu masih berfungsi.

"...Tapi..."
Itu masih layak untuk diselidiki.

Momonga adalah penyihir tulen. Kalau dia tidak bisa menggunakan sihir, jangankan bertarung, bahkan mobilitas dan kemampuannya untuk mengumpulkan informasinya pun akan berkurang secara signifikan. Dalam situasi seperti ini, di mana semua hal masih tidak diketahui, sangat penting bagi dirinya untuk memastikan apakah sihir masih bisa digunakan. Dan itu harus diketahui secepatnya.

Jadi apakah ada tempat dimana dia bisa menggunakan sihir─ Momonga melihat ke sekeliling Throne Room dan menggelengkan kepalanya.
Walau ini merupakan keadaan darurat, dia tidak ingin menjadikan Throne Room sebagai subyek percobaan sihirnya. Sambil memikirkan tentang tempat yang cocok, sebuah tempat tertentu melintas ke dalam pikirannya.
Di samping kemampuannya sendiri, ada hal-hal lain yang ingin dia pastikan.
Dan itu adalah kekuasaannya. Dia perlu mengetahui apakah kekuasaannya sebagai pemimpin dari Ainz Ooal Gown masih ada.
Meskipun NPC dihadapannya terlihat setia, ada banyak NPC di Makam Besar Nazarick yang sama kuatnya dengan Momonga. Dia perlu memastikan apakah mereka semua masih setia kepada dirinya.

Namun──

Momonga menatap para pelayan wanita dan Sebastian yang tengah berlutut, lalu menatap pada Albedo yang ada di sampingnya.
Albedo menunjukkan senyuman kecil di wajahnya. Yang bisa digambarkan sebagai sesuatu yang sangat indah, namun itu juga tampak seperti senyum gelisah yang terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu, yang memberikan Momonga firasat buruk.

Apakah kesetiaan para NPC masih tetap sama? Jika ini adalah kenyataan, setelah bertemu dengan atasan yang tidak kompeten, seorang pegawai akan kehilangan kepercayaan kepada atasannya, jadi reaksi para NPC ini seharusnya juga sama, kan? Atau mereka tidak akan pernah mengkhianati seseorang selama mereka diprogram untuk setia?

Jika kesetiaan mereka bisa digoyahkan, lalu apa yang bisa dilakukan untuk menjaganya? Memberi mereka penghargaan? Ada banyak benda berharga di gudang guild. Meskipun menggunakan harta-harta tersebut akan membuat rekan-rekan lamanya sedih, karena ini merupakan keadaan darurat yang menyangkut nasib dari Ainz Ooal Gown, mereka akan mengerti. Hanya saja dia tidak yakin, seberapa banyak insentif yang harus dia berikan.

Selain itu, haruskah orang yang memiliki posisi yang lebih tinggi dianggap sebagai superior? Tapi untuk saat ini, kekuatan seperti apa yang dianggap superior, ini masih belum jelas baginya. Rasanya seperti jika dia terus berjalan menuruni labirin ini, dia akan perlahan-lahan memahami situasinya.

Atau
"─Kekuatan?"
Momonga membuka tangan kirinya, dan Staff of Ainz Ooal Gown otomatis terbang menuju telapak tangannya.
"Kekuatan untuk berdiri di atas semuanya?"
7 permata yang tertanam di dalam tongkat bersinar dengan terang, seolah-olah meminta tuannya untuk menggunakan kekuatan besar yang ia miliki.
"...Lupakan saja lah, mari pikirkan ini untuk lain kali."

Momonga melepaskan tongkatnya, dan tongkat itu terjatuh ke lantai seolah-olah sedang meluapkan amarahnya.
Kesimpulannya, selama kamu bertindak seperti seorang pemimpin, kemungkinannya kecil bahwa akan ada orang lain yang memusuhimu. Terlepas dari apakah itu manusia atau hewan, selama kamu tidak menunjukan sedikit pun kelemahan, musuh tidak akan menunjukan taringnya dan menyerangmu.

Dengan sikap sok penting, Momonga berteriak dengan lantang:
"Pleiades, dengarkan. Selain dari mereka yang mengikuti Sebastian, kalian akan pergi ke lantai 9 dan melindunginya dari serangan apapun yang datang dari lantai 8."
"Baik, Momonga-sama"
Para pelayan wanita di samping Sebastian menjawab dengan penuh hormat, yang menunjukan pemahaman mereka terhadap perintah yang ia berikan.
"Laksanakan segera"
"Dimengerti, Tuanku!"

Setelah memberikan jawaban, Sebastian dan para pelayan wanita membungkuk kepada Momonga, kemudian berdiri pada saat yang sama, lalu beranjak pergi.
Sekali lagi, pintu besar Throne Room ditutup.
Sebastian dan para pelayan wanita menghilang di sisi lain pintu.
Fakta bahwa mereka tidak menolak perintah itu merupakan pertanda yang baik.

Momonga merasa seolah-olah ada beban besar telah menghilang dari pundaknya, dan ia menatap pada satu orang yang tertinggal bersamanya. Orang itu adalah Albedo, yang menunjukkan senyuman kepadanya sambil bertanya: "Apa yang anda ingin saya lakukan selanjutnya, Momonga-sama?"

"Ah, ehmm... Aku mengerti." Momonga bangkit dari kursi tahtanya, dan sambil memegang tongkatnya dengan satu tangan berkata:
"Dekati aku."
"Sesuai keinginan anda, tuanku."
Menjawab dengan senyuman, Albedo melangkah maju. Walau Momonga masih mewaspadai tongkat sihir dengan bola hitam mengambang yang dipegang Albedo, dia sejenak lupa bahwa tongkat itu masih ada di sana. Sebelum dia menyadari hal tersebut, Albedo sudah cukup dekat dengannya hingga dia bisa memeluk dirinya.
Betapa wangi aromanya─Apa sih yang aku pikirkan?!
Pikiran itu langsung di tepis saat Momonga memikirkan itu, lagi pula ini bukan waktunya berfantasi.
Momonga menjulurkan tangannya untuk menyentuh tangan Albedo.
"..."
"Ah?"

Ekspresi Albedo tampak meringis kesakitan. Momonga merasa terkejut dan cepat-cepat menarik kembali tangannya.
Apa yang terjadi? Apa mungkin aku membuatnya merasa tidak nyaman?

Berbagai kenangan yang tidak mengenakkan melintas di dalam pikirannya─ seoalah-olah langit telah runtuh dan jatuh ke bumi─ tapi Momonga dengan cepat menemukan jawabannya.

"...Ah──"

Salah satu persyaratan yang dibutuhkan untuk menjadi Undead Overlord adalah Skeleton Mage, yang memiliki kemampuan untuk memberi kerusakan atau memberi efek negatif saat pemainnya menyentuh orang lain. Apakah itu yang menyebabkan reaksi Albedo?

Sekalipun memang benar begitu, masih ada beberapa keraguan.
Di Yggdrasil, semua monster dan NPC yang muncul di Makam Besar Nazarick terdaftar dalam nama guild Ainz Ooal Gown. Selama mereka berasal dari guild yang sama, meskipun mereka menyerang satu sama lain, seharusnya tidak akan ada apapun yang terjadi.
Apakah itu berarti Albedo sudah tidak lagi termasuk dalam guild? Atau apakah sekarang menyerang sesama anggota guild sudah diperbolehkan?
Kemungkinan yang terakhir sangat tinggi.

Menyadari hal tersebut, Momonga meminta maaf kepada Albedo:
"Aku minta maaf. Aku lupa untuk menghilangkan efek negatif dari skill ini."

"Anda tidak perlu memikirkan saya, Momonga-sama. Tingkat luka seperti ini sama sekali tidak menyakitkan. Dan juga, bila itu Momonga-sama, tidak peduli rasa sakit seperti apa...Ahn~!"

"Oh... ehh... Begitukah... Tidak, aku tetap merasa sangat menyesal."
Momonga tidak mengerti seperti apa reaksi yang harus ia tunjukkan setelah ia melihat Albedo dengan malu-malu menutupi wajahnya dengan tangannya setelah mengeluarkan suara unyu, dan mulai tergagap.

Jadi itu memang benar-benar karena efek negatif saat mereka bersentuhan.
Momonga dengan cepat memalingkan wajahnya, dan mencoba untuk menemukan cara untuk menghentikan efek skill tersebut─ dan tiba-tiba dia mampu memahami metodenya.

Bagi Momonga, menggunakan skill milik Undead Overlord terasa sangat natural dan sama mudahnya dengan bernapas.
Dihadapkan dengan keadaan yang aneh tersebut, Momonga tidak bisa menahan tawanya. Setelah begitu banyaknya situasi aneh yang terjadi kepadabya, menjadi salah tingkah hanya karena sesuatu seperti itu adalah hal yang bodoh. Kebiasaan seperti itu bisa jadi sangat mengerikan.
"Aku akan menyentuhmu."
"Ah."
Setelah mematikan skill, dia mengulurkan tangan untuk menyentuh tangan Albedo. Meskipun berbagai pikiran melayang di dalam pikirannya, ─ Ah betapa tipisnya ─ Ah betapa putihnya─ dan beberapa pikiran lain muncul dikepalanya, semua hasrat laki-laki yang muncul benar-benar ia hiraukan, karena dia hanya ingin merasakan detak jantung Albedo.

Itu berdetak.
Jantungnya berdetak. Bagi makhluk hidup, itu adalah hal yang wajar.
Tentu saja, itu kalau Albedo adalah makhluk hidup.

Setelah melepaskan tangannya, Momonga menatap pada pergelangan tangannya sendiri dan melihat hanya ada tulang putih yang tidak memiliki kulit. Karena tidak ada pembuluh darah di sana, tentu saja tidak ada detak jantung. Tentu saja, menjadi Undead Overlord artinya dia bisa hidup abadi, di luar jangkauan kematian, dan tentu tidak akan memiliki detak jantung.

Bergerak menjauh, Momonga menatap Albedo.
Momonga melihat Albedo dengan mata basah yang muncul dari bayangannya. Dengan wajah memerah, mungkin karena peningkatan suhu tubuh secara tiba-tiba. Melihat penampilan Albedo, Momonga menjadi terpana.

"... Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"

Bukankah Albedo seorang NPC? Hanya sejenis data elektromagnetik? Bagaimana bisa dia bisa menjadi seperti orang hidup, AI seperti apa yang mampu melakukan itu? Yang lebih penting lagi, dunia Yggdrasil tampaknya telah menjadi dunia nyata...

Mustahil.

Momonga menggelengkan kepalanya untuk menyangkal pemikiran tersebut. Situasi fantastis seperti ini tidak mungkin bisa terjadi. Tapi setelah ide itu tertanam dalam pikirannya, itu tidak bisa dibuang dengan mudah. Merasa sedikit tidak nyaman terhadap perubahan Albedo, Momonga merasa bingung tentang apa yang selanjutnya harus dia lakukan.

Selanjutnya... Akan jadi langkah terakhir. Selama dia dapat memastikan ini, semua firasatnya akan menjadi nyata. Untuk memastikan kecurigaannya sendiri, apakah situasi ini nyata atau tidak?
Oleh karena itu, ini merupakan tindakan yang sangat dibutuhkan. Meskipun nantinya Albedo memutuskan untuk menggunakan senjata yang ia genggam di tangannya...
"Albedo... Boleh, bolehkah aku menyentuh dadamu?"
"Huh?"
Suasananya langsung membeku.

Kedua mata Albedo terbuka lebar karena terkejut.
Bahkan Momonga pun juga merasa malu. Walau tidak ada cara lain untuk menghindari ini, dia sendiri juga tidak mengerti, mengapa dia sampai mengatakan itu. Benar-benar, meminta hal seperti itu dengan suara lantang itu terlalu vulgar. Bukan, menggunakan kekuasaan yang ia miliki sebagai atasan untuk melakukan pelecehan seksual terhadap pegawainya, itu merupakan yang tindakan terendah dari yang paling rendah.

Tapi karena dia sudah mencapai batas dari pemikirannya, dia harus melakukan ini.
Momonga meyakinkan dirinya dengan paksa, dia memantapkan mentalnya, dan dengan sikap berwibawa yang dimiliki oleh seorang penguasa, dia berkata:
"Itu tidak masalah kan?"

Sama sekali tidak terasa berwibawa.
Mendengar permintaan Momonga yang terdengar gemetaran, Albedo terlihat seperti ia akan meledak karena terlalu merasa gembira.

"Tentu saja, Momonga-sama. Silahkan belai dada saya semau anda."
Albedo menonjolkan dadanya, bukit kembarnya yang tumbuh dengan mantap, di hadapan Momonga. Jika Momonga bisa menelan air liurnya, dia pasti sudah melakukannya berkali-kali.

Mengulurkan tangannya, Momonga menyentuh buah dada Albedo yang ditutupi oleh jubah seremonial.
Ada ketegangan dan kegembiraan dengan jumlah abnormal yang ia rasakan, dan disudut pikirannya, dengan tenang Momonga mengamati dirinya sendiri. Berpikir bahwa dia sangat bodoh, mengapa dia memikirkan metode seperti itu, dan bahkan menerapkannya kepada tindakannya.

Dia diam-diam melirik ke arah Albedo, dan menyadari matanya yang tampak berbintang-bintang, dadanya juga tampak seperti mengucapkan "Ayo, silahkan!"

Tidak yakin apakah itu karena kegembiraannya atau rasa malunya, tangan Momonga gemetaran di bawah tekanan, tapi dia mengukuhkan tekadnya dan terus menjulurkan tangannya.

Pertama-tama, Momonga merasakan permukaan pakaian yang sedikit kaku, kemudian ia merasa ada sensasi yang sangat lembut di bawahnya.
"Unn... Anh..."

Di saat Albedo mengeluarkan erangan manis, Momonga menghentikan eksperimennya.
Setelah mempertimbangkan semua hal yang dia tahu, Momonga mengambil kesimpulan bahwa ada 2 penjelasan yang paling memungkinkan untuk situasi ini.
Pertama, bisa jadi ini adalah DMMORPG baru. Artinya bahwa, dengan berakhirnya Yggdrasil, Yggdrasil II yang baru telah diluncurkan.

Tapi setelah melakukan eksperimen ini, kemungkinan bahwa ini adalah permainan yang baru dirilis menjadi tidak ada...
Karena sebuah permainan akan melarang tindakan dengan rating 18 tahun ke atas, atau bahkan tindakan dengan rating 15 tahun ke atas. Bila ada pelanggaran yang dilakukan, hukuman parah akan segera dikeluarkan: nama-nama para pelanggar akan diumumkan pada website resmi dan akun yang bersangkutan juga akan dihapus.

Alasan dibelakang tindakan ini adalah, bila catatan tentang tindakan dengan rating 18 tahun ke atas tersebut dipublikasikan, itu bisa melanggar Hukum Tata Tertib Masyarakat. Secara umum, fakta bahwa kebiasaan semacam ini dianggap ilegal adalah hal yang sangat tidak mengejutkan.

Kalau ini adalah sebuah dunia di dalam game, perusahaannya akan menerapkan suatu metode untuk mencegah pemain melakukan tindakan seperti itu. Jika GM atau perusahaan game mengawasi permainan, mereka akan langsung mencegah perilaku cabul Momonga. Tapi disini tidak terlihat ada tanda-tanda pencegahan seperti itu.

Dan menurut dasar Hukum Komputer dan DMMORPG, tanpa memperoleh ijin dari pihak berwenang, dan memaksa pemainnya untuk tinggal di dalam dunia game bisa dikategorikan sebagai penculikan di bawah Hukum Penculikan. Jika pemain dipaksa untuk bergabung ke dalam demo permainan, tindakan semacam ini akan langsung diketahui oleh jaksa, terutama jika itu tidak memungkinkan untuk meninggalkan permainan. Tidak akan mengejutkan jika pengelola game tersebut akan dipenjarakan karenanya. Jika situasi tersebut terjadi dan sistem log out paksa gagal berfungsi, pemain dapat menyimpan rekaman permainan selama seminggu penuh dengan built-in program, yang wajib dipasang sesuai dengan hukum yang berlaku. Dengan itu, kamu bisa dengan mudah melaporkan pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan game. Jika Momonga menghilang selama seminggu, seseorang dalam perusahaannya akan menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres dan mengirim seseorang ke rumahnya untuk mencari dirinya. Selama polisi melakukan investigasi dengan benar, mereka seharusnya dapat menyelesaikan masalah ini.

Perusahaan macam mana yang mau mengambil resiko untuk dipenjara dengan cara melakukan tindakan kriminal seperti itu? Tentu saja, mereka bisa mengatakan bahwa itu adalah sesuatu yang baru pertama kali terjadi di dalam game, atau mengatakan bahwa mereka tengah memperbarui permainan mereka. Tapi bagi sebuah perusahaan game, mengambil resiko semacam ini tidak akan menguntungkan mereka sama sekali.
Bila dipikir seperti itu, maka satu-satunya kemungkinan untuk situasi seperti ini adalah bahwa ini merupakan tindakan kejahatan, yang tidak ada hubungannya dengan perusahaan game. Kalau begitu, alur pemikiran ini harus dirubah, jika tidak maka akan mustahil untuk menemukan jawaban.

Masalahnya adalah kebingungannya tentang cara untuk mendekati masalah ini. Ada juga kemungkinan lain...

...bahwa dunia virtual menjadi nyata.

Tidak mungkin.

Momonga segera menolak pikiran tersebut. Bagaimana bisa hal yang konyol seperti itu terjadi... tapi di sisi lain, semakin lama waktu berlalu, hal tersebut semakin terlihat menjadi satu-satunya penjelasan yang memungkinkan.

Dan juga─Momonga berpikir tentang aroma manis yang datang dari Albedo.
Menurut Hukum Digital, 2 dari lima indera, yaitu perasa dan sentuhan, harus benar-benar disingkirkan. Walau ada sistem makanan dan minuman di dalam permainan, itu secara umum hanya hadir sebagai sistem konsumsi. Pembatasan pada indera sentuhan dimaksudkan untuk mencegah pemain untuk percaya bahwa ini semua adalah sesuatu yang nyata. Karena batasan tersebut, penggunaan dunia virtual dalam industri seks sangat tidak populer.

Tapi kini, semua batasan tersebut hilang.

Ini mempunyai dampak yang besar bagi Momonga, yang memunculkan pertanyaan seperti "Bagaimana dengan pekerjaanku besok?" atau "Apa yang akan terjadi mulai dari sekarang?".
Saat ini, itu semua adalah masalah kecil, yang ia buang jauh-jauh ke pojok pikirannya.

"... Jika dunia virtual menjadi dunia nyata... Mengingat jumlah data yang ada, ini benar-benar tidak memungkinkan..."

Momonga menjernihkan tenggorokannya yang seharusnya tidak dapat mengeluarkan suara. Walau pikirannya tidak bisa menerima keadaan ini, namun di dalam hatinya, dia sudah mengerti. Dan pada akhirnya ia menjauhkan tangannya dari dada Albedo.
(Catatan Penulis: Saat karakter utama kita memikirkan tentang situasi yang dia alami, dia masih tetap meraba-raba dada orang lain.)
Setelah menggerayanginya untuk waktu yang lama, Momonga akhirnya bisa memahami situasinya. Alasan mengapa dia menyentuh buah dada Albedo dalam waktu yang begitu lama, bukan karena dia berpikir bahwa mereka sangat lembut dan tidak ingin melepaskannya... Sudah pasti bukan karena itu.

"Aku minta maaf, Albedo."
"Woo ah..."

Albedo yang sedang terengah-engah dengan wajah merah merona, dengan intensitas seperti tubuhnya mengeluarkan uap. Dengan malu-malu ia bertanya kepada Momonga: "Akankah saya merasakan pengalaman pertama saya di tempat ini?"

Setelah Albedo terbawa oleh suasana dan menanyakan itu, Momonga yang tidak dapat menahan keterkejutannya berteriak:
"...Apa-?"
Pikiran Momonga tiba-tiba menjadi kosong, membuat dia tidak bisa menguraikan arti perkataan yang dilontarkan Albedo.
Pengalaman pertama? Apa? Tentang apa ini? Dan kenapa dia terlihat sangat malu?

"Boleh saya bertanya, apa yang harus saya lakukan dengan baju saya?"
"... Ha?"
"Apakah saya harus membukanya sendiri? Ataukah saya akan merepotkan Momonga-sama? Dengan memakai pakaian, nantinya... mereka bisa kotor... Tidak, jika Momonga-sama memang ingin saya mengenakan pakaian ini, maka saya tidak keberatan."
Otak Momonga akhirnya bisa memahami perkataan Albedo. Tidak, sekarang ini masih belum jelas, apakah Momonga masih punya otak di dalam tengkoraknya atau tidak.
Setelah menyadaro keinginan Albedo, hatinya menjadi bimbang:

"Sudah cukup, Albedo."

"Huh? Baik, tuanku."

"Sekarang jangan... sekarang bukan waktunya untuk melakukan hal-hal seperti itu."

"Saya sungguh meminta maaf! Sudah jelas saat ini kita sedang menghadapi keadaan darurat, dan yang bisa saya pikirkan hanyalah nafsu saya sendiri."
Albedo mulai berlutut dan memohon maaf, tapi Momonga mengulurkan tangannya untuk menghentikannya.
"Bukan, semua ini adalah salahku, aku akan memaafkanmu, Albedo. Selain itu... Aku punya permintaan lain untukmu."

"Apapun yang terjadi, saya akan menaatinya."
"Sampaikan kepada para Floor Guardian, aku ingin mereka menemuiku di Arena di lantai 6. Waktunya sekitar satu jam dari sekarang. Aku akan memberitahu Aura dan Mare sendiri, jadi kamu tidak perlu menghubungi mereka berdua."

"Baik tuanku. Saya ulangi, selain dua Guardian di lantai enam, saya harus menyampaikan informasi kepada Guardian yang lain bahwa mereka harus berkumpul di arena dalam waktu satu jam."

"Benar, sekarang laksanakan."
"Baik."
Albedo dengan cepat meninggalkan Throne Room.

Melihat punggung Albedo yang semakin menjauh, Momonga menghela napas setelah Albedo meninggalkan Throne Room:

"... Apa yang telah aku lakukan... Walaupun maksudku itu hanyalah sebuah lelucon... Jika sebelumnya aku tahu bahwa hal seperti ini akan terjadi, aku tidak akan pernah melakukan hal tersebut, aku... telah menodai NPC ciptaan Tabula Smaragdina."

Hanya ada satu penjelasan tentang reaksi Albedo.
Kembali saat dia menulis ulang settingan Albedo, dia merubahnya menjadi [Jatuh cinta dengan Momonga]
Itulah alasan mengapa Albedo mempunyai reaksi seperti itu.

"... Ah... Sialan...!"
Momonga bergumam pada diri sendiri. Albedo, yang merupakan peninggalan dari Tabula Smaragdina, yang telah susah payah ia buat dari nol, telah ia modifikasi tanpa ijin dari pemiliknya, dan akhirnya berubah menjadi karakter seperti itu.
Momonga merasa bahwa dia telah merusak karya orang lain dan merasa depresi.

Tapi wajah Momonga hanyalah tengkorak, jadi tidak mungkin orang lain bisa melihat wajahnya yang tampak terganggu saat dia pergimeninggalkan tahta. Dia menasehati dirinya sendiri untuk mengesampingkan masalah ini untuk sementara waktu. Dia punya masalah lain yang lebih penting dan harus ia urus saat ini juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar